Cerita Sex Tetanggaku Perempuan Bahenol Yang Haus Seks – Cerita Sex Nyata, Cerita Ngentot Tetangga, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Sex Selingkuh, Cerita Dewasa Terbaru Dewasa 2024 – Tetanggaku Wanita Bahenol Yang Haus Seks – Kisah ini adalah pengalaman pribadi aku sendiri yang akan saya bagikan dengan pembaca. Selamat menikmati dan dijamin dapat meningkatkan libido seks.
Anak kedua, sebut saja namanya Bam, adalah teman mainku sejak kecil. Aku sering bermain ke rumahnya. Sejak lulus SMP Bam sekolah di kota lain. Tapi aku masing sering datang ke rumah Bu Yus untuk menjemput adikku yang sebaya dengan adik Bam.
Sekali waktu aku pernah melihat Bu Yus lagi nyuci baju di sumur belakang rumahnya sambil jongkok dan bugil. Sayang ia menghadap ke tembok, jadi aku hanya bisa melihat pantatnya yang aduhai. Gara-gara itu aku jadi suka berkhayal tentang Bu Yus. Aku suka deg-degan kalau mau menjemput adikku di tetangga .
Pada suatu hari waktu mau menjemput adikku ke rumah Bu Yus, hujan turun tiba-tiba dan sangat deras. Otomatis aku lumayan basah kuyup. Bu Yus menyuruhku untuk ganti baju dan celana pendek milik Bam. Tadinya aku mau menolak tapi Bu Yus memaksa. Adikku dan anak Bu Yus masih saja asyik bermain di ruang tamu. Bu Yus menggandengku ke kamar Bam. Tak lupa ia menutup pintu dan setelah itu melepas baju kaos yang kupakai.
Aku seperti terhipnotis, diam saja. Apalagi waktu Bu Yus jongkok di depanku lalu dengan tiba-tiba memelorot celanaku dan kemudian celana dalamku. Aku diperlakukan seperti anak kecil. Mula-mula dipakaikan baju milik Bam, lalu celana. Aku terkesiap waktu wajah Bu Yus bersentuhan dengan “anuku” saat ia memakaikanku celana.
Otomatis “anuku” membesar. Ketika celana baru sampai ke lututku tiba-tiba Bu Yus meremas- remas “anuku”. Ia menatapku dengan raut wajah gemas. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat selain diam saja. Apalagi ketika kurasakan nikmat di balik remasan Bu Yus.
Tak lama kemudian Bu Yus berdiri lalu jalan menuju pintu sambil menarik “anuku”. Aku berjalan terseok-seok akibat celana yang masih nyangkut di lutut. Kemudian Bu Yus jongkok lagi sambil menyingkap roknya, sehingga terlihat celana dalamnya berwarna ungu. Punggungnya disandarkan ke pintu, mungkin maksudnya untuk menahan agar pintu tidak bisa dibuka.
Setelah meremas-remas sesaat, tiba-tiba Bu Yus memasukkan “anuku” ke mulutnya. Aku pernah nonton adegan seperti itu di HP temanku, tak kusangka aku akhirnya mengalami sendiri. Bu Yus mengulum dan menghisap “anuku” yang membuatku megap-megap dilanda nafsu. Dengan agak ragu aku membungkuk dan kuarahkan tanganku ke dadanya. Bu Yus diam saja saat kuremas-remas dua bukit ranumnya.
Nikmat yang kurasakan saat meremas membuatku makin terangsang. Ditambah lagi dengan hisapan Bu Yus yang makin gencar. Akhirnya aku tak tahan lagi. Cairan spermaku tumpah di mulut Bu Yus. Bu Yus membiarkan mulutnya penuh dengan cairanku, lalu ia berjalan menuju jendela yang tertutup, membukanya sedikit dan meludah di situ.
Dengan tubuh gemetar kupakai celana pinjaman. Bu Yus menghampiriku dan mengajakku keluar kamar. “Jangan bilang siapa-siapa lho, ya”, pesan Bu Yus sambil membuka pintu. Aku hanya mengangguk. Bu Yus meminjamiku payung lalu kuajak adikku pulang. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan Bu Yus dan kenikmatan yang diberikannya.
Sampai beberapa hari memori tentang kejadian di kamar Bam terus membayangiku. Rasanya aku ingin mengulangi lagi. Setiap kali ke rumah Bu Yus aku berdebar-debar, berharap ia melakukannya lagi padaku. Sayangnya kesempatan itu tidak pernah ada.
Kadang di rumah Bu Yus ada tamu, entah itu tetangga atau dari luar kampung, kadang adikku langsung minta pulang begitu aku muncul di pintu rumah Bu Yus. Aku gelisah setiap kali keinginan itu muncul lagi. Kalau aku tak tahan kubelai-belai dan kukocok sendiri “anuku” sambil membayangkan dihisap oleh Bu Yus.
Tapi meskipun aku orgasme, kurang afdol rasanya dibandingkan kalau diemut Bu Yus. Suatu hari waktu aku baru pulang sekolah Bu Yus datang ke rumahku dan minta tolong untuk memasang almari knock down yang baru dibelinya. Waktu itu adikku dan anak Bu Yus sedang ada les di sekolah, jadi ia sendirian di rumah. Aku cepat-cepat ganti baju lalu mengikutinya pulang.
Sampai di rumahnya aku langsung mulai bekerja memasang-masang lembaran papan yang diletakkan di dapur. Bu Yus masuk ke kamarnya sebentar lalu keluar lagi menemaniku sambil duduk di bangku kayu persis di depanku. Sebelum duduk ia menyibak lebih dulu dasternya ke atas. Aku terkesima waktu duduknya agak mengangkang. Ternyata ia tidak pakai celana dalam.
Aku langsung ereksi, tapi berusaha pura-pura sibuk meskipun sebenarnya nafsuku sudah menggebu-nggebu. Ketika aku sedang asyik merakit sambil duduk di lantai, tahu-tahu Bu Yus sudah berdiri di depanku. Lalu ia menarik bagian bawah bajunya ke atas hingga terlihat kemaluannya. Rambutnya lebat.
Aku melongo melihatnya. Sesaat kemudian Bu Yus menarik kepalaku sampai mulutku menempel di kemaluannya.
“Jilatin, Moes …”, pintanya saat aku menengadah menatap wajahnya.
Aku pun langsung menciumi dan menjilati “milik” Bu Yus. Kemudian Bu Yus duduk di meja dapur sambil mengangkang lebar-lebar lalu memintaku melanjutkan lagi jilatanku.
Bu Yus tampak menikmati sekali. Desahannya membuatku makin bernafsu. Sesekali kumainkan jariku di “milik” Bu Yus. Lama-lama Bu Yus tidak tahan. Ia turun dari meja dan langsung melepas celanaku. Ganti aku yang mengerang keenakan saat “senjataku” dihisap olehnya.
Setelah puas menghisap, Bu Yus berdiri membelakangiku sambil membungkuk. Tangannya bertumpu di meja. Pantatnya yang bersentuhan dengan “senjataku” digoyang-goyang. “Cepet masukin, Moes …” katanya. Aku berusaha mencari-cari sasaran, tapi tidak bisa. Akhirnya Bu Yus membantuku hingga berhasil masuk.
Oh, rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata- kata. Nikmat sekali. Apalagi ketika Bu Yus bergerak maju-mundur. Aku mengikuti gerakannya. Lama-lama aku tahu caranya. Berkali-kali Bu Yus mengerang, sehingga aku jadi tambah bernafsu. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Ternyata anak Bu Yus datang. Bu Yus cepat- cepat membenahi bajunya.
Aku juga buru-buru memakai celanaku lagi lalu pura-pura merakit almari, sementara Bu Yus keluar dari dapur menyambut anaknya. Aku berusaha mengatasi nafasku yang ngos-ngosan sambil mengumpat dalam hati, kenapa anak itu cepat sekali pulangnya. Bu Yus menyiapkan makan siang buat anaknya di ruang tamu.
Setelah itu ia ke dapur lalu menyeretku ke kamar mandinya. Di situ aku dan Bu Yus melanjutkan kenikmatan yang tertunda sampai cairanku keluar. Lega sekali rasanya. Bu Yus mengingatkanku untuk tidak cerita ke orang lain tentang hal itu.
Sejak saat itu, setiap kali ada kesempatan, aku dan Bu Yus melakukannya. Kadang di dapur, kadang di dekat sumur. Kami tidak pernah melakukan di kamar Bu Yus, karena kamarnya tidak berpintu. Hanya ditutup kain korden tebal. Sayangnya, hubungan gelapku dengan Bu Yus hanya sebentar. Tak sampai 6 bulan. Itu karena suaminya kembali dari Malaysia dan membuka bengkel di dekat rumahnya.