Cerita Sex Sahabat Istriku – Aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat.
Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi. Yah, beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Winda tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku.
Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Aku tersenyum mengingat kejadian semalam.
Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Winda sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
Tersange “Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Heni, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku.
“Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku.
Aku setuju saja. Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak.
Aku pun teringat Monik, sahabat istriku. Kebetulan Monik berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Monik.
Tubuhnya mungil, setinggi Winda, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.
Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Monik bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras.
Ah Monik…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu. Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Monik, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“Henn…Heni…aku dateng,” seru suara itu… Oh my gosh…itu suara Monik…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Monik memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Monik udah nongol di ruang tengah, dan… “AAAHHH…HEENNDRAAA…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
“Udah, Ndra. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Monik beranjak dari duduknya, dan pamit pulang. Buru-buru aku mencegahnya.
“Mon, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak Heni jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh Mon. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.
“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Monik protes sambil melotot.
“Kamu jangan macem-macem deh, Ndra. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya. “Mon,”sahutku tenang.
“Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.” “Gimana?” Monik tidak menjawab.
Matanya menatapku tajam. Sejurus kemudian..
“Ok, Mon. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.
“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya.
“Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku?
Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu.
Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya.
Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.” Monik segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya.
Buru-buru aku cegah. “Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Monik.
“Nungging, gitu?” ”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Monik masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku.
“Aku lanjut ya colinya.” Sambil memandangi tbuh Monik, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Monik tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Monik menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……”
Monik terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.
“Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.
Monik masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Monik juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah.
Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Monik nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain. Kupejamkan mataku, agar Monik tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku.
Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Monik meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan… Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Monik lebih bagus dan kencang dibandingkan Winda.
Kulihat tangan kiri Monik memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan.
Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Monik. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku.
Aku membuka mata dan terpekik. “Mon…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndra,”sahut Monik sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut. My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Monik yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Monik.
Kemudian secara spontan Monik menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya.
Ya, tongkolku dihisap Monik. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis. Tak tahan dengan perlakuan sepiha Monik, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Ndra?” Monik protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..Mon…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.” Segera kuremas-remas pantat Monik yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Monik terpampang dihadapanku. Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Monik merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Monik saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku.
Hingga akhirnya…. “Liiinn….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…” “Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….Liiiiinnnnnnnnn….Ouuuuufuffffff…..argggghhhhhhhhhh…..” Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt… Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Monik.
Tangan halus Monik tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Monik.
“Mon…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kena spermaku?” Monik menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Ndra. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Monik.
“Iya…kalo gak gitu, Heni mana mau nelen sperma aku.”
“Aihhh….” Monik terpekik.
“Heni mau nelen sperma?” Aku mengangguk.
“Kenapa Mon? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Monik mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.
Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya… “Iya, Ndra, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…”
”Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndra?” “Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Mon.” Sahutku…
”Tuh, liat…bangun lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
”Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo Heni dateng…gimana donk….”Monik merajuk. Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang. Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.
“Hmmm…Mon…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
“Udah, Ndra….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….”Monik memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.
“Hendraaa…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku. Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Monik yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya. Akibatnya luar biasa.
Monik makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Monik lain dengan aroma vagina istriku.
Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Monik.
“C’mon..Ndra…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….” Aku paham, gerakan pantt Monik makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
“Mas…..mas Hendra….”suara wanita didepan memanggil namaku. Sontak kulepaskan jilatanku. Monik memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
“Ndra..kok kyaka suara Sella ya…”Monik bertanya
“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan.
“Udah Mon, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…” Segera Monik berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi.
Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Monik hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Sella, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Sella begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Sella menuju ruang tengah. Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya.
Bagaimana tidak? Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya. Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Sella nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Heni. Itung-itung membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe” Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan
Sella nggak berkunjung ke rumahku. Sella ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Monik . Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Sella seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan.
Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Sella, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Sella.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…” Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Sella melirikku dengan pandangan menyelidik. Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Heni pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Sella bergidik ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum. “Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Sella menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.” Tepat saat Sella masuk kamar mandi, sambil berjingkat Monik keluar dari kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Monik ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya.
Astagaaa…untung Sella nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik. Monik mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!” Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Sella keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Monik berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya.
Ditambah keadaan Monik yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.
“Monik…? Kamu lagi ngapain?” Sella bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Monik gelagapan menjawab pertanyaan Sella.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Sella.
“Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Sel. Ngaco kamu, orang Monik lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Sella bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Sella menghampiri Monik dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Monik, tanpa perlawanan dari Monik.
“Kok basah…?”Sella mengerutkan keningnya.
“Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?” ”udah deh, Sel…emang bener, aku lagi mau ML sama Monik. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.”
Bersambung…