Cerita Sex Petugas Dinas Kebersihan – Sulitnya menjadi istri seorang bisnisman ya gini nih. Menghadiri undangan pernikahan kolega saja terpaksa harus sendirian gara-gara ditinggal suami ke luar negri. Untunglah aku sudah terbiasa mengemudikan kendaraan sendiri. Sialnya kali ini aku benar-benar lupa kalau mobilku ini sudah lama tidak diservis.
Suamiku tidak mau punya supir, tukang kebun bahkan pembantu. Hanya ada bik ‘Ndun yang datang tiap pagi untuk bantu beres-beres rumah dan siangnya ia kembali pulang ke rumahnya. Oh iya, namaku Nita, kini usia pernikahanku dengan mas Andi sudah jalan 3 tahun, kami belum dikaruniai anak.
Bagaimana mau punya anak kalau kami jarang bertemu, akibatnya kamipun jarang berhubungan seks. Aku sendiri mulai khawatir dan bosan jika bertemu saudara selalu ditanya mana momongan kami mengingat usiaku kini sudah menginjak 24 tahun.
Kedua orangtuaku sudah meninggal sejak dua tahun lalu, begitupula dengan kedua mertuaku.. parahnya aku dan mas Andi adalah anak tunggal, jadilah kini kami berdua benar-benar hidup berdua jarang sekali bertemu saudara kecuali ada acara pesta keluarga seperti yang baru aku hadiri malam ini.
Tersange Mas Andi masih berada di Australia untuk kepentingan bisnisnya membuka peluang baru disana. Kini mobilku mogok dan aku terjebak dalam kegelapan malam di tengah jalan tol dalam kota, untunglah aku sempat menepi sebelum mobilku benar-benar mogok.
Hampir setengah jam aku mengutuk diri di dalam mobil hingga aku akhirnya keluar. Mencoba membuka kap mesin mobil yang berasap dan berdiri kebingungan di pinggir jalan, awalnya aku ragu karena aku hanya mengenakan gaun malam satu tali dengan belahan cukup rendah sehingga tidak memungkinkan buatku mengenakan bra biasa kecuali model cup saja.
Payudaraku tidak besar, biasa saja, sehari-hari bra yang kupakai ukuran 34c, normal untuk ukuran 160 dan berat 52 layaknya wanita Indonesia umumnya.
Yang membuatku sedikit ragu untuk turun adalah gaunku yang hanya setinggi lutut padahal angin sangat kencang, gawat juga kalau ditiup angin sementara aku hanya memakai celana dalam mini thong yang hanya menutup bagian kewanitaanku saja, selebihnya hanya minim sekali meski tidak seminim G string.
Aku melirik jam tangan, ya ampun sudah nyaris jam dua belas malam. Kacaunya batere hpku habis. Di tengah kebingungan, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil.
Ada sebuah mobil bak terbuka parkir dibelakang mobilku. Aku sempat kaget ternyata mereka adalah petugas dinas kebersihan jalan tol yang baru selesai menjemput tukang sapu jalan tol.
Dari perkenalan singkat aku ingat nama mereka Roy, Boy dan Joy, sepintas ketiganya setype, berkulit hitam, dekil, Roy tinggi besar, Boy gendut dan Joy kurus, rambut ketiganya masih berantakan dan dari jauh bau keringat menyengat sudah tercium bahkan semenjak mereka turun dari mobil. Tampaknya mereka baru mau pulang setelah bekerja menyapu jalan tol ini.
“Malam tante, apakah tante baik-baik saja?”, tanya salah satu dari mereka.
“Oh, aku tidak apa-apa, hanya mobilku yang mogok”, sahutku.
“Asapnya tebal sekali tante, boleh saya coba bantu lihat?” kata temannya.
“Oh silahkan..”, sahutku.
“Kenalkan tante, saya Roy”, sahut pria terakhir yang turun dari mobil, matanya tampak belanja ke arah belahan dadaku yg rendah dan ya ampun… wajahnya seram sekali, seperti ada bekas luka memanjang di pipinya.. ngeri sekali.
Roy yang sepintas mirip Budi Anduk itu lalu memperkenalkan dua temannya, “Itu yang gendut Boy tante, dan yang gondrong lagi lihat mesin mobil tante namanya Joy” lanjutnya sambil menunjuk dua temannya.
Si Boy lebih mendingan sedikit, meski kulitnya tampak paling hitam dibanding lainnya namun wajahnya mengingatkanku pada sosok Benoe Boeloe yang sering muncul di transtv. Sementara Joy, sepertinya lebih mirip Sule, agak gondrong gitu.
Sambil tertawa geli aku memperkenalkan diri, “panggil saja aku Nita”, sahutku.
“Tante, ini radiatornya ga ada airnya, kering, karena panas mulai merusak komponen lain, tante ga mau kontak orang rumah saja?” teriak Joy dari balik mesin mobilku.
“Ya ampun.. aku lupa periksa tadi yah.. aduh hpku mati lagi.. gimana yah?” balasku agak panik.
Waduh, mobil yang kubawa ini tidak mungkin bisa jalan lagi malam ini.. Berarti aku harus panggil taxi dan telpon asuransi mobilku, pikirku dalam hati.
“Silahkan tante, pakai hp saya..” kata Boy menyerahkan hpnya padaku.
Aku sibuk kembali ke dalam mobil mencari nomor telepon taxi dan asuransiku. Setelah beres, aku kembali menemui mereka. Kap mobilku sudah ditutup, asap sudah tidak terlalu ngebul.
“Wah, tante mobil ini mahal sekali kalau di servis yah” sahut Roy
“Iya tante, kok bisa mercy S600 seperti ini radiatornya sampai kosong tante? Sayang banget nih rusak.. eh, asuransi sudah ditelpon tante? Sudah telpon taxi juga? Kalau mau, kami biar temani tante dulu disini sampai semua beres” sahut Boy beruntun membuatku bingung.
“Oohh iya iya kalau kalian ga keberatan, dengan senang hati tante mau ditemani” singkatnya
Setelah hampir setengah jam menungu, Derek dari asuransiku datang. Setelah urusan administrasi selesai dan mobilku diderek kini aku yang bingung. Karena taxi yang kupesan tak kunjung tiba.
“Tante, kalau mau biar kami yang antar tante pulang, sepertinya malam minggu begini akan sulit mendapat taxi kosong”, kata Joy.
Aku masih berkeras menunggu dan akhirnya aku ditemani pria itu menunggu taxi di pinggir jalan tol, karena iseng Boy mulai memainkan fasilitas video dari hpnya,
“Emang ga gelap Boy?” kata Joy.
“Nggak kok malah bagus kena lampu jalan”, balas Boy sambil menshoot kami
Aku sempat risih saat Boy mengambil gambarkuku close up dari wajah sampai kaki, tapi berhenti lama di saat menshoot bagian dada dan paha, tapi aku akhirnya geli sendiri, mereka ini pasti mulai tertarik dengan bajuku yang cukup sexy malam ini.
Tak hentinya Boy menshoot diriku dan memintaku tersenyum ke arah kamera hpnya. Tak diduga, tiba-tiba hujan turun langsung deras, Boy yang pegang kunci mobil langsung mengajak kami masuk mobil.
Karena itu mobil bak terbuka akhirnya aku terpaksa berhimpitan di dalam mobil, bau aroma panas matahari dan keringat belum lagi campuran debu sempat membuatku mengernyit menahan bau menyengat dari tubuh mereka, tapi mau bagaimana lagi, Joy kembali menawarkan untuk mengantarku pulang.
Akhirnya aku setuju, namun mereka terkejut saat aku beritahu rumahku di Cinere. Tampaknya jelas mereka tidak mengenal lokasi alamat rumahku, namun mereka tetap setuju hanya saja meminta persetujuanku untuk keluar tol dulu membeli bensin karena bahan bakar yang ada sudah tiris.
Aku tadinya menawarkan untuk membayari dengan kartu kreditku namun baru teringat aku sama sekali tidak bawa dompet selain tas kecil berisi uang receh untuk parkir, ktp, kunci mobil dan hp.
Melihat aku yg kebingungan karena lupa bawa uang dan kartu kredit, Roy mengusulkan untuk mampir ke pos mereka saja sebentar untuk pinjam uang kas kantor, sebab merekapun tidak bawa uang. Kami semua setuju, jadilah aku duduk ditengah terhimpit Joy sementara Boy nyetir dan Roy disisi pintu.
Dalam perjalanan menuju pos mereka, baik Joy dan Boy tak hentin-hentinya bersandiwara seakan tak sengaja menyentuh paha atau dadaku, akupun berulangkali berusaha menyingkirkan tangan jahil mereka sambil mengomel kecil.
Singkatnya tiba di pos mereka Roy, situasi tambah memusingkan, brankas berisi uang dikunci dan kuncinya dibawa oleh rekan mereka yang bertugas shift siang.
“Duh maaf tante aku sungguh ga tau kalau akan seperti ini.” kata Roy.
“Ya sudah tidak apa-apa, toh bukan salahmu kalian dan aku malah aman bersama kalian” kataku.
Akhirnya, aku memilih untuk beristirahat di rumah pos itu bersama mereka. Di ruang kecil yang hanya berupa peti kemas di sulap menjadi pos itu, kami berbincang dan bercanda sambil ngemil dan minum bir.
Setelah sekian lama dan beberapa botol bir mulai habis, obrolan mulai mengarah ke hal-hal yang menjurus seks dan tidak kuduga, tiba-tiba Joy bertanya soal suamiku. Setelah tahu kondisiku yang kesepian, Boy yang duduk di sebelahku mencoba merangkulku dan bertanya,
“Tante.. boleh nggak aku onani di depan tante? Habis tante seksi sekali dari tadi Boy sudah ga tahan tante…” aku sangat terkejut dan tak menduga kalau Roy ikut duduk di sebelahku dan mulai mencoba menciumi leher dan tengkukku.
Aku sangat kaget dan takut, “eh jjj jangan dong.. aku nggak mau.. nggak berani..” sahutku.
“Nggak apa tante, lagipula tante juga sudah lama nggak terpuaskan sama suami tante kan? Lagipula telingamu indah sekali, kamu wangi sekali tante aku ingin menjilatinya” kata Roy berusaha mengintimidasi, tangannya kirinya mulai mengelus pahaku dan tangan kanannya merangkulku dari belakang.
Joy yang awalnya hanya duduk berdiri mendekatiku dan membuka resleting celana kumalnya, penisnya yang masih layu di pamerkan tepat di depan wajahku. Aku panik dan berusaha meronta,
”Ehh jangan.. kalian mau apa sih.. tadi kan kalian nggak seperti ini, lepasin aku.. aku keluar saja” ucapku panik.
“Tante mau kemana? Di luar hujan deras dan ini di tengah jalan tol, jauh dari mana-mana, lebih aman bersama kami dan kami akan bantu tante malam ini dengan memuaskan tante, hehehe” kata Boy sambil tertawa di sebelah kananku..
Roy yang merangkulku erat tetap duduk, Boy berdiri dan pergi ke belakang sementara Joy yang sudah melepas celananya mulai mengocok penisnya di depan wajahku.
“Tante Nita, jangan merem aja dong ga usah takut, kalau tante nurut sama kita dan nggak nakal, besok Tante akan kita anter pulang tapi malam ini kasih kita kesempatan untuk bikin tante puas.. hahahaha”
Tak lama kemudian, Boy datang dengan membawa dua buah borgol. “lihat borgol punya satpol PP ini akhirnya ada gunanya hehehe,” tawa Boy senang melihatku mulai ketakutan..
“Tante, baju tante bagus sekali dan sayang kalau kotor.. sebaiknya tante lepas saja daripada rusak nanti..” usulnya. Usul itu langsung disambut oleh Roy.
“Betul itu Nit, mending kamu lepas saja dari pada rusak dan besok kamu toh nggak mau pulang telanjang kan?” ucap Roy lalu melepas rangkulannya dan memaksaku berdiri.
Mereka yang awalnya sopan entah karena pengaruh alkohol mulai memanggil dengan menyebut namaku saja. Aku mulai gemetaran dan memohon-mohon pada mereka,
“Ampun jangan, aku sudah bersuami, jangan apa-apakan aku, jangan sakiti aku, lepaskan aku..” aku mulai menangis ketakutan.
Tiba-tiba Roy membentak sambil menampar pahaku ppllaakk, “siapa suruh kamu nangis sih?! Ayo lepas bajumu!! Atau kamu mau kami yang lepas itu baju kamu? Mau kami robek-robek bajumu?!”
“Aaa Ammpunn iya.. iya aku lepas tapi jja jangan sakiti aku..”ujarku sambil membuka rusliting gaunku dari belakang.
Pelan tapi pasti aku akhirnya nyaris bugil di depan tiga pria tak dikenal ini. Aku sadar penuh tak lama lagi aku akan mengalami perkosaan bahkan mungkin saja aku akan disakiti, disiksa bahkan dibunuh.. Pilihanku untuk bertahan hidup hanya satu, ikuti kemauan mereka.
Akhirnya sambil gemetaran aku lepaskan gaunku yang semula aku gunakan untuk mentutupi payudaraku dan bagian bawah tubuhku. Srrreettt gaunku di renggut paksa oleh Roy dan tanpa banyak bicara dilepasnya pula celana dalamku sambil menghinaku,
”Dasar tante girang, malam-malam keluyuran pakai baju kayak gini, mending ga usah pakai celana dalam sekalian daripada kayak gini..” ujarnya sambil melolosi celana dalamku.
“Wuah, teteknya besar juga yah.. masih kenceng banget lho Nit, nggak kayak pecun-pecun di plumpang hahaha”, ujar Joy tangannya mulai menjamah dan mengelus kedua payudaraku.
“Wah memeknya gundul, memang tau banget nih tante girang selera gue..” kata Boy yang melihatku dari kejauhan.
Boy langsung menghampiriku dan memintaku berlutut di tengah mereka. Aku menurut dan mulai pasrah,
”Iii iiya aku nurut tapi tolong jangan sakiti aku..” pintaku sungguh-sungguh.
“Bagus itu, nurut aja, nanti kamu pasti akan kami bikin keenakan..” kata Boy sambil memborgolku.
Pergelangan kiriku diborgol menyatu dengan pergelangan kaki kanan dan sebaliknya pergelangan tangan kananku diborgol menyatu dengan dengan pergelangan kaki kiri. Posisiku sangat tidak enak dan sangat terintimidasi.
Joy yang kini sudah telanjang hanya memakai celana dalam saja mengambil tali rami dan menyatukan paha kiri dengan betis kiriku dan betis kanan dengan paha kananku lalu diikat erat dengan tali rami.
Kini posisiku benar-benar tidak nyaman, berlutut dengan kedua tungkai dipaksa mengangkang dan tangan terborgol menyatu dengan kaki membuat aku seakan membusungkan dadaku kedepan.
Dan langsung menjadi bulan-bulanan mereka yang berebutan meremas dan memainkan putingku dengan kasar bahkan sangat kasar hingga Roy dengan kejam memelintir putingku masing-masing kearah berlawanan hingga aku menjerit-jerit kesakitan.
“Ahhh ammpun jangan sakittt sekali ammpunn..”pintaku menghiba.
Roy yang kini tampaknya menjadi pimpinan membentakku,”eh tante girang, mulai sekarang lo mesti panggil kita ‘TUAN’!! karena lo mulai sekarang udah jadi budak kita-kita.. lo mesti nurut apapun perintah kita kalau lo masih mau hidup!! Ngerti?!!”
Aku hanya menggigit bibir menahan sakit dan perih di putingku. Karena aku tidak menjawab, pelintiran semakin keras dan brutal hingga aku menjerit-jerit minta ampun,
”Aaaaaaaahhhhhhhh iiyyaaaa Tttuannn aku nurut.. ammppuunn sakkitt Ttuann.”
Boy yang sempat menghilang datang lagi, kali ini membawa botol bekas bir dan menaruhnya tepat di bawah vaginaku. Tangannya kini mengelus dan berusaha memasukkan jarinya ke dalam liangku.
Aku menggeliat menahan ngilu karena ulah jemari Boy yang nakal mulai bergerak-gerak di dalam liang vaginaku. Hal itu membuatku limbung hingga akhirnya jatuh terlentang dengan posisi kaki langsung mengangkang lebar karena ikatan dan borgol yang menyatukan kakiku dengan lenganku.
“Hahahahah liat tuh belum apa-apa langsung terlentang ngangkang.. udah ga tahan pingin ngentot ya? Dasar tante gatelan!!!”, hina Boy yang membuatku mulai terisak menangis lagi.
Bersambung…