Tanganku memegang erat kedua pantatnya dan sesekali meremas susunya dengan gemasnya. Kadang dia telungkup menindih saya, sambil menyatukan bibir mulut kami. Gerakannya makin kencang sampai menggoncang-goncang tubuhku dan tempat tidurnyapun ikut bergetar, lalu diiringi dengan desahan kuat.
“Ah…..uh….eh… aku sampai Ren….” katanya sambil menggong-goncang tubuhku.
Wajah bu Heidy merona merah jambu saat orgasme. Setelah erangan itu, gerakannya keras sekali, lalu merambat, lambat laun melemah sesekali dihentakkan, naik turun akhirnya berhenti. Saat berhenti dia terkulai menindihku sesekali menggerakkan pinggulnya dan mencium ku.
Setelah beberapa menit kemudian dia beranjak kemudian berbaring di sampingku, sambil mendesah puas.
“Sekarang lanjutkan Ren, kayak tadi” katanya
Dia terlentang dengan membuka lebar pahanya dengan lutut sedikit menyiku, sehingga tampak Mrs Vnya merekah yang tadi warna pink sekarang memerah dan yang basah kuyup, menggairahkan. Kembali aku menindih tubuh molek itu, dan mulutku kembali mengulum-kulum pentilnya.
Tititku kembali masuk pada sasarannya, kini saya sendiri yang menancapkan pada Vnya Bu Heidy, tanpa bantuan si empunya barang nikmat tersebut. Aku sudah sedikit tahu caranya. Kembali aku menggerak-gerakkan pinggulku seperti orang memompa, naik turun dan memutar. Tumpuan yang sangat nikmat ini terasa licin dan basah yang menjadikan gerakan dan kegiatan ini masih lancar dan nikmat.
Kedua tanganku menyiku dan kedua tanganku memegang erat kedua bahunya dari bawah. Tubuh putih mulus ini mulai bergerak-gerak di bawah himpitanku, terutama pada pinggulnya berputar-putar dengan indahnya.
Dia mengimbangi dengan gerakan bergoyang pada pinggulnya, sehingga membawa efek nikmat pada tititku dari kuluman lembut Vnya. Nikmat sekali. Tetapi gerakan masih seperti tadi, keluar masuk sedangkan bibirku tetap asyik pada bibir indah bu Heidy dan pada susunya yang montok itu. Permainan ini menyenangkan sekali yang sekaligus membawa nikmat.
Dari tubuh yang membara itu, tiba-tiba terasa aliran darahku dalam tubuh terasa deras, menekan dan mendorong kuat pada gairah yang semakin meningkat.
Demikian halnya dengan dadaku berdetak dan bergetar kencang, seperti hempasan angin puting beliung. Sementara tititku yang super ngaceng itu terus melakukan kegiatan menggarap V milik bu Heidy yang nikmat luar biasa itu.
Akhirnya dorongan yang begitu dahsyat itu, menghentak kuat ditandai dengan keluarnya pancaran spermaku masuk dalam lobang milik Bu Heidy yang diiringi dengan kenikmatan luar biasa. Inilah pengalaman yang mungkin tidak bisa terlupakan.
“Ah.. uh……” desahku diikuti desah bu Heidy sahut-sahutan. Rupanya dia orgasme lagi, wajah ayunya merona merah jambu kembali, mengasyikan. Nikmat abiz!
Nafasku berkejar-kejaran bersama bu Heidy, seolah-olah ingin saling mendahului mencapai kenikmatan bersama. Perempuan cantik itu memeluk punggungku ketat dan kaki kami saling berlilitan. Aku menutup bibirnya dengan bibirku. Kami benar-benar menyatu dalam kenikmatan sore itu.
Kiri-kira sepuluh menit kemudian kami saling melepaskan diri, dan saya merebahkan diri di sisinya, saling menghela nafas panjang. Nafas kepuasan. Langit-langit dan seisi ruangan tetap tenang, sebagai saksi bisu permainan dahsyat itu. Bu Heidy berpaling ke arahku sambil tersenyum.
“Terima kasih ya Ren.. kamu hebat. Saya puas sekali” bisiknya
“Saya Bu yang berterimakasih. Ibu memberi kenikmatan….” kataku disambut dengan anggukan dan senyum manis sambil mengelus bahuku.
“Ya, kita sama-sama” Inilah pengalaman pertama yang tentu tidak akan aku lupakan sepanjang sejarah hidupku bersama bu Heidy.
Kemudian dia beranjak ke kamar mandi, aku mengikutinya saling membersihkan diri. Kemudian berpakaian kembali. Lalu aku kembali bercengkerama di sofa seperti tadi sambil menikmati teh, sesekali berciuman dan membelai-belai bagian-bagian tubuhnya yang molek itu.
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam, kami berdua mulai bercumbu lagi, rasa dan perasaan serta nafsu menyatu menghangat kembali. Kami berdua berciuman hebat lagi dan saling meraba pada tubuh kami. Saya meraba mulai dari pahanya, susunya dan selakangannya.
Tangannya merogoh pada celanaku dan mengeluarkan senjataku, kemudian dia menunduk dan mengulum lembut. Adegan yang tanpa aku duga sebelumnya, pertama lidahnya menari-nari pada kepada tititku kemudian mengulum, rasanya nikmat sekali.
Lalu kami beranjak ke tempat tidur dimana kami melakukan di babak pertama tadi. Walau tanpa kata-kata, rupanya bu Heidy sepakat dengan hasratku yang makin memuncak ini. Dia pun mengikuti alur kegiatan nafsu itu dengan membuka pakaianku satu persatu, aku pun membuka pakaiannya, sehingga kami berdua kembali telanjang tanpa pakaian lagi.
Setelah melewati percumbuan yang seru, aku tak sabar, saat menindih tubuhnya langsung memasukkan senjataku pada Vnya yang langsung disambutnya. Penetrasi terjadi kembali kami saling menyerang dan saling menikmati.
Di tengah-tengah keasyikan tersebut, tiba-tiba hp bu Heidy berbunyi. Saya sempat tersentak. Masih dalam posisi semula, saya berusaha menggapai hpnya yang ditaruh di meja nakas (set lemari kecil tempat tidur), lalu saya berikan kepada yang empunya hp. Lalu volume speakernya dibesarkan. Dari seberang sana:
“mBak jangan makan dulu ya, aku beli lauk” suaranya dari hp, rupanya suara ibu tiriku.
“Ya. Ini di mana?” jawab bu Heidy
“Masih di toko buku, ini hampir selesai. Paling dua puluh menit sampai rumah” terdengar kata kembarannya bu Heidy itu.
“Ya nggak apa-apa” sahut bu Heidy.
Lalu hp di taruh pada tempatnya, dan kami melanjutkan kegiatan lagi, tapi lebih cepat supaya lekas selesai. Baru saja aku telah mendapatkan kenikmatan yang belum pernah aku pikirkan sebelumnya. Memang saya pernah membayangkan nikmatnya hubungan suami istri kelak, jika sudah mempunyai istri.
Beberapa tahun lagi, setelah selesai kuliah atau setelah mendapatkan pekerjaan. Tapi ini, diluar dugaan saya, sore itu tonggak sejarah mengukir, bisa merasakan nikmatnya bercinta bahkan bersenggama dengan seorang perempuan dewasa, cantik lagi.
Inilah yang sebenarnya tak terbersit dalam pikiranku sebelumnya. Kejadiannya begitu mengalir bagaikan aliran air yang selalu mencari tempat yang lebih rendah.
Malam harinya saya hampir tidak bisa tidur, pingin rasanya masuk di kamar bu Heidy, mengulang adegan demi adegan seperti tadi. Kami hanya ber-BBMan sampai larut malam. Pagi harinya, Sabtu, hatiku berbunga-bunga, pikiranku terang benderang, seindah sinar mentari.
Betapa indahnya hidup ini. Seperti biasanya aku mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci mobil dan mengepel. Ayahku menghampiriku hatiku berdebar, jangan-jangan ia tahu apa yang aku lakukan?
“Ren, kalau kamu capek, cuciannya tidak usah kamu cuci. Biar papa nanti yang cuci” katanya setengah berbisik kepadaku.
“Ya Pa, Rendi baik-baik saja” kataku penuh hormat.
Pagi itu Papa mengantar Remy, sekalian mengantar mama tiriku ke dokter kandungan. Seperti biasanya bila kontrol kandungan hari Sabtu. Mama memang mengandung, entah sudah berapa bulan umur kandungannya, tapi yang jelas perutnya sudah kelihatan mblenduk. Bu Heidy diajak mama, sekalian nanti jalan-jalan setelah dari dokter, tapi bu Heidy tidak mau.
“Saya di rumah saja, agak pusing nih…” katanya beralasan kepada kembarannya.
Saya agak bertanya dalam hati, perasaanku bu Heidy baik-baik saya, tidak lesu? Apakah pengaruh permainan kemarin sore, terlalu banyak gerak? Sehingga jadi pusing. Ah aku tidak tahu. Setelah selesai mengepel, akan saya lanjutkan cuci. Bu Heidy menawari minum teh dan makan roti. Tapi cangkirnya cuma satu.
“Ini untuk kita berdua, Sayang” katanya.
Setelah minum teh dan makan roti, bu Heidy membantu aku mencuci dan menjemurnya. Kemudian perempuan menyenangkan itu mengajak aku mandi bersama. Asyik…., ada acara mandi bersama segala.
Saat mandi tititku tegak bukan kepalang, di bawah guyuran air shower bu Heidy yang berdiri di depanku aku peluk dengan kencang dan aku agak merendah, kemudian menyodokkan senjataku pada Mrs Vnya.
Berulang-ulang tapi tidak maksimal masuk dan sering terlepas, lalu kakinya diangkat sebelah, baru bisa masuk. Lelah dalam posisi begini, kemudian perempuan paruh baya itu melepaskan diri dan agak menunduk, sementara tangannya memegang stanlees tempat handuk.
“Masukkan dari belakang” katanya, aku menurut saja. Wah ini benar-benar seperti di film, pikirku. Enak juga dari belakang, doggy style namanya. Tapi adegan ini tidak berlangsung lama, hanya beberapa kali sodokan saja, dia berdiri dan berkata:
“Sudah, nanti dilanjutkan di kamar” katanya aku menurut saja.
Selesai mandi kami tidak langsung berpakaian, tetapi kembali bergumul di tempat tidur seperti kemarin sore, tentu saja setelah mengeringkan badan dengan handuk. Mengulang adegan demi adegan yang sebenarnya sangat sederhana.
Ada barang seperti peluru kendali, kemudian dimasukkan ke lobang, yang bila dilihat sepintas hanya berupa garis vertikal berwarna pink, kita-kira 5 cm, tapi ternyata itu adalah lobang yang mempesona.
Dari kegiatan yang sederhana itulah, anehnya membawa dampak luar biasa nikmatnya, terutama bagi yang melakukan. Baik yang punya lobang maupun dan yang memiliki senjata.
Dua-duanya memetik kenikmatan yang hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa. Luar biasa! Ingin sekali rasanya melihat kayak apa sebernarnya struktur V ini, lalu aku kubuka pahanya dan membuka vaginanya sambil memainkan jemariku pada lobang berwarna pink itu.
Kerajinan tangan ini ternyata membawa efek bagi yang empunya benda ajaib ini, bu Heidy bergelincangan hebat dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya kesana kemari dengan mendesis lembut.
Setelah puas melihat dan mempermainkan lorong tersebut, aku cium bibirnya. Dia menggapai tititku, benda yang tegak seperti tugu itu dikulum dan lidahnya menari-nari pada kepalanya, dilakukan berulang-ulang.
Kontan saja saya bergelincangan hebat, nikmat luar biasa. Sesi berikutnya mengulang seperti semalam, memasukkan dengan lembut tititku pada tempiknya, yang selalu diakhiri dengan kenikmatan hebat.
Sisa satu minggu bu Heidy di rumah, masih sempat kami lakukan walau hanya dua kali, karena ada pihak ketiga, pembantu sudah datang. Kepingin rasanya pada malam-malam buta, saat penghuni rumah tertelap tidur, saya ingin melepas hasratku. Tapi bu Heidy tidak mau. Berbahaya katanya. Aku menurut saja, toh saya sudah beberapa kali merasakannya lagi pula saya harus mematuhinya.
Setelah selesai diklat dua minggu bu Heidy pulang, berat rasanya ditinggalkan perempuan yang pernah memberi pelajaran berharga sekaligus mengasyikkan itu. Membekas rasanya di hatiku. Tapi setelah itu, paling tidak sebulan sekali kami bertemu, bila dia kebetulan ada dinas di kota ini.
Setelah selesai urusan dinasnya, pernah beberapa kali dia minta aku untuk menemaninya melepas rindu di sebuah hotel pada siang hari dan baru sore harinya dia pulang ke kotanya atau ke rumah kami menemui kembarannya, bila dia ingin menginap.
Pernah perempuan cantik itu, meminta saya untuk menemaninya saat tugas di kantor pusat, selama seminggu. Saya agak keberatan, bagaimana izinku kepada ayah? “Tapi kamu libur to?” katanya lewat handphone di saat itu. “Ya Bu, saya libur” “Bilang, ada acara kampus atau naik gunung gitu Ren. Saya takut sendirian di hotel, tidak ada yang nemeni”
Akhirnya saya setuju dan kemudian izin kepada ayah dengan alasan naik gunung dan ayah menyetujui. Pada hari yang telah ditentukan kami berdua, sore itu tiba di bandara dari jurusan penerbangan yang berbeda.
Kemudian langsung menuju ke sebuah hotel yang dekat dengan kantor pusatnya. Sore itu bu Heidy memakai baju putih polos lengan panjang, ujungnya menjuntai sampai pada pahanya dan celana jeans krem serta kerudung dasar putih corak coklat bermotif.
Setelah sampai di kamar, kamu berdua saling berpelukan dan berciuman sejadi-jadinya, melepas rindu selama hampir dua bulan.
“Kita mandi dulu yuk Ren” katanya
Kami melepas rindu sambil saling melepas pakaian, lalu sambil berpelukan menuju kamar mandi. Dari kamar mandi tanpa berpakaian melanjutkan pergumulan, saling mencium dan meraba. Sasaran yang cukup menyenangkan adalah kedua susunya yang menggemaskan.
Selain meraba, juga mengedot dan memilin-pilih puntingnya. Kemudian seluruh wajahku kupakai untuk mengusap seluruh gunung kembar milik bu Heidy dan sesekali meremas keduanya dengan lembut. Benar-benar naik gunung nih…!, pikirku.
Perempuan cantik berkulit putih bersih itupun, tidak kalah sengitnya. Dia memegang terus tititku yang tegak seperti tugu monas itu, kemudian di emut dan lidahnya menari-nari pada kepala senjata itu dan membawa efek yang luar biasa nikmatnya.
Pergumulan seru, tapi nyaris tak bersuara, hanya desah mendesah di kamar hotel mewah tersebut. Sekarang aku terlentang, bu Heidy mengambil posisi duduk pada pinggangku, sehingga alat seks kami bertemu.
Tangannya yang indah itu memegang tititku dan memasukkan, menghujam pada mrs Vnya yang sudah membasah itu. Pinggulnya yang berbentuk indah itu, mulai bergerak memutar dan maju-mundur yang digerakkan secara berulang.
Entah sudah sampai berapa putaran, saya tidak tahu, yang jelas setelah lebih dari lima menit putarannya makin keras dan intensif, sampai menggoncang-goncang tubuhku. Lalu kedua tanganku memegang sambil meremas lembut payudaranya yang bergelantungan indah pada dadanya. Dalam waktu berikutnya diiringi dengan desahan panjang dari mulut bu Heidy.
“Ah…uh… eh” desahnya berkali-kali lalu tubuhnya merebah di atas tubuhku, dia orgasme, wajahnya merona merah jambu.
Pinggulnya masih bergerak, tapi makin pelan dan akhirnya hanya bergerak, ala kadarnya saja, seperti ular yang baru saja menelan mangsanya.
Setelah beberapa menit bu Heidy menikmati orgasmenya, saya ajak dia berguling tanpa melepas alat seks kami dan saya mulai menindihnya dan memompanya dengan gerakan naik turun, keluar masuk dan kadang berputar lembut.
Gerakan ini saya lakukan dengan seluruh rasa dan perasaan, betapa indahnya permainan ini. Kegiatan yang lembut dan mempesona ini diikuti dengan indahnya tubuh bu Heidy yang mengeliat-liat seperti penyanyi ndangdut yang sedang manggung.
Karena asyiknya permainan ini, tanpa terasa aku menaiki bu Heidy sudah lebih dari sepuluh menit. Dengan posisi demikian saya yang lelah, bu minta ganti posisi.
Dia berbaring miring memunggungi aku, kaki kanannya diangkat dan lututnya dilipat, saya diminta menusukkan senjataku dari belakang. Aku mendekatkan senjataku pada selakangannya yang terbuka lebar itu, lalu memasukkan.
Agak ribet, tetapi menuai kenikmatan tersediri, walaupun gerakannya tidak jauh berbeda dengan tadi. Tanganku berpegangan pada payudaranya dan bibirku mencium ketat pada bibirnya. Seperti apa yang saya katakan pada pengalaman pertama yaitu apapun yang kami lakukan dalam gerakan membawa efek nikmat sekali.
Dan apa yang terjadi? Dengan kenikmatan yang bertubi-tubi itu, maka saya pikir siapapun tidak akan kuat bertahan. Seperti halnya aku, dengan kenikmatan yang tiada tara tersebut, maka dengan hentakan gerakan yang makin kuat dan dahsyat.
Maka terlepaslah tenaga itu yang ditandai dengan semprotan air maniku masuk dengan dahsyat ke lobang kenikmatan milik bu Heidy yang diiringi dengan kenikmatan yang luar biasa. Sulit untuk digambarkan.
Bu Heidy sebagai pihak yang menerima seranganku inipun tidak berbeda, bahkan dia merintih-rintih dengan desahan yang lebih keras karena orgasmenya terjadi bertubi-tubi pula.
“Ah..uh…eh…”
“Keluar Bu?” kataku terengah-engah
“Yah… tiga kali ini…”
Malam itu kami mengulang setiap serangan dan berakhir dengan kenikmatan bersama. Selama seminggu, menemani bu Heidy di hotel kami berdua mengarungi kenikmatan demi kenikmatan.
Kira-kira lima bulan sejak pertama kali aku mengenal hubungan seks bersama bu Heidy, kini di lain pihak mama tiriku melahirkan di rumah sakit. Saya memberi kabar kepada kakak kembarannya, bu Heidy.
Dua hari berikutnya bu Heidy muncul bersama suaminya, aku agak kecewa tapi tidak aku tunjukkan. Secara sembunyi-sembunyi bu Heidy tadi sempat mencium saya. Kali ini penampilnnya lain, perutnya mulai membesar juga. Beberapa waktu yang lalu ia mengabariku, bahwa anaknya yang berusia 10 tahun akan punya adik.
Jelasnya dia sedang hamil anak kedua, seperti kembarannya yang kini melahirkan anak kedua, setelah Remy. Sore harinya mereka berangkat ke rumah sakit membezuk mama tiriku, sampai malam.
Keesokan harinya seperti biasanya aku mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci mobil, tapi ayah melarangku, karena mobilnya masih cukup bersih. Lalu aku mencuci mobil suami bu Heidy yang kotor berat itu. Jam sembilan situasi sepi kembali, ayah dan Remy sudah berangkat. Terakhir suaminya bu Heidy juga pergi entah kemana, katanya ada urusan bisnis dengan temannya.
“Jangan lama-lama Pa” kata bu Heidy kepada suaminya
Kini kami bertiga, bu Heidy, Parmi dan saya. Sementara Parmi mencuci di belakang, saya masuk ke kamar bu Heidy, dan menciumi wanita cantik itu. Diapun menyambut dengan senang dan kami saling berciuman hebat. Maklum sudah cukup lama tidak berjumpa.
Tanganku mengelus-elus perutnya yang besar, langsung aku menarik ke bawah cedenya. Ketika gaunnya akan aku buka, dia melarang dan bilang: “Enggak usah dibuka, begini saja. Ada Parmi” katanya lembut, aku menurut saja.
“Kita cepetan aja tapi pelan-pelan” bisiknya lagi.
tanpa terasa perjalanan indah bersama bu Heidy sudah berlangsung lama sampai aku selesai kuliah. Ketika itu bu Heidy sudah berusia 38 tahun, aku 25 tahun. Dia minta kepada ayahku;
“Om, di kantorku ada lowongan, biar Rendy kerja di sana” kata bu Heidy kepada ayahku di suatu hari dan ayahku setuju.
Akupun juga menyambut dengan senang. Kini setelah melalui test yang rumit mulai kantor pusat sampai akhirnya di tempatkan di sebuah kota yang tidak jauh dari kantor bu Heidy. Dan tentu saja saya sering mengunjunginya, semangatnya luar biasa masih seperti dulu. Merajut cerita asyik dan mempesona.
Apabila liburan saya sering main di rumahnya, menyatu bermain dengan kedua anaknya. Pada saat rumah sepi, kami melepaskan rindu mengarungi laut luas kenikmatan dalam bahtera asmara.
Rasa dan perasaanku makin dekat dengan bu Heidy, demikian juga dia merasa bagian dariku, walau tidak kelihatan. Tapi di balik itu dia takut apabila di suatu waktu harus berpisah denganku, ketika nanti saya menikah. Dia tidak mau kehilangan aku, perasaankupun tidak jauh berbeda dengannya.