Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan. “Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Sella memaki kami berdua dengan wajah merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Monik ke polisi…silakan. Mau laporin ke Heni…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Heni…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Sella meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Sella memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Sel?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Monik ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Monik berteriak bebarengan.
“Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Sella mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Monik saling berpandangan. Kuhampiri Monik, kubelai tangan dan rambutnya. Monik seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Sella. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Monik segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Monik menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Monik dan Sella.
Aku melirik Sella, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, Ndra…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”Monik merintih.
“Biarin aja si Sella…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Sella.
“Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Monik yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Monik yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Hendraaaaa….”Monik menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Hendra…Hendra…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”Monik terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
“Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras.
Baik itil maupun memiaw Monik sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa. Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi.
Hal ini membuatpaha Monik menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“HENDRAAAAAAA…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Monik menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali. Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu.
Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Monik. Sedotanku pada memiawnya membuat guncangan Monik makin keras…dan akhirnya Monik terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…Ndraaa…aaachhh…..”Monik menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…” Kulihat Monik tersenyum dengan wajah puas.
Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Monik sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan.
Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Monik mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Hendraaa….sayaaaannggg…”Monik merintih.
“Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhhhh……” Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Monik.
Blessss……. “Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Monik tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Monik berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.
“Ayo, Ndra…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Monik merintih memohon. Segera kugocek tongkolku dengan ganas.
“crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Monik yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“AN…DREEEWWWW…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKKKK….” Monik menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Monik…sangat kuat.
Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek. Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Monik, makin kencang pula pelukannya.
Nafas Monik tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan. Karena denyutan memiaw Monik yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan.
Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo Ndra…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Monik memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Monik.
“C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”
Mon……MOOONIIKKK…..MOOONNIIKK….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Monik juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrroooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Monik, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.
Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Monik merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndra…” ucap Monik.
Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….” Kupandangi memiaw Monik yang masih membengkak dan merah dengan lubang menganga. Monik segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh.
Segera saja jemari Monik meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Monik belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya.
Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Monik menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….”Monik balas menantangku.
“Nih liat ya….” Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Monik nampak puas menikmati pejuh ditangannya. “Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Monik tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, Ndra..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Monik mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Monik sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Mon…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndra…orang enak kok ditolak.”
”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Monik tersenyum
“Eh, Ndra…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Monik
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Sella. Segera kulirik Sella, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu.
Pertanda bahwa Sella juga telah dilanda birahi. Monik mencolek tanganku, rupanya ia ingin mengerjai Sella. Aku setuju. Sambil berjingkat, aku dan Monik menghampiri Sella. Segera tangan Monik yang masih ada sisa pejuhku dioleskan kemuka dan bibir Sella.
“MMppphhhh…..fffggghhh…..” Sella sontak terkejut dan menghentikan aktivitasnya.
“apaan nih…kok kayak bau pejuh…?”
“Udahlah Sel….aku tau kamu juga ikutan horny, ngeliat aku dient*t sama mas Hendra.” Monik tersenyum-senyum genit.
“AH…aku…eeehh….anuu….” Sella gelagapan kehabisan kata-kata.
“Sel…gkalo kamu juga horny, gak papa kok…aku masih kuat.” Tantangku.
“Tuh, kamu liat. Kon tolku masih bisa bangun.” Ya, walaupun sudah menyemprotkan amunisinya dua kali permainan, kon tolku mash berdiri walaupun tak sekeras waktu ngent*tin Monik. Malahan sekarang kon tolku berdenyut dan mengangguk-angguk, seolah menyetujui usulku dan Monik.
“Tuhhh, Sel. Kon tolku manggutmanggut.”sahutku.
“Tapi nanti kalo Heni pulang gimana?” tanya Sella.
“Don’t worry, honey. Kalo memang kepergok, nanti aku bantu jelasin ke Heni.” Hibur Monik. “Soalnya, dulu-dulu aku pernah becandain Heni, gimana kalo sekali-sekali aku minjem tongkol suaminya.”
“Trus, Heni bilang apa?” Sella penasaran.
“Mmmm.dia sih gak bilang iya tapi juga gak bilang enggak.”jawab Monik.
“Dia cuman ngomong, ya kalo kamu gak malu sama Hendra, terserah kamu. Tapi kalo Hendra ketagihan, resiko tanggung sendiri lho. Gitu kata Heni.”
“Oooo…..” Sella terlongong mendengar penjelasan Monik.
Aku pun terperangah. Jadi……ternyata…..???? jangan-jangan mereka berdua memang sengaja kesini…atas suruhan Heni…. Gak pake lama segera kulumat bibir Sella yang mungil.
“Mmmpphhh…mmppfff……..aaahhhh…”Sella mendesah….
”Hendraa…puasin aku sayang……guyur aku dengan pejuhmu kayak Monik tadi….oooccchhhhh…..”
Aku terus melumat bibirnya..lehernya yang jenjang dan mulus…kujilat pula telinganya yang membuat Sella merinding dan tersengal-sengal. Ternyata salah satu titik rangsangannya adala teling. Monik membantu melepaskan spandex Sella.
Dan…oouuuwww…pantesan di selangkangan Sella terlihat seperti terbelah. Rupanya dia memakai G-String yang segitiganya hanya mampu menutupi itilnya. Selebihnya…terlihat bibir me meknya sudah membengkak kemerahan dan basah kuyup oleh lendirnya.
Kulihat me mek Sella sama dengan Monik…bersih dari bulu jembut, sehingga ha ini membuat kon tolku langsung tegak mengeras lagi. Monik turut membantu Sella melepaskan G-String, kaos dan Bhnya. Seolah Monik tak ingin Sella direpotkan oleh aktivitas lain yang mengurangi kenikmatan bercinta.
“Ohhh…Ndraaa,,,,sssshhhhh….hhhaaaaaarrrggghhh….mmmppphhhhh…..”Sella merintih-rintih sambil mennggelengkan kepalanya saat bibirku turun ke putingnya. Payudara Sella lebih kecil dari Monik, mungkin hanya 34B, dibandingkan milik Monik yang 36C. Putingnya berwarna coklat muda, tegak keras mengacung, seolah menantangku untuk segera melahapnya.
Dan…hap….kusedot putting kiri, sementara tangan kananku meremas payudara sebelah kanan dan memilin putingnya.
“Auuuccchhhh..Anddreewwww…ampunnnn…amppuuuuuunnnnn…..”Sella berteriak menahan nikmat saat jari tangan kiriku menyusuri memiawnya. Kumasukkan jari tengahku sambil jempolku menggosok itil Sella yang sangat keras.
“Sel…kon tol Hendra diusap dong…biar cepet keras…” ujar Monik. Segera tanpa diperintah dua kali, Sella segera meraih kon tolku, mengusap dan mengocok bergantian.
“Uffff…Sella sayaaanng…akhirnya kon tolku kena kamu yaaa…”aku merintih menahan nikmat. Ternyata Sella sangat terampil dalam urusan kocok mengocok, sehingga tak perlu waktu lama kon tolku sudah sekeras kayu lagi, mengkilat kemerahan.
Tak sabar segera kubalikkan tubuh Sella, sehingga posisinya sekarang nungging didepanku. Lututnya bertumpu pada sofa panjang, sehingga punggungnya meliuk, menambah sexy posisinya saat itu.
Dengan pantat membulat, tampak bibir me mek Sella merekah merah dan berkilat licin oleh cairan birahinya. Tak tahan, kuserbu me mek Sella, kujilat itilnya dan kukorek liangnya dengan jari-jariku.
“Arggghhh…Hendra….oohhhh….nik..mat…sss…sseekkk..kali……say….yaannnghhh….”Sella menjerit sambil tersengal. Napasnya memburu.
“Akk..kku…hammm..ppir sampai, honey…”Sella terus merintih.Ah…ternyata Sella tak sanggupbertahan lebih lama lagi. Terasa sekali dibibirku, suhu me mek Sella makin panas, dan lendir cintanya bertambah banyak mengalir. Segera saja kuarahkan batang kon tolku yang menunggu giliran, merojok me mek Sella.
“Ugghhhh……aaacccgghhhhhh…Hendraaaa………”pantat Sella tersentak menerima hunjaman kon tolku yang begitu tiba-tiba.Nikmat sekali me mek Sella. Meskipun sama-sama becek dan mampu berdenyut, aku merasakan sensasi lain dibandingkan me mek Monik.
Makin lama makin terasa me mek Sella berdenyut-denyut. Tak ada suara yang keluar dari bibir Sella, kecuali erangan dan rintihan. Kurasakan otot disekitar pantat dan selangkangannya mengejang dan tiba-tia Sella menekan pantatku sambil melolong….
“OOOOUUUWWWWWW….NDRAAAAA…..UUUUUUUFFFFGGGGHHHHHH…..” Nafas Sella tertahan, dan kupercepat hunjaman kon tolku, seolah menyerbu me mek Sella bertubi-tubi.
Ahh…..betapa hangat lendir birahi yang mengalir, bahkan sampai meleleh membasahi pahaku dan paha Sella. Sella tetap menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga membuatku makin bernafsu menggocek kon tolku dalam me meknya yang becek namun sempit.
“C’mon honey…shot your sperm inside my mouth….,”Sella menoleh dan menatapku dengan mata sayu seolah memohon agar kusemprotkan spermaku dimulutnya.
“Ohhhhh….aaaawwwgghhh….Seellaaa…me mek kamu kok ennnnaaakk bangethhh sssssiiiccchhh….,”aku menceracau sambil terus memajumundurkan pantatku.
“Ngeliat pantat kamu yang bulet ..dddaannn…putih…eeegghhhh….bikinnhh….aakkk…..kkkuuuu….pengennnnhhhh ….ngecreettthhh…….aaarrrrggghhh….RIIIKKKAAAAAAAAAA……,”aku berteriak keras sambil mencabut tongkolku.
Serta merta Sella meraih kon tolku, mengocoknya sambil mengisap kepala dan batangnya. “C’mon…ayo Ndra…keluarin pejuhmu…..”
“Aku pengen ngerasain pejuh kamu….” Monik pun tak tinggal diam. Ia berbaring telentang dibawahku dan menjilat perineumku, seolah tau bahwa itu adalah daerah “mati”ku.
Ya, aku paling gak tahan kalo perineumku dijilat. AAAARRRGGGHHHH….LINDAAAAAA….gila kamu….aaarrrghhhh…..nnnniiikk…mathhh..bangetttt…..”
“Aku gak tahan, Selllaaa…Lindaaa….sayangku cintaku…..”
Dan…..crrroooooottt….crroooootttt….. “Haeeppphh…eeelllppphhhhh….hhhmmmppphhhhh…..”suara dari mulut Sella. Tampak dia gelagapan menerima semburan spermaku, tak kurang dari 5semburan kencang dan banyak…
“Aaaahhh…..ooouuffhh….auuww…ooouuww…udah Sel…udah…udah…jangan diisep teruss…gelllliiii…..”aku meringis kegelian karena Sella tetep mengisap tongkolku, seolah tak rela kalo pejuhku tak keluar tuntas.
Seolah ingin menikmati pejuhku hingga tetes terakhir.
“Hmmm…udah puas kamu Sel?” tanya Monik sambil bibirnya mengecap-ngecap pejuhku yang menetes ke mukanya.
“Ahh…gila juga si Hendra ya…”sahut Sella.
“memiawku rasanya penuh banget. Mana kon tol dia panjang lagi. Berasa mentok di rahimku kayaknya.”
“Liang kamu gak dalem sih Sel,” timpalku.
“Tapi asyik kok rasanya. Ternyata memiaw kalian sama2 gak dalem ya…”
“Thanks banget ya buat kamu berdua, udah mau bantuin aku,”ucapku.
“No problem, dear Hendra,” sahut Sella dan Monik hampir bersamaan.
“Gimanapun, kamu kan suami sahabatku, boleh dong kalo saling bantu…”sahut Sella.
Kami pun bercanda sejenak sekedar melepaskan lelah. Dan sambil masih tetap bertelanjang, kupersilakan Sella dan Monik ke ruang makan untuk sekedar minum minuman segar.
Kulirik, jam menunjukkan waktu pukul 11.37 siang, pertanda tak lama lagi istriku dan anak-anak akan segera datang. Mereka berdua pun segera membersihkan diri dari sisa-sisa lendir dan sperma yang membasahi me mek maupun wajah mereka.
“Ok Ndra…aku pamit dulu ya…,”Sella pamit sambil mengecup bibirku.
“Daaa, sayang…” “Mmmuuaachh…,”Monik memagut bibirku lama, seolah tak mau kehilangan momen yang sangat dahsyat.
“Bye, Ndra…,”Monik juga berpamitan.
“Salam buat Heni ya…tapi jangan bilang lho, kalo kamu habis bagi-bagi pejuh…xixixi..” Sella dan Monik cekikikan sambil berjalan keluar.
“Ok, hon…don’t worry…thanks ya…”sahutku sambil melambaikan tangan dan mengantar mereka ke pagar. Ah, betapa bahagianya aku, ternyata dua sahabat istriku tak keberatan olah sex denganku, yang selama ini hanya khayalanku, kini telah menjadi kenyataan.