Boy yang wajahnya mirip Benoe Boeloe itu mencoba membuka bibir vaginaku, mencari kelentitku dan mencubitnya dengan keras hingga aku menjerit-jerit antara sakit dan nikmat, sampai tak terduga tanpa bisa aku tahan, cairan nikmatku muncrat keluar, aku yakin itu bukan cairan orgasme, namun aku tak bisa menahan hingga membuat mereka tertawa-tawa.
“Hahahahaha tadi minta ampun sekarang minta tambah hahaha enak kan Nit? Mau lagi? Hahahahaha” hina Boy sambil terus mengobok-obok vaginaku.
Joy yang dari tadi hanya mengenakan celana dalam mulai melepas dan bersimpuh di sebelahku, “Ayo nit, di cicipi kontolku ini, hehehe kamu pasti suka..” ujarnya kurang ajar sambil menempelkan kepala penisnya ke bibirku.
Rasa mual langsung menjalar, bau khas kemaluan pria ditambah bau keringat yang aromanya sangat tidak enak langsung tercium hidungku. Rasa jijik melihat rimbunan bulu jembut Joy semakin memualkanku namun itu tidak ada artinya,
Joy tetap saja mengoleskan kepala penisnya ke bibirku seperti mengoleskan ujung lipsick, rasa asin dan pahit langsung terasa di ujung bibir. Seumur hidupku aku belum pernah mencium penis lelaki apalagi mengulumnya. Jijik rasanya mengingat itu adalah alat untuk membuang urine.
Dengan pacar atau suamiku saja aku belum pernah dan kini aku dipaksa untuk melakukannya dengan pria yang sama sekali belum kukenal.
Astaga rupanya Joy ini tidak disunat, begitu penisnya mengacung, tampak di kepala penisnya kerak-kerak putih yang sepertinya adalah sisa-sisa air kencing yang telah mengering, bau pesing dan aroma menjijikkan benar-benar membuatku mual. Tapi entah bagaimana akhirnya aku menjulurkan lidahku.
Mungkin akibat dari kenikmatan yang muncul dari bawah vaginaku yang masih tak henti-hentinya di obok-obok oleh Boy, membuat rangsangan nikmat juga menjalari tubuhku.
Rasa hangat dan nafsu menagih ingin dipuaskan menggelegak. Aku mulai menuruti perintah Joy untuk mencicipi penis baunya itu.
Pelan-pelan aku jilati kepala penisnya, mulai dari lubang kencingnya yang mulai berair atau masih berair sisa kencing aku sudah tidak peduli, rasa asin dan jijik serta bau aroma yang memualkan seperti hilang.
Kerak-kerak di kepala penis Joy yang semula membuatku mau muntah kini malah aku jilati dengan pasrah dan penuh nikmat, rasanya yang asin dan getir malah membuatku mencucup-cucup ujung kepala penisnya.
Hingga penis itu bangun dan menegang keras. Setelah tegang penis hitam itu, sepertinya semakin menambah nafsuku saja. Tak kurang dari panjang sebuah mentimun kurasa aku pasrah saja saat Joy mulai memaksaku untuk mengulum dan menggelomoh penisnya hingga keujung pangkal penisnya.
Wajahku dan hidungku benar-benar mentok sampai ke jembutnya yang rimbun dan bau, Joy mulai memperkosa mulutku hingga kedua biji penisnya menggantung beradu dengan daguku.
Tiba-tiba rasanya vaginaku terbelah dan aku berusaha menjerit namun terhalang oleh penis besar yang ada di kerongkonganku, rupanya Boy memaksa masuk mulut botol bekas bir tadi, dan mengocok-ngocoknya dengan ganas.
Sakit awalnya namun lama-lama nikmat mulai menggantinya rasa sakit hingga aku mulai mendesah-desah. Roy yang masih tergila-gila dengan payudaraku juga tak henti-henti meremas, memerahnya seperti ambing susu sapi.
Menyentil, memelintir dan menarik-narik putting susuku tanpa belas kasihan hingga iya sepertinya menemukan ide baru.
Tali rami sisa untuk mengikat kakiku dililitkan mengelilingi bongkahan payudaraku kiri dan kanan lalu di putarkan mengelilingi punggung di atas dan bawah payudaraku hingga kini payudaraku semakin melembung besar.
Sakit dan ngilu sekali rasanya karena peredaran darah menjadi tidak lancer, dalam waktu singkat warna buntalan payudaraku langsung berubah jadi ungu kebiruan aku tak bisa protes karena masih harus mengulum penis Joy sementara Boy tetap konsisten memainkan mulut botol bekas bir ke dalam vaginaku dan terus mengocok-ngocoknya.
Sampai aku merasa melayang dan lemas, orgasmeku sudah dekat bahkan sangat dekat hingga menbuat mataku berkunang-kunang, aku sudah tidak mempedulikan Joy yang makin brutal memperkosa mulutku aku sangat ingin mendapat orgasme yang sudah lama sekali kunanti-nanti.
Saat orgasme sudah mencapai puncaknya aku sudah menjerit tertahan tiba-tiba kocokan botol di dalam vaginaku terhenti dan Joypun menghentikan aksi brutalnya.
Roy yang tengah menyiksa payudaraku juga tiba-tiba menjauh dariku. Aku histeris dan kelojotan sendiri seperti tak tertahankan pinggulku bergerak tak tentu arah semua tungkai dan ototku mengejan keras namun karena rangsangan terhenti sangat menyiksa sekali rasanya hingga aku menangis dalam kesal.
Orgasme yang sudah didepan mata tiba-tiba sirna. Adapun Roy yang langsung mengambil posisi berlutut di depan vaginaku mengambil posisi untuk memasukkan penisnya.
“Nit, kamu mau orgasme nggak?” tanyanya jahat.
“Mmaauu mmaau tuan, toloongg jangan siksa aku.. “, sahutku
“Kalau mau, kamu mesti mohon ke kita doongg bilang kamu minta dibuat orgasme..” tambahnya makin kurang ajar.. aku yang sudah hilang akal sehat tanpa piker panjang menghiba mereka, “iiyyaaa tuan tolong bikin aku orgasme, aku sudah ga tahan lagi.. tolong tuan..”
“Wah udah sange berat nih tante girang hahaha “, kata Roy yang langsung menghunjamkan penis hitam dan kekarnya langsung sekali tusuk ke dalam relung vaginaku.
Aku menjerit sejadi-jadinya karena meski sudah tidak perawan bahkan sudah mendapat pemanasan dari botol bekas bir tadi, tapi karena orgasmeku tertahan vaginaku pasti langsung mengering dan tanpa cairan pelumas alami, sama saja dengan vaginaku seakan menjadi perawan lagi yang ditembus penis waktu malam pertama dulu.
Apalagi penis Roy sepertinya benar-benar besar dan panjang hingga aku merasa di bawah perutku tepat di peranakanku kepala penisnya langsung mengaduk-aduk tanpa ampun. Aku masih menjerit-jerit kesakitan dalam isak tangis saat Joy tanpa peduli kembali memperkosa mulutku.
Kerongkonganku sampai lecet rasanya di sodok-sodok dengan penis panjangnya. Boy yang belum kebagian entah kemana menghilang lagi. Sodokan demi sodokan di kemaluanku dan di kerongkonganku terus berlangsung. Jeritanku perlahan berganti dengan desahan antara sakit dan nikmat.
“Aaoocchhhkkk ooohhkk aaahhkk ttuuaanngghh ppeellaanngghh peeellaannghhh aakkhh aaoohhkk” terus begitu hingga tiba-tiba rasa panas menyengat perut dan dadaku.
Aku tak bisa melihat apa yang terjadi karena Joy kini berada di atas dadaku dan memperkosa keroongkonganku dengan bengis.
Sepertinya Joy yang tadi menghilang telah kembali dengan ide barunya untuk menyiksaku, rupanya ia meneteskan lilin yang tengah menyala ke sekujur tubuhku, mulai paha, perut, dada bahkan payudaraku jadi tempat favoritnya untuk ditetesi lilin.
Rasa sakit kini menjadi-jadi hingga aku tak mampu menahannya lagi jeritan dan desahanku menjadi tak terkendali anehnya rasa panas yang membakar kulitku rasanya malah menambah dan mamacu nafsuku untuk mencapai orgasme.
Putingku yang kini terasa kebas karena panasnya lelehan lilin terasa semakin munjung mengeras, sementara kerongkonganku mulai terasa mengatup dan liang vaginaku mencengkram keras hingga aku serasa tak sadar dan melayang,
Jeritanku semakin menjadi dan orgasme yang kutunggu sudah semakin dekat aku sudah tak mampu memberontak bahkan menjerit saat cairan nikmatku meluncur dan muncrat tak tertahan lagi seperti melepas kencing yang tertahan berjam-jam rasanya.
Lama sekali orgasme puncakku saat itu hingga aku hampir pingsan rasanya dan tersadar lagi saat dimulutku terasa cairan kental dan sangat pahit memualkan menggumpal di dalam kerongkongan
Dan aku sadar bahwa itulah sperma Joy yang sudah orgasme dan langsung disusul Roy yang dengan brutal menggenjot tubuhku yang sudah lemah tak berdaya hingga spermanya langsung menembak ke dalam liang kesuburanku.
Aku yang mengingat bahwa ini adalah masa suburku langsung menangis tersedu-sedu membayangkan aku akan hamil akibat perkosaan memalukan ini. Joy akhirnya mengeluarkan penis panjangnya dari keronkonganku dan Roypun perlahan menyingkir dari atas tubuhku.
Belum sempat aku beristirahat, Joy dengan kasar membalikkan tubuhku hingga posisiku kini benar-benar memalukan, menungging dengan kaki terkangkang hingga lubang kemaluanku bakan lubang analku terekspose dengan jelas.
Posisi tanganku yang terborgol menyatu dengan kakiku membuat tumpuan tubuh atasku hanya pada bahuku saja sakit sekali dan pegal rasanya kepalaku terpaksa miring ke kiri atau ke kanan menahan pegal belum lagi sisa gumpalan lilin yang telah berkerak mengering di kedua bongkahan payudaraku membuatku semakin tersiksa.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh sakiiiiiiiiiiittt aammppuunn tuaaannn”, jeritku begitu menyadari Boy rupanya ingin memperkosa lubang analku.
Botol sisa bir tadi di jejel-jejelkan ke lubang analku hingga masuk dan diputar-putarnya didalam sana membuatku semakin lemas dan mengiba-iba minta ampun agar tidak diperkosa di lubang itu.
“Jangan di situ tttuuaaann ssaakiit sekali aku bisa mati tuaaann”, pintaku memohon belas kasihan dari Boy.
“Nggaklah, tante girang secantik kamu ga akan kubiarkan mati, paling tidak sebelum kuperawani dulu boolnya hahahahahahahaha” balasnya dan langsung tanpa peringatan mencobloskan kepala penisnya yang bentuknya mirip dengan postur tubuhnya yang gendut.
Penis gemuk namun panjang itu perlahan masuk dan terus semakin dalam di lubang analku. Jemari kakiku bahkan sampai mengkerut menahan sakit.
Mau pingsan rasanya namun rasa sakit tak tertahankan rupanya malah membuatku tetap tersadar. Hingga mentok ke ujung pangkal penisnya Boy mendiamkan posisinya.
Aku yang menangis-nangis pilu seperti diberi kesempatan untuk bernafas setelah menahan ngilu dan perih. Cccttaaaarrr ccttaaaaaaaarrr ccttttttttaaaaarrr ,
”Aarrrrgghhhhh ssssaakiittt saaakiitttt aaaaaahhhhhhaahmmmppuunn jangan tuann” reflek aku mengiba, saat tiba-tiba rasa perih menyengat punggungku. Joy dan Roy rupanya memecutku dengan ikat pinggang kulit mereka.
“Ayoo goyang jangan diem aja!! , perintah Roy “kalau lagi di entot lo mesti goyang dong jangan mau enaknya sendiri aja emang dikira ga cape aja ngentotin bikin elo puas? Jangan egois gitu dooonggg!!!” kata Joe seenaknya sambil terus memecutku.
Aku berusaha menggoyangkan pantatku namun posisiku yang tidak menguntungkan dan rasa sakit di lubang analku membutku terhalang dan meski sudah berusaha dengan tenaga yang sangat lemah sepertinya itu sia-sia.
Aku sama sekali terlihat tidak gyang dan dianggap membangkang perintah mereka. Cccctttaarrr ccttaaarrr cctaaarr ccctaaaarrr lecutan dan pecutan semakin menjadi aku hanya berteria-teriak pasrah dalam keadaan lemas dan diantara isak tangis,
”Hhhiikksss suuddaaahh ttuuaaann saaayaaa sudah gooyyaannggg aakkhhhhh aaammppuuunnn aaaaaaaaaahkkkhhh ssuuddaaahh ggoyaangg ttuaaannn aaammpuunn”
“Dasar tante girang egois, sudah dibikin enak masih sembarangan aja bohong ayoh goyang bikin temen gw juga enak!!!!!” perintah Roy kejam sambil semakin keras melecut-lecut punggungku.
Rasa sakit di lubang anal dan punggungku benar-benar menyatu menjadi rasa sakit yang belum pernah seumur hidup kurasakan, ingin pingsan rasanya agar aku tak harus merasakan siksa seperti ini namun setiap kali mulai tak sadar pecutan dan tamparan serta jambakan di rambutku membuatku kembali tersadar.
Akupun dengan segenap tenaga yang tersisa berusaha untuk menggerakkan pinggulku disertai lecutan yang semakin keras. Jeritan demi teriakan semakin lemah yang muncul justru nafsu untuk kembali orgasme. Aneh rasanya rasa sakit yang menderaku maah meningkatkan gairahku untuk menuju puncak.
Tanpa kusadari bahkan aku bisa memaksa pinggul dan dan pantatku untuk bergoyang. Jeritan kini berubah menjadi desahan, bahkan saat dilecut bukan lagi jeritan namun erangan yang terdengar semakin menggairahkan nafsu para pria jelek itu.
Jepitan analku di penis Boypun semakin menjadi saat lecutan ikat pinggang kulit mendera kulit punggungku akibatnya Boypun seperti kesetanan memperkosa pantatku. Tangannya menampar-nampar buah pantatku, desahan nikmat diantara sakit yang menderakupun semakin jadi.
“Aaakkhhh tuann akkuuu hammpirrr sammppaaaiii aakkhhhh eeerrgghhhh eennngghhhh ooohhhh aaarrgghhhh” jerit dan desahku semakin menjadi mengiringi deraan lecutan dan sodokan pria-pria bengis itu hingga akhirnya Boy dan aku mencapai orgasme nyaris bersamaan.
Sperma Boy muncrat duluan tak terhalang langsung menuju lambung dan maagku. Berjuta benih kejantanan bercampur dengan dengan sari makanan sisa pesta semalam.
Aku tak peduli lagi lemas dan tak berdaya langsung membuatku ambruk ke samping begitu Boy menarik lepas penisnya. Roy dan Joy melepas ikatan dan tali di tubuhku.
Sementara Boy membuka borgol yang memasungku namun kini tanganku kembali diikat kedua sikut lenganku disatukan hingga tannganku menyatu di belakang punggungku membuat dadaku tetap membusung.
Borgol di tanganku tetap dipasang dan aku kini diminta berlutut. Sulit sekali rasanya setelah orgasme dua kali dengan gemetaran aku menuruti perintah mereka untuk mengulum ketiga penis mereka bergantian.
Rupanya itu adalah menu terakhir malam itu, mereka semua mengakhiri perkosaan dengan memuncratkan sperma kental mereka ke wajahku.
Aneh rasanya mendapati sperma di wajah mengalir pelan ke dagu bibir dan tanpa sadar lidahku mengecap-ngecap berusaha menjilati sperma yang menetes padahal rasanya sangat anyir dan getir pahit.
“Hahahaha lihat nih sitante, cantik-cantik ternyata doyan banget sama peju.. sini aku bantuin hahahaha”, kata Joy sambil mengoleskan spema mereka dengan batang spidol bekas untuk dimasukkan ke mulutku.
Aku yang awalnya tak sadar mengecap sperma malah seperti ketagihan dan menghabiskan bahkan menjilati sisa sperma mereka hingga bersih.
Wajah dan tubuh telanjangku terasa lengket sekali dan sepertinya mereka mengetahui hal itu. Tanpa kasihan Roy menyeretku keluar dan mengikatku di bemper mobil. Aku berteriak-teriak menolak malu karena dipaksa keluar pos dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya.
Akhirnya aku dipaksa berdiri di tengah hujan deras diluar pos mereka, aku mengenali daerah itu, ternyata pos mereka berada di sekitar daerah cawang tepat dibawah tol namun sepi sekali hanya sesekali kendaraan melintas entah jam berapa namun aku yakin itu sudah hampir pagi.
Aku yang menggigil kedinginan akhirnya diseret masuk kembali di handuki sampai kering dan dibiarkan tertidur di atas tikar lusuh sampai pagi. Entah bagaimana nanti, aku yang benar-benar kelelahan akhirnya tertidur.