Saturday, November 23, 2024

Wanita yang Sangat Cantik Sekali

News Online Itil

Cerita Sex Wanita yang Sangat Cantik Sekali – Cerita Sex, Cerita Mesum, Cerita Birahi, Cerita Ngentot, Cerita Nyata, Cerita Selingkuh, Cerita Dewasa Terbaru – Terangsang Melihat Kemolekan Tubuh Sepupuku – Cerita ini merupakan pengalaman seks pribadi aku sendiri, dimana aku menjadi bernafsu ketika melihat tubuh istri sahabatku yang sangat montok.

Aku saat ini bekerja disebuah perusaahan besar dijakarta bagian audit, di kantor aku mempunyai sahabat dekat tapi umurnya jauh lebih tua dari aku, namanya mas Budi. Orangnya sangat deawsa banget, sering aku meminta pendapat denganya kalau aku sedang ada masalah.

Mas budi ini sudah beristri dan mempunyai 4 orang anak, yaitu terdiri dari 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Nama istri mas Budi yaitu adalah mbak Restina aku baru saja tau namanya tapi belum tau orangnya sebabnya aku belum pernah berkunjung kerumah mas Budi.

Suatu ketika saat sedang libur aku ditelpon mas Budi dan aku disuruh maen kerumahnya, lantas aku segera bergegas menuju kerumahnya dengan naik kereta api, karena jalan menuju rumah mas budi lebih dekat kalau naik kereta api.

Cerita Sex Wanita yang Sangat Cantik Sekali
Cerita Sex Setengah jam perjalanan aku sudah tiba dirumah mas Budi, disambutlah aku dengan sosok wanita yang sangat cantik sekali, orangnya tinggi, berkulit putih bersih, dan mempunyai tubuh yang sangat in the hooiii. “Apakah ini istrinya mas Budi” aku bergumam dalam hati.

“Mas Budi ada mbak” tanyaku
“Ada, silahkan masuk, kamu siapa???” tanya Mbak Restina
“Jonatan mbak, teman mas Budi kerja” jawabku

Kemudian keluarlah mas Budi menyambutku bersama kedua anak laki-lakinya. Kemudian kami ngobrol bersama dengan mas Budi dan mbak Restina dan juga anak-anaknya. Kami ngobrol lama sampai akhirnya kita semua menjadi akrab, dan anak-anak mas Budi juga langsung menjadi lengket sama aku.

Tak terasa hari itu sudah sore lalu aku berpamitan untuk pulang dan tak lupa aku berikan permen untuk anak-anak mas budi. Entah pikiran apa yang merasuki pikiranku ini dari perjalanan pulang dari rumah mas Budi aku malah kepikira dengan istri mas budi yang sangat aduhai itu, “Aaaaahhhh Shiiiiit” teriakku dalam hati.

Setelah waktu itu aku jadi sering maen kerumah mas Budi jika ada waktu senggang. Anak-anak mas budi menjadi semakin tambah lengket sama aku. Aku dan mbak Restina pun juga menjadi semakin akrab bahkan juga semakin dekat saja. persaanku semakinm menggebu-gebu dengan ,bak Restina tapi aku harus menahannya. Aku harus mencari kesempatan jika aku ingin menikmati tubuhnya mbak Restina.

Sampai suatu ketika mas budi ditugaskan untuk mengaudit suatu perusahaan diluar kota dan itu memerlukan waktu beberapa hari, ini kesempatanku. Mas Budi yang sudah sangat akrab denganku bahkan sudah seperti abangku sendiri itu memintaku untuk menemani istrinya dirumah, karena istrinya sangat senang kalau aku dirumahnya karena anak-anaknya juga sangat menyukai aku, kata mas Budi.

Tanpa menunggu lama aku pun meng iyakan keinginan mas Budi. Saat itu mbak Restina sedang berada dikantor berada mas Budi untuk mengantarkan keperluan mas Budi. Lalu aku disuruh mas Budi agar langsung di stasiun karena mbak Restina sudah menungguku di Sasiun. Aku pun nggak pakai lama langsung meluncur menuju stasiun.

Sebelumnya aku menelpon mbak Restina dan janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Restina biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Restina.

Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Restina di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Restina. Inilah yang kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Restina menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias.

Rupanya mbak Restina melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si Penis-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan.

Aku hanya bisa berdoa semoga Penis tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga Penis-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Restina bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Restina diam saja.

Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

“Jonatan, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.

“Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
“Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Aku tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”

“Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
“Iya, Mbak. Aku paham. Aku janji tidak ngulangin lagi”
“Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton film masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Restina sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak empat, tubuh Mbak Restina betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel DVD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Restina asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Restina juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku. Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap.

Posisi tidur Mbak Restina yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Restina berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul.

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… Penis-ku mengeras seketika. Mbak Restina ternyata memakai celana dalam mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan…

Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan celana dalam itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Restina istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Itil V3

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.

Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Restina bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Restina yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah Penis-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Restina. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun.

Akhirnya Penisku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin… seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Restina mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit.

Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Restina. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

“Mmmhh… kok dicabut Penisnya..” suara Mbak Restina parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku juga pengen..”

Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.

“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Restina mambalikkan badannya.

Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Budi, melainkan aku, sepupunya.

“Kurang ajar kamu, Jonatan”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Restina sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa Penis-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan.

“Mbak Restina..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Jonatan..” sahut Mbak Restina, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Akuh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Jonatan.. habis marah-marah tadi.

Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi… Mbak kebayang-bayang Penis kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

Tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Restina begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya.

Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Restina sudah melepas celana dalamnya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku.

“SSshh.. ahh.. Jonatan.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh”

Mbak Restina merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.

“Klitorisnya.. dong… Jonatan.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN JONATAAAAN..”

Mbak Restina makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya.

Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Restina. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

“Mbak… mau keluar nih…” kataku.

Tapi Mbak Restina tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Restina. Dengan rakusnya Mbak Restina mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

“Jonataaaan… kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.

Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Restina melanjutkan mengisap penisku. Akuhnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Restina. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi.

Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Restina sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati Klitoris dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi. Tiba-tiba Mbak Restina bangun dan melepaskan dasternya.

“Copot bajumu semua, Jonatan” perintahnya.

Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Restina berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah.

”Bless… sshh…”
“Aduhh… Jonatan… Penismu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”

Mbak Restina dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus.

Mbak Restina makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Restina makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

“MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… JONATAAAAN… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…”

Mbak Restina menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Restina roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan.

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Restina berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya. “Jonatan, ayo cepet masukin lagi. Klitoris Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.

Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan Klitorisnya. Memek Mbak Restina mulai memerah lagi, Klitorisnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.

“SShh.. mm.. Jonatan.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar.

Mbak Restina mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali.

Gerakan jariku di Klitorisnya makin kupercepat, Mbak Restina makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh.

Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Restina, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya. Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya.

Dan nafas Mbak Restina tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., Jonataaaan.. ayoooo.. masukin Penis kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.

Rupanya Mbak Restina sampai terkencing-kencing menahan nikmat. Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Restina sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya.

“Jonataaaaann… AKU KELUAARR… OOHH…MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Restina menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang. Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku.

“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin Jonatan… ayo Jonatan, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.

Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..

“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo Akung… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, Akung… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Restina manja menggairahkan.

Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

“Jonatan, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Restina tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
“Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”

“Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Restina sambil memencet hidungku.
“Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Jonatan.

Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Budi. tidak ada yang lain kok. Penis Mas Budi jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Budi juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.

“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan Penismu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum.

Sejak kejadian itu, kami selalu melakukannya setiap ada kesempatan, selesai.

Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *