Sejak awal ia tertarik pada Herlina karena tubuh Herlina yang menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Herlina karena sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Herlina.
Remasannya ke dada Herlina semakin kuat. Tanpa ragu, ia menyisipkan jarinya dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu. Herlina mengerang dan berusaha mendekap Sandy lebih kuat.
Tangan Sandy meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada Herlina. Kencang, halus dan terawat.
Ia pun kagum kepada Herlina yang menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas Sandy adalah daya tarik utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu.
Sembari tangan kanannya meremas dada Herlina, dan lidahnya menjilati leher Herlina. Tangan kirinya membuka pengait bra di belakang. Sekali terbuka, kedua tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Herlina melewati leher.
Dan sekejab ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur.
Tak berlama-lama puting susu Herlina sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil plus sapuan lidah membuat Herlina terlonjak tak bisa menahan diri. Badannya menegang setiap Sandy menghisap putingnya.
Ingin rasanya Sandy mengecup kuat area di kulit yang menutupi tonjolan dada Herlina, tapi ia sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Herlina. Apalagi Herlina memohon dengan suara lirih.
“Jangan ada…bekasnya…Ndy….”
Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi Sandy. Ia juga sering merasakannya dari Luna, tapi yang disodorkan Herlina dua kali lebih nikmat. Luna juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Herlina.
Besar tapi masih proporsional. Ia bisa merasakan puting Herlina menyentuh telinganya saat ia berusaha membenamkan kepalanya ke sela-sela di antara dua bukit tersebut.
Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Herlina. Nafas Herlina mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap isapan Sandy di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak ke belakang.
Tangannya hanya bisa menekan kuat punggung Sandy. Kendali dirinya benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah Sandy di kedua payudaranya. Bahkan angin dingin khas kota Bandung yang kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya.
Tak hanya Herlina yang terlena, Sandy pun semakin bernafsu menggarap buah dada Herlina yang menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia menjelahi setiap titik buah dada Herlina tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu reaksi apa yang diberikan Herlina setiap ia menjelajah setiap permukaan buah dada itu.
Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Herlina tertutup sendiri tertiup angin kencang dari luar. Sandy terdiam dan memandangi Herlina sesaat.
“Geblek, lupa ditutup….”
Sandy langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.
“Kunci Ndy…, sekalian korden…”
Sebut Herlina dengan suara parau dan lemah.
Herlina langsung menggamit lengan Sandy dan memeluk laki-laki itu dan menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. Menunduk, ia bisa melihat puting buah dadanya menempel di atas perut Sandy.
“Ndy…, tolong…,”
Ia melepaskan tangan Sandy yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan kanannya membimbing tangan Sandy ke arah selangkangannya. Ia merasakan sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.
Sejenak Herlina was-was. Ia takut Sandy melakukannya tindakan bodoh seperti laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, yang ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari laki-laki itu.
Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat Sandy menyambut bimbingan tangannya dan mulai aktif menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua lapisan, celana dan celana dalam.
Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang menekan alat genitalnya. Sekali lagi, saat Sandy menyentuh paha bagian dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.
Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah selangkangannya. Sandy pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik, ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuat Herlina makin tak berdaya telanjang bulat.
Tangan Sandy mulai mengusap-usap klitoris dan bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari Sandy mengenai alat kelaminnya itu.
Dipadu permainan lidah di putingnya, Herlina semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat Sandy semakin mudah menjelajahi daerak kemaluannya karena menjadi terbuka.
Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Herlina memundurkan tubuhnya dan menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar.
Sandy melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak menyia-nyiakan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda yang terpampang di depannya.
Bulu-bulu kemaluan Herlina sangat terawat karena terlihat dari cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.
Sambil memeluk pinggang Herlina dengan tangan kiri, ia mulai memainkan jari kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Herlina. Pengalaman dengan Luna mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina.
Ia lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah, ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda.
Lonjakan pantat Herlina terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras dari mulut Herlina. Herlina meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.
Puas jemarinya memainkan klitoris Herlina, lidahnya mulai bergabung. Setiap jilatan sanggup membuat Herlina menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit kepala Sandy yang membuat Sandy semakin ganas memainkan lidahnya.
Sesekali permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Herlina. Tak usah ditanya reaksi Herlina karena perempuan muda itu semakin berisik mengeluarkan erangan dari mulutnya.
Rasanya memang gila permainan mereka, karena jika erangan Herlina terdengar sampai keluar, entah apa yang akan terjadi.
Sandy sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Herlina ketika Herlina menahan tubuh Sandy dan bangkit meraih kancing celana Sandy dan melepasnya. Bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung menjulurkan batang kemaluan Sandy yang sudah mengacung sejak tadi.
Herlina tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik Sandy. Tak canggung ia menggenggam penis Sandy yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu memenuhinya.
Satu kocokan, kini giliran Sandy yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangan halus nan hangat itu. Dari bawah, Herlina melirik ke atas dan tersenyum kepada Sandy yang berlutut di kasur.
Ia paham arti senyum balasan Sandy. Tanpa berlama-lama lagi, ia lumat batang tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, ia jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Sandy semakin membuat nafsunya memuncak.
Ingin rasanya segera merasakannya merayap di dinding vaginanya. Sandy terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih ada sedikit rasa dongkol pada Luna, kenapa temannya itu yang bisa mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu.
Di tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan Sandy kemulutnya, Herlina hampir tersedak karena ujung kemaluan Sandy menyentuh pangkal rongga mulutnya sementara di luar masih tersisa.
Ia semakin bernafsu mengulum penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya. Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki amat senang diperlakukan seperti itu.
Terlihat dari paha Sandy yang semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia melihat penis Sandy, Herlina langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam dirinya.
Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempurna pada Sandy, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu pandang. Ia ingin Sandy merasakan kenikmatan terdalam pelayanan perempuan.
Herlina memang tidak salah karena Sandy pun mulai merasakan apa yang diharapkannya. Baru kali ini Sandy merasakan perlakuan total perempuan selain Luna terhadap dirinya. Apalagi saat Herlina mulai menjilati dan mengulum kantung buah zakarnya.
Semuanya terasa berbeda, benar-benar sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan Herlina, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Herlina yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang ke atas.
Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Herlina sekaligus menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu. Herlina merasa belum cukup ketika Sandy menarik lengannya.
Tapi, ia mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat Sandy di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik Sandy. Herlina sudah tahu kelakuan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.
Namun, dugaannya meleset. Sandy justru merebahkan badannya di sisi Herlina. Berbaring miring, Sandy mengisap lagi buah dadanya. Herlina semakin kagum akan laki-laki yang satu ini, benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin kaget ketika jemari Sandy mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya.
Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Herlina menggelinjang menerima perlakuan Sandy. Benar-benar laki-laki penuh misteri, pikirnya.
Laki-laki sempurna, pikir Herlina menyadari betapa beruntungnya ia berhasil mendapatkan Sandy seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya.
Kalau saja ia tahu Dani hanya mempermainkannya saat itu, tidak akan ia mau menyerahkan semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan Dani saat ia baru dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu.
Untung Eka hadir sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, tapi kadang perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati Eka. Tapi kali ini ia ingin total merasakan kehangatan Sandy. Kekagumannya membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan Sandy padanya saat ini.
Menikmati usapan jemari Sandy yang cepat itu membuatnya ia sanggup melupakan semua pikirannya pada dua laki-laki yang telah sempat mengisi relung hatinya.
Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan Sandy, tiba-tiba ia merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang membuat sejenak dirinya seperti melayang.
Suara-suara di sekitarnya seketika seperti lenyap, hanya terasa desiran tiada tara yang membuat tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak demikian kuat yang semakin lama semakin melemah frekuensi dan intensitasnya.
Matanya terpejam, ia baru saja merasakan sensasi terbesar yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum mereda, Sandy sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh Sandy terutama di bagian bawah pinggangnya.
Tangan Sandy sudah tegak di sisi buah dada Herlina kekar menopang badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian tubuh bawah Sandy bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan penisnya. Herlina pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung vaginanya.
Sandy tersenyum dan Herlina membalasnya dengan senyuman manis diiringi anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa Sandy mendorong kuat pantatnya dan Herlina juga bisa merasakan rengsekan batang kemaluan Sandy di dinding vaginanya.
Sungguh halus dan penuh perasaan Sandy memasukkan penisnya ke vagina Herlina. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi permukaan penis Sandy. Tak ada rasa sakit sama sekali meski penis tersebut lebih besar ketimbang milik Dani dan Eka. Itu karena Sandy melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa.
Mulai terasa perih ia menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh penisnya dilumat vagina Herlina. Sodokan pertama penis tersebut masuk seluruhnya sanggup menyentuh bagian dalam vagina Herlina yang belum pernah tersentuh sebelumnya.
Herlina pun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, Sandy tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, ia menahannya dan memandangi wajah Herlina dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Herlina seperti diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian berharga di hadapan Sandy,
Sandy sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. penisnya yang sudah bersarang di vagina Herlina adalah sebuah tanda babak baru hubungannya dengan Herlina yang tidak akan mudah dikembalikan seperti sedia kala.
Bersatunya kedua tubuh mereka adalah sebuah ikatan emosi yang hanya bisa dirasakan oleh Sandy dan Herlina, tak seorangpun bisa merasakan itu.
Setelah itu, mulailah Sandy menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Herlina. Hangat dan lembut bisa Sandy rasakan lewat sekujur penisnya dari dalam vagina Herlina.
Herlina menyambut setiap gerakan Sandy dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin lama semakin keras dan cepat berirama. Melihat Herlina terpejam dan mengerang dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat Sandy makin bernafsu.
Herlina semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang putih dan guncangan kuat pada buah dadanya membuat Sandy semakin ingin membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Herlina.
Apalagi setiap ujung penisnya menyentuh pangkal vagina Herlina. Rasanya sungguh tiada tara. Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan Sandy. Tapi mereka sudah tidak peduli. Herlina bukan tidak menyadari seseorang pasti ada yang mendengar deritan tersebut di bawah.
Apalagi kalau teman kost yang menempati kamar di bawahnya sedang berada di kamar. Tapi ia yakin semua temannya akan maklum. Semakin kuat dan cepat sodokan Sandy membuat Herlina merasakan lagi desakan rasa luar biasa yang akan tiba.
Ia hanya bisa mencengkram punggung Sandy keras-keras ketika desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak. Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya.
Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya. Dinding vaginanya berdenyut kuat hingga Sandy juga bisa merasakannya.
Sandy langsung menghentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan cengkraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan Sandy juga membuat Herlina merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis Sandy yang sedang membenami kemaluannya itu.
Semakin banyak saja kekaguman Herlina pada Sandy. Tahu kapan ia akan merasakan puncak kenikmatan dan menghentikan sodokan membuat Herlina bisa merasakan sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah teknik bercinta yang baru kali ini Herlina rasakan.
“Sandy…,nikmat sekali…,”
Herlina memeluk Sandy kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. Sekali lagi Sandy tersenyum membalas Herlina.
“Enak?”
“Banget!” Jawab Herlina singkat dan tegas.
“Gaya lain…?”
Herlina langsung mengangguk dan menunggu aba-aba Sandy gaya apa yang diinginkan Sandy. Sandy membalik badan Herlina dan mengangkat badan bagian bawah Herlina dengan memeluk pinggang dari belakang.
Herlina langsung berdebar-debar begitu tahu Sandy ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai pangkal vaginanya, apalagi doggy. Tak menunggu lama Sandy langsung memasukkan penisnya.
Herlina menunduk sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis Sandy terbenam makin dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat Sandy semakin tak bisa mengendalikan birahinya.
Kali ini Sandy langsung mendorong dengan cepat dan Herlina mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.
Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Herlina, belum ada tanda-tanda dorongan Sandy melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Herlina makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, namun baik Herlina dan Sandy justru makin bersemangat.
Herlina, yang bisa dua kali beruntun merasakan kenikmatan puncak saat disodok Sandy dari belakang justru semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat Sandy tak mampu menahan lenguhannya.
Tiba-tiba ganti Herlina yang berinisiatif. Ia lepaskan penis Sandy dari vaginanya dan mendorong Sandy sampai terlentang. Ia langsung memanjat tubuh Sandy dan duduk di atas acungan penis Sandy yang masih kokoh berdiri.
Melihat Herlina bergerak naik turun, Sandy tak kuasa untuk tidak meremas buah dada Herlina yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, tapi tidak pernah berhasil. Remasannya makin kuat membuat Herlina makin mempercepat gerakannya.
Sekali lagi Herlina harus mengaku kalah. Karena meski ia telah mencoba berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, justru ia yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Herlina langsung ambruk menindih Sandy yang sudah siap menerimanya dengan pelukan mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.
“Kamu kuat banget Ndi…” “Kamu di bawah lagi ya…?” Herlina mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan Sandy.