Aku pun berdandan, padahal biasanya aku ga pernah pakai kosmetik jika tidak mau berpergian. Aku menggunakan celana legging agar pantatku bisa terlihat menonjol dan terilihat cetakan celana dalamnya.
Lalu aku mengenakan baju kaos yang ketat dan bra yang kekecilan yang sudah lama tak ku kenakan agar toketnya terlihat menyembul dan terlihat belahannya. Entah kenapa aku seperti anak ABG yang ingin mencari perhatian laki-laki.
Setelah selesai berdandan aku pun keluar kamar. Jam dinding menunjukan pukul 9 kurang 5 menit. Kudapati Alvin sedang berbenah dengan tasnya, mungkin sedang memeriksa bawaan untuk persiapan wawancarnya.
“Udah siap Vin?” Tanyaku memulai pembicaraan.
Aku berjalan berlenggak-lenggok layaknya pragawati yang memaerkan bokong menghampiri Alvin.
“Eh, tante.. Doa in aja ya biar bisa diterima.” Jawabnya.
“Ya iya lah tante doa in, nanti kalau sudah diterima tinggalnya di sini aja ya Vin..” Entah kenapa ucapan itu tiba-tiba terlontar dariku. Padahal dari rencana awal juga Alvin akan ngekost kalau sudah diterima.
“Ah, ntar ngerepotin tante.. Alvin lebih baik nge-kost aja..”
“Gapapa ko Vin, kaya ma siapa aja..” Aku menyilangkan kakiku berharap Alvin melihat bokongku yang tercetak di celana legging. “Oh ya, emang wawancara kerjanya sampai kapan Vin..?” lanjutku lagi.
“Sampai hari kamis tante, tapi Alvin baru pulangnya hari sabtu, hari jumat nya Alvin mau jalan-jalan dulu.. boleh kan tante?” Jawabnya seperti biasa tak ada reaksi yang berlebih dari Alvin setelah kupamerkan bokongku.
“Ah gapapa ko’ Vin, lebih lama lagi juga gapapa ko”
Ingin rasanya aku bertelanjang ria di depan Alvin dan mendekapnya. Ah.. tapi aku masih belum cukup gila. Tak lama kemudian Alvin pun berangkat untuk wawancara kerjanya. Seharian itu pikiranku terus menjurus ke kontol Alvin yang menjadikan rasa penasaranku cukup tinggi.
Esok harinya rutinitas yang biasa pun berlalu, jam 7 pagi suami dan anak-anak ku sudah pada berangkat. Kali ini Alvin sudah bangun dari pagi otomatis acara masturbasi ku pun terhambat. Selama ini aku masturbasi selalu dengan rangsangan melihat bokep di internet yang komputernya ada di ruang tamy.
Aku tidak terbiasa masturbasi dengan imajinasiku tanpa rangsangan secara visual. Dan rasanya tidak mungkin juga masturbasi dengan mengintip Alvin seperti kemarin, Alvin sekarang sudah terbangun, kalau ketahuan bisa berabe.
Ah, tapi bisa aja kan minta langsung Alvin untuk memperlihatkan kontolnya. Pikiran gila terbesit di otakku. Ah, gila kali nanti kalau Alvin lapor ke kakak ku, trus nanti suami ku bisa tahu juga.
Tapi kalau Alvin nya ikut terangsang dia pasti tidak akan ngelaporin terus aku juga bukan hanya bisa melihat kontol Alvin tapi bisa juga ngerasain memek ku di hujamnya dengan kontolnya yang gede. Aaaahhh.. pasti nikmat pikirku.
Tapi apa aku bisa membuat Alvin terangsang. Ayo Sinta, kamu pasti bisa ! Aku benar-benar sudah kehilangan kewarasan. Nafsu sex menguasai diriku dan aku pun benar-benar melaksanakan rencana gilaku itu.
Tidak seperti biasanya pagi itu aku mandi lebih awal, pekerjaan rumah yang biasa kukerjakan aku abaikan dahulu. Setelah mandi aku pun berdandan agar terlihat cantik. Setalah kupilah-pilih aku pu memutuskan daster tipis warna pink untuk kukenakan.
Aku putuskan tidak menggunakan bra dan celana dalam agar Alvin bisa melihat cetakan putingku dan akan kupertontonkan memek serta bokong ku secara langsung. Pokoknya Alvin harus terangsang melihatku.
Setelah selesai berdandan aku pun langsung mencari sosok keponakanku itu, dan kutemui dia di ruang tamu sedang membaca koran.
“Pagi Vin… mau pergi jam berapa hari ini?”
“Biasa tante jam 9… memang ada apa tante?” Kali ini Alvin mulai mengamati tubuhku.
“Ah gapapa ko’.. Bisa minta tolong ga angkatin jemuran ke atas..”
“Iya tante bisa, mana jemurannya?”
Setelah menunjukan jemurannya Alvin pun mengangkatkannya. Aku sengaja jalan terlebih dahulu dengan harapan saat di tangga Alvin bisa melihat bokongku yang tidak terbungkus celana dalam secara langsung.
Dan memang seperti yang aku perkirakan, saat di tangga Alvin melihat bokongku meski dengan curi-curi. ketika sudah sampai atas kulihat besarnya tonjolan di celana Alvin yang menandakan sudah ereksi.
“Loh, sudah bangun lagi Vin?” tanyaku ketika sampai di atas.
“Maksud tante? “ Alvin nampak bingung.
“Itu dede yang di celana nya?” Mata ku tertuju ke tonjolan di celana Alvin.
“Eh, ah.. eh..” Alvin tampak salah tingkah dan tak dapat menjawab.
“Alvin terangsang ya lihat tante?” tanyaku lagi.
Alvin tampak masih salah tingkah dan tidak menjawab pertanyaanku.
“Boleh ga tante lihat dedenya Alvin?” Aku pun mulai membuka gesper dan kancing celana Alvin.
“Ja.. ja.. jangan tante..” kata Alvin.
Namun tak kulihat penolakan Alvin terhadap apa yang aku lakukan. Aku pun terus membuka celana Alvin. Kudapati kontol yang besar yang sudah ereksi kencang. Besarnya hampir sama dengan dengan kontol-kontol bule yang aku lihat di film bokep, namun punya Alvin lebih pendek sedikit.
Aku pun langsung melahap kontol Alvin yang besar ke dalam mulutku. Mulutku penuh sesak dengan kontol Alvin dan rasanya mulutku tidak bisa menampung panjangnya kontol Alvin. Alvin terlihat menikmati permainan mulutku di kontolnya, begitu juga aku.
Birahiku langsung menggebu-gebu, kontol yang selama ini kudambakan dan kuhayalkan sekarang bisa kurasakan di mulutku dan aku pun tak sabar untuk menerima sodokan kontol Alvin yang besar ini. Aku pun menudahi permainan mulutku, kini aku tarik Alvin ke kamar tamu yang tepat di sebelahku.
“Jangan ah tante, nanti Om Agus tahu..”
“Ayo lah, kalau Alvin ga bilang pasti ga akan tahu..” Jawabku sambil menarik tangan Alvin ke kamar.
Alvin pun menuruti ajakan ku. Ku dudukan Alvin di ranjang dan aku pun langsung membuka dasterku yang membuatku menjadi telanjang bulat. Alvin nampak terbelalak melihat tubuh bugilku terpampang di depannya. Lalu aku lucuti satu per satu pakaian Alvin hingga sama telanjangnya denganku. Dadanya yang berbidang membuatku tak tahan. Berbeda sekali dengan perut Mas Agus yang buncit dan dadanya yang kendur.
Aku langsung naik ke atas Alvin. Kuciumi mulut Alvin dengan penuh nafsu. Kugesek-gesekan kontolnya yang tegang ke bibir memek ku yang sudah membasah. Dan.. clepp.. terasa sensasi luar biasa waktu pertama kontol Alvin masuk ke memek ku. Terasa terganjal nikmat memeku.
Lalu aku pun mulai bergoyang, berbeda sekali dengan waktu dengan Mas Agus. Biasanya aku harus bersusah payah menggoyang agar kontol Mas Agus mengenai titik sensitifku, namun dengan kontol Alvin yang besar hanya dengan sedikit goyang titik sensitifku sudah terasa nikmat. Dan hanya dengan sekitar tiga menit aku pun mencapai oragasme yang luar biasa.
“Aaahhh……. Kamu di atas ya sayang…” aku minta untuk bertukar posisi, dan tak lama kemudian Alvin sudah menindihku dengan kontol yang tertancap di memek ku.
“Tante haus Vin, puasin tante.. puasin tante sayang…”
Mulutku mulai meracau tak karuan. Aku terbawa melayang birahiku yang mengebu dengan diiringi kocokan kontol Alvin yang perkasa. Aku berada di puncak kenikmatan birahi yang selama ini tak bisa aku dapatkan dari suamiku Mas Agus. Tubuhku terasa panas, keringat bercucuran dari tubuhku.
Tak aku bayangkan dia keponakan dari kakak kandungku sendiri yang masih punya pertalian darah. Aku hanya mengaggap dia lelaki perkasa yang bisa menyirami birahiku yang dahaga.
“Terus sayang… terus… aaaahhhhh…”
Aku pun mencapai orgasme yang kedua. Orgasme yang yang beruntun dengan posisi Alvin yang masih sama. Baru kali ini aku merasakan multi orgasme, oragasme yang begitu dasyat yang menjadikan tubuhku berkejang habat. Sungguh perkasa sekali keponakan ku ini.
Sudah hampir satu jam memek ku dihujam kontol Alvin yang perkasa. Sudah 6 atau 7 kali aku mencapai orgasme, ah untuk apa aku menghitung. Aku hanya menikmati…
Nampaknya sekarang juga Alvin mau keluar, kocokannya terasa semakin cepat tidak beraturan. Kontolnya kurasa lebih menegang di memek ku. Beberapa saat kemudian terasa cairan hangat menyemprot di memek ku. Dan aku pun mencapai orgasme untuk entah yang keberapa kali.
Kurasakan banyak sekali cairan sperma yang keluar dari kontolnya Alvin sampai meluap keluar dari memek ku. Lalu setelah kontolnya dicabut dari memek ku aku pun langsung menjilati kontol Alvin, membersihkan cairan sperma yang menempel di kontolnya sampai bersih.
Aku menjilati sampai kontol Alvin laya tak tegang lagi. Bahkan walaupun sudah loyo kalau aku perhatikan masih lebih besar dibandingkan dengan kontol Mas Agus yang ngaceng. Sungguh perkasa keponakanku ini.
Setelah satu jam lebih kami bergulat Alvin pun pergi untuk wawancara kerjanya. Hari itu aku rasa lemas sekali dan aku pun mengerjakan pekerjaan rumahku dengan malas. Aku sangat menikmati dan puas dengan pelayanan Alvin. Nampaknya Alvin pun demikian. Terbukti dengan terus diulanginya setiap pagi sebelum Alvin berangkat wawancara kerja.
Akhirnya Alvin pun diterima kerja. Aku sudah menawarinya untuk tinggal bersama, aku masih ingin dipuaskan oleh sepupuku Alvin namun ia menolaknya dengan alasan tak enak saat bertemu Om Agus. Alvin pun mengekost tak jauh dari rumah kami dan kami pun masih suka mencuri-curi waktu untuk saling memuaskan birahi.
Di satu sisi aku merasa berdosa terhadap Mas Agus, aku merasa hina dengan menggadaikan kesetiaanku sebagai seorang istri. Tapi si sisi lain aku hanya seorang wanita biasa yang ingin terpenuhi kebutuhan bathinku.