Akhirnya dengan diringidesahan panjang, badan Fadiyah mengejang,tersentak-sentak dan bergetar dengan hebat. keduakakinya yang putih mulus dirapatkan erat sekali menjepit tangan pak Bokir seolah tidak ingin melepaskan setetespun kenikmatan.
Kenikmatan yang lebih dahsyat daripada yang baru saja Fadiyah rasakan bersama pisau cukur, di dalam kamar mandi. Menyemprot keluar lagilah cairan kental putih yang menetes dengan derasnya dari dalam lubang memiawnya membasahi paha putih wanita alim yang lugu ini, dan terus mengalir deras sampai memercik di lantai ruang tengah itu.
Untuk beberapa saat, Fadiyah terus saja mengejang menikmati orgasme dahsyatnya di pelukan pak Bokir. Setelah kesadarannya pulih, dengan lunglai Fadiyah terhuyung, dan bersandar ke kursi di dekatnya. Pak Bokir, masih menyeringai, menjilati jarinya yang basah kuyub tersiram cairan memiaw milik Fadiyah.
Untuk beberapa saat, Fadiyah merasa tubuhnya tak bisa bergerak lagi. Namun tiba-tiba, ia menyadari bahwa pak Bokir sudah melepas celananya, mulai mendekatinya. Dengan rasa ketakutan, Fadiyah segera menghindarinya dan berlari masuk kamar.
Sampai di kamar, ia segera menguncinya dan menjatuhkan diri ke kasur, menangis sejadi-jadinya. Dia menangis karena malu terhadap dirinya sendiri dan suaminya, karena marah terhadap pak Bokir, dan terlebih lagi marah terhadap dirinya, yang tidak bisa mengendalikan diri dan malah menikmati perlakuan pak Bokir. Ia menangis sejadi-jadinya.
Sekitar satu jam, setelah tangisnya agak mereda, segera ia memakai baju jubah hijau terusan dan jilbab putih yang lebar, yang tersampir di pintu kamarnya.
Ia tidak mengenakan celana dalam dan BH, karena celana dalam dan Bhnya semua diletakkan di almari di kamar belakang, yang tidak mungkin diambilnya tanpa membuka pintu kamar tidur.
Segera ia menjatuhkan diri ke kasur lagi, dan kembali menangis. Ia bersumpah akan melaporkan tindakan pak Bokir tadi ke suaminya, sampai akhirnya dia tertidur.
Tiba-tiba, Fadiyah yang tidur terlentang bangun karena merasa ada seseorang yang meremas-remas memiawnya dari luar jubahnya. Saat wanita berjilbab yang berkulit putih ini membuka mata, ia kembali melihat pak Bokir yang menyeringai sambil terus menggerayangi memiawnya.
Ternyata pak Bokir berhasil menemukan kunci cadangan yang berada di dalam lemari pakaian di kamar belakang. “wah, ternyata mbak Fadiyah tambah cantik kalo pake jubah ama jilbab gini. Bapak jadi kepingin mbak…” kata pak Bokir.
Fadiyah yang ketakutan segera menepis tangan pak Bokir dan berusaha menjauhinya. Tapi terlambat. Pak Bokir berhasil menangkap tangannya dan segera menarik Fadiyah kedalampelukannya. “jangan, pak…!!” pinta Fadiyah memelas.
Air mata kembali mengalir, tapi pak Bokir tidak mau tahu. Ia segera mengulum dan menghisap mulut Fadiyah yang indah. lidahnya dengan paksa dimasukkan ke dalam mulut Fadiyah dan mempermainkan lidah wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar ini,
Sambil tangan kirinya yang tidak digunakan untuk memeluk Fadiyah turun ke memiaw Fadiyah, dan kembali meremas – remasnya dari luar jubah.
Fadiyah meronta berusaha melepaskan diri, namun karena tenaganya kalah jauh dibanding tukang bangunan itu, dan rangsangan demi rangsangan pak Bokir yang dialami lidah dan memiawnya, rontaan Fadiyah semakin melemah. bahKan akhirnya lidahnya mulai menyambut lidah pak Bokir yang bermain di rongga mulutnya.
Suara desahan dan decakan menggema di kamar tidur muslimah berjilbab itu. Air matanya kembali mengalir. memiawnya kembali basah, sangat basahnya sampai-sampai membasahi jubahnya.
Air liur Fadiyah mengalir membasahi bibir, pipi, dan jilbab putih lebarnya. Pak Bokir menjilat dan menghisap air liur wanita alim itu dan meneguknya dengan nikmat.
Setelah yakin bahwa Fadiyah sudah ada di genggaman tangannya, pak Bokir langsung membopong Fadiyah dan membawanya ke arah halaman belakang menuju dua orang teman pak Bokir.
Fadiyah berusaha memberontak dan berteriak, tapi Pak Bokir dengan santainya malah berkata, “Tenang aja Mbak.., di sini sepi. Suara teriakan Mbak nggak bakal ada yang denger..” Melihat Fadiyah, kedua teman Pak Bokir segera bersorak kegirangan.
“wah, akhirnya kita bisa ngerasa’in mbak ini yah!!” kata seorang. “iya!! Selama ini kita cuman bisa ngebayangin kayak apa rasanya memiaw cewek berjilbab, khan?” kata seorang lagi, langsung disambut dengan gelak tawa mereka. wanita alim yang lugu itu hanya bisa menangis ketakutan.
“jangaaaaan, paaaaak…..” katanya mengharap belas kasihan. Tapi para tukang-tukang itu tidak menghiraukannya. Tiba-tiba…, “Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara Fadiyah sekeras-kerasnya dari luar jubahnya.
“Tolong jangan perkosa saya, saya nggak bakalan lapor siapa-siapa. ..” kata Fadiyah. “Tenang aja deh kamu nikmati aja…” kata teman Pak Bokir yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba memiaw Fadiyah dari luar jubahnya, sedang Pak Bokir masih memegang kedua tangan Fadiyah dengan kencang.
“benar, mbak. Kamu nikmati aja, kayak tadi pas sama jari saya. Biar kami nggak perlu nyakitin mbak.” Katanya mengancam.
Tidak berapa lama kemudian Fadiyah melihat ketiganya bergantian mulai melepas pakaian mereka. Fadiyah hanyaterduduk sembari melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan tongkol mereka yang besar mengacung karena nafsunya.
Batin Fadiyah kembali berdesir melihat tongkol-tongkol besar itu. wanita yang selalu mengenakan jilbab itu bergidik membayangkan memiawnya akan disodok-sodok oleh tongkol-tongkol besar itu.
Air matanya mengalir semakin deras, tapi dua kali orgasme, dan ketakutan yang teramat sangat membuat dia merasa tak punya kekuatan sama sekali. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh Fadiyah yang sudah lemas di atas pasir.
Kemudian Pak Bokir menyingkapkan jubah yang dipakai Fadiyah sampai keatas perut, lalu mulai menjilati memiaw Fadiyah. “Wah.., memiaw cewek berjilbab wangi loh..” katanya.
Fadiyah merasakan lidah pak Bokir berusaha menyusupkedalam memiawnya yang sudah basah. Wanita berjilbab lebar itu tersentak dan segera berontak, namun kedua teman Pak Bokir segera memegangi kedua tangan dan kaki Fadiyah.
Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan Fadiyah sambil menghisap dan mengulum puting susu Fadiyah dari luar jubahnya. Begitu bernafsunya dia, sampai-sampai jubah wanita alim yang lugu itu basah kuyub karena air liurnya.
Tidak berapa lama kemudian Pak Bokir membentangkan kaki Fadiyah yang putih lebar-lebar dan mulai mengarahkan tongkolnya yang besar ke lubang memiaw wanita berjilbab yang berkulit putih itu.
“eeehhhmmmm…. !!” Fadiyah tersentak saat ia merasa benda yang besar itu mulai memasuki liang memiawnya. Dan ternyata, sama seperti yang Fadiyah bayangkan sebelumnya, rasanya benar-benar sangat nikmat.
Benar-benar berbeda dengan suami Fadiyah. Namun karena malu, Fadiyah terus berontak sampai Pak Bokir mulai mengoyangkan tongkolnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa Fadiyah justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar itu berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.
“hhhmm…..aahhmmm……hhhhmm….” terdengar rintihan dan desahan tertahan dari mulut Fadiyah yang terttutup rapat. Fadiyah berusaha menutup rapat mulutnya, agar desahan-desahan kenikmatan itu tidak keluar, namun yang terdengar justru desahan itu semakin terdengar seksi, dan membangkitkan nafsu biadab para tukang bangunan itu.
Mendengar desahan Fadiyah yang seksi, kedua teman Pak Bokir tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka,
Fadiyah sadar namun mau memberontak lagi Fadiyah merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah wanita alim itu terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan Fadiyah tetap tidak berusaha melepaskan diri dari Pak Bokir.
Tidak lama kemudian Pak Bokir membalikkan tubuh Fadiyah yang masih memakai jubah dan jilbab lengkap dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari memiaw Fadiyah.
“aaahhhmmm….” Putaran badan itu membuat Fadiyah merasa tongkol pak Bokir mengaduk liang memiawnya. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan tongkolnya ke mulut Fadiyah.
Fadiyah berusaha berontak, namun si gendut mencengkeram kepala Fadiyah yang mesih terbungkus jilbab dengan keras, sehingga Fadiyah menurutinya. Ia dipaksa mengulum dan menjilati penisnya seolah-olah seperti permen lolipop.
Fadiyah benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian Fadiyah mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah Fadiyah alami sebelumnya.
Tubuh wanita alim yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar itu mengejang, tersentak-sentak disertai desahan panjang selama hampir satu menit, lalu kemudian menjadi lemas dan jatuh tertelungkup.
Namun tampaknya Pak Bokir belum selesai, sehingga cengkeramannya pada pinggul Fadiyah semakin kuat, sampai-sampai kulit Fadiyah berdarah karena tergores kuku Pak Bokir yang Hitam.
Genjotannya juga semakin dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim Fadiyah. Saking banyaknya, sampai-sampai sperma pak Bokir meluber keluar, bersama cairan memiaw ibu muda berjilbab yang alim itu, mengalir turun membasahi jubahnya.
Begitu Pak Bokir mencabutnya, Fadiyah kembali mendesah saat si botak langsung memasukkan tongkolnya ke dalam memiaw Fadiyah tanpa memberi waktu untuk istirahat.
Sambil terus menyodok memiaw Fadiyah dalam posisi anjing, jari si botak menyusup ke dalam jubah Fadiyah, mempreteli kancing jubah itu sampai perut, dan meremasi payudara wanita alim yang lugu itu yang sudah terlihat bergantung bergoyang-goyang mengikuti irama sodokan si botak.
Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan tongkolnya ke dalam mulut Fadiyah dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut wanita berjilbab yang berkulit putih itu.
Banyak sekali spermanya yang Fadiyah rasakan di mulutnya, namun ketika Fadiyah hendak membuang sperma itu, Pak Bokir yang terlihat sedang duduk beristirahat berkata.
“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama… pasti nikmat… ha.. ha.. ha..” Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, Fadiyah menurutinya berkumur dengan sperma itu.
Sungguh erotis sekali, melihat seorang muslimah yang masih memakai jubah dan jilbab, berkumur menggunakan sperma seorang laki-laki yang bukan suaminya, sementara ekspresinya tegang menahan kenikmatan dari sodokan demi sodokan yang ia terima dari belakang.
Sementara si botak terus menyodok-nyodok tongkolnya didalam memiaw Fadiyah, Pak Bokir masuk ke dalam rumah Fadiyah dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang dibeli Fadiyah tadi pagi untuk dimasak, serta sebuah kalung mutiara imitasi milik wanita alim itu.
Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan Fadiyah pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut, dengan memiaw yang berlepotan sperma, yang mengalir turun membasahi pasir dibawahnya.
Melihat temannya sudah selesai, Pak Bokir menghampiri Fadiyah sambil memaksa Ibu muda berjilbab lebar itu kembali ke posisi merangkak.
“Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan dari mbak Fadiyah ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam memiaw Fadiyah.
Tentu saja ibu muda berjilbab yang alim itu terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi Fadiyah. Dan tidak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam memiaw Fadiyah.
Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga wanita alim itu menggoyang-goyangka n pantatnya ke kiri dan kanan.
“Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha… ha… ha…”kata si botak. “Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si gendut. Dengan perlahan Fadiyah merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Desahan demi desahanpun keluar dari mulut wanita berjilbab itu, bersamaan dengan gerakan terong yang terasa mengaduk-aduk memiawnya.
Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit Fadiyah berhenti, tetapi setiap Fadiyah berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat wanita alim yang lugu itu. Tidak berapa lama wanita berjilbab yang berkulit putih itu mencapai klimaks, dan dari memiawnya kembali menyembur keluar cairan putih. melihat itu mereka tertawa.
Pak Bokir kemudian menghampiri Fadiyah, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus Wanita berjilbab lebar itu. Fadiyah kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!”
Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata. “Sekarang mbak maju pelan-pelan yaa..”
Dan ketika Fadiyah bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus Fadiyah sampai habis, dan kembali pula wanita alim yang lugu itu mendesah dan mengerang, menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya itu.
Begitulah mereka mempermainkan Fadiyah sampai kemudian mereka siap memperkosa wanita alim itu lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya setiap mereka klimaks, Fadiyah pun turut orgasme dengan arti Fadiyah menikmati diperkosa.
Dan malam harinya ketika suami Fadiyah pulang, wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab
yang lebar itu sama sekali tidak melaporkan kejadian…