Friday, November 22, 2024

Petualang Sama Teman Kantor

News Online Itil
Cerita Sex Petualang Sama Teman Kantor – Aku mempunyai teman cowok di perusahaan swasta tugasnya adalah menemui klien jika ada klien yang minta penjelasan dari penawaran yang kantor berikan, hari Jumat biasanya telpon sepi tapi pukul 09.30 pagi tadi ada telpon dari salah satu klien untuk diberi penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan.
Sekitar jam 11.00 tiba-tiba datang seorang cewek, dia adalah Vania, kami tahu dia adalah pacarnya Antonius. Kami persilahkan Vania untuk masuk dan menunggu Antonius yang sedang ada dinas keluar. Vania juga bilang kalau memang disuruh Antonius untuk menunggu dikantor.
Vania waktu itu baru pulang dari kantornya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor kami. Kami berempat berbincang-bincang diruang tengah. Vania duduk di kursi meja kantor Antoius. Vania mengenakan blazer warna abu-abu dengan rok span diatas lutut. Cantik.
Cerita Sex Petualang Sama Teman Kantor

Cerita Sex Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencic*pinya. Vania, 22 tahun, mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan br* ukuran (kira-kira) 34c, dan kulitnya putih. Dengan wajah layaknya cewek kantoran.
Sekitar jam 12.25 tiba-tiba Antoius telepon kantor memberi kabar kalau 2 roda belakang mobil yang dipakai mengalami kebocoran di jalan padahal posisi dia ada di tempat yang jauh dari pemukiman dan belum sampai ke tempat calon klien.
Dia mencoba untuk mencari tempat tambal ban di dekat situ. Antoius juga sempat bebincang dengan Vania untuk sabar menunggu. Kami pun meneruskan perbincangan kami berempat. Dengan bercanda kami juga menggoda Vania dengan cerita-cerita mengenai hubungan dia dengan Antoius.
Diluar terlihat mulai mendung. Dan benar saja tidak beberapa lama kemudia turun hujan. Aku mencoba menghubungi HP Antonius, dia masih mencari tempat tambal ban dan kehujanan juga. Kami teruskan pembicaraan.
“Vania, gimana “punya” Antoius, gede nggak?”, tanya Indra menanyakan sesuatu yang membuat merah padam muka Vania.
“Ah…mas Indra…tanyanya kok gitu…rahasia dong”, jawab Vania malu-malu.
“Gedean mana kalo sama punya Pak Redi ….”, tanya Indra sambil menyebutkan namaku.
“Ah….mas Indra…”, jawab Vania lagi.
Pembicaraan seperti itu pun terus berlanjut. Kami semakin memojokkan Vania dengan pertanyaan-pertanyaan menjurus s*x. Kami juga tahu kalau Vania sudah sering berh*bungan badan dengan Antonius dari cerita Antonius sendiri. Dan hal itupun tidak kami tutupi dalam pertanyaan untuk memojokkan Vania.
“Eh, kalian berdua jangan “nganggurin” Vania gitu donk, kasih Vania “minum” ..!” perintahku kepada Indra dan Beni dengan perintah simbolis. Rupanya Indra dan Beni tahu apa maksudku.
“Oh iya, sori Vania, maaf Boss…..!” jawab Beni sekenanya sambil pura-pura berjalan menuju belakang, padahal dia berjalan kearah belakang kursi Vania dan hal itu tidak disadari Vania.
Diluar hujan semakin deras! Dengan gerakan kilat Beni merangkul Vania dari belakang….
“Gini..,” kata Beni dengan mendekap erat Vania. “Kamu pikir deh Vania… umurmu baru 22 dan bodymu s*xy, ngga kecewa donk kami nyobain kamu” lanjut Beni semakin erat mendekap Vania yang meronta dan terkejut mendapat perlakuan seperti itu.
“Ah … apa-apaan ini” teriak Vania , sehingga tampaklah wajahnya yang ketakutan.
Hal ini semakin membuat kami bertiga jadi h*rny saja. Tiba-tiba saja Indra menarik kaki Vania.
“Diam…sebentar Vania..!” perintahku sambil mencoba melepas kancing blazer yang Vania pakai.
Lalu Vania dengan terburu buru ikut mencoba melepas rok yang dipakai Vania dan sambil bicara kepada saya, “Dah boss ditidurin aja dulu di lantai”.
Vania semakin meronta dan coba berteriak tapi dekapan tangan Beni dan Indra membungkam erat mulut Vania. Dan teriakan lenyap ditelan suara derasnya hujan.
“Sudah kamu ngga usah melawan, yang penting sekarang kamu santai aja di lantai dan ikutin permainan kami” timpalku.
“Permainan apa …..?” tanya Vania dengan ketakutan.
Tapi kami senang sekali, apalagi saya melihat Vania seperti ini. Saya jadi tambah h*rny….
“Ok-ok ..baik..,” kata Vania tiba-tiba, “Kalian semua sudah tahu kalau aku sering berh*bungan badan dengan mas Antonius….tapi jangan ceritakan kejadian ini… aku mau mel*yani permainan kalian…”, kata Vania membuat kami bertiga terkejut mendengarnya.
Tiba-tiba saja Vania langsung mendekati saya dan segera menci*mi saya di bib*r.. Otomatis saya merespon. L*dah kami saling ‘bergerilya’. Kemudian ci*man Vania berganti ke bib*r Beni, hm.. enaknya pikirku. Dan berganti lagi ke bib*r Indra. Aku jil*ti leher Vania, terus dia juga menjil*ti kuping Indra.
Tanpa sadar Vania mendes*h, “Ahh, enak, Mas… terus..!”
“Sekarang aku buka baju kamu….! Tapi tangan kamu tetap diam…. boleh pegangan jalantol Beni atau Indra ..!” kataku.
“Aduh dingin dong..! Masa mau ** saya yang ditenjangi dulu..!” jawab Vania.
Dengan cepat aku membuka baju Vania dan langsung aku lempar. Dengan sigapnya Indra dan Beni langsung bergerilya di d*d* Vania. Dinaikkannya ** Vania sehingga mereka berdua bisa menggig*t kedua p*ting Vania.
“Ahh, enak gig*tannya….” Vania mendes*h pelan.
Samar-samar saya melihat Vania sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum. Sekarang tangan saya mencoba mencari buah d*d* Vania untuk saya r*mas-r*mas. Beni dan Indra segera menuju bagian bawah tubuh Vania.
“Pokoknya santai saja Vania…!” kata Beni sambil menaikkan rok yang dikenakan Vania.
“Hmm.., ** model low cut dengan warna hitam nih..!” ujar Indra sambil bergumam melihat ** yang dipakai Vania.
“Kamu tahu saja kesukaan kami..!” kata Indra, “Dan kamu s*ksi banget dengan ** warna ini, bikin kita h*rny….!” kataku. Dan sekarang Vania sudah berjongkok untuk dia mulai ber-‘karaoke’.
“Oohh, enak, sed*t lagi yang kuat Vania..!” kata saya sambil mendes*h.
Kurang lebih 15 menit Vania telah ber-‘karaoke’ terhadap pen*s kami bertiga. Kemudian Vania dengan perlahan melepas sendiri seluruh baju, rok dan pakaian dal*mnya.
“Sekarang…sentuh tubuh tel*njangku….!” kata Vania memerintah kami bertiga.
Kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Vania di lantai dan saya jil*ti v*gin*nya, dan Beni juga tidak kalah ganasnya menyed*t habis kedua putt*ng Vania sedangkan Indra mel*mat habis bib*r Vania. .Samar-samar saya mendengar Vania mulai mendes*h.
Kali ini saya gantian ke buah d*d* Vania, saya menjil*ti dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun p*ting Vania. Dan Vania kemudian bicara,
“Ayo is*p… p*ting saya..!”
“Wah ini saatnya ..!” pikir saya dalam hati.
“Kamu minta diis*p p*ting kamu..!” jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Bani dan Indra tersenyum melihat Vania terkapar pasrah.
Tidak lama setelah saya memainkan buah d*d* Vania, saya turun lagi ke v*gin*nya. Tampaklah bulu-bulu v*gin* Vania yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghis*p v*gin* Vania.
“Ohh.. enakk..! Terus donk Mas..!” sahut Vania sambil mendes*h.
Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah l*ar untuk menghis*p v*gin*nya.
“Ahh….aku mau keluar,” lirih Vania
Dan tiba-tiba saja cair*n v*gin* Vania keluar diiringin teriakan dari Vania.
“Mas, kamu kok hebat ….mainin m*m*kku..?” kata Vania terputus-putus. Saya hanya tersenyum saja.
“Masukin punya mas…sekarang..!” pinta Vania.
“Nanti dulu, p*ting kamu aku is*p lagi..!” jawab saya.
Maka dengan cepat langsung p*ting yang berwarna coklat muda itu saya his*p dengan kencangnya secara bergantian, kiri dan kanan.
“Ahh, enakk mas..! Kencang lagi..!” teriak Vania.
Mendengar suara cewek lagi terangs*ng begitu membuat saya tambah h*rny, apalagi pen*sku sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan pen*s saya ke v*gin* Vania.
“Sempit banget m*m*k Vania…!” pikir saya dalam hati.
Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga pen*s saya ke v*gin* Vania
“m*m*k kamu enak dan sempit ….” kata saya dengan napas yang mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Vania yang sedang merem melek.
Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Vania yang terus mendes*h dan teriak.
“Terus mas… tambah cepet ..!”
Dan sekilas di samping saya tampak Beni dan Indra dengan pen*s mereka sudah meneg*ng.
“Sabar …tunggu giliran kalian, sekarang aku beresi dulu m*m*k Vania ini..!” jawab saya sambil sambil menggoyangkan Vania.
Beni dan Indra hanya menganggukan kepala.
Tidak lama kemudian Vania minta ganti posisi, kali ini dia mau di atas. Kami pun berganti posisi.
“Ahh.., enakk.., pen*s mas terasa banget didalam..!” teriak Vania sambil merem melek.
5 menit kemudian Vania teriak,
“Ahh.., aku keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.
Tetapi saya belum keluar. Akhirnya saya ganti dengan gaya d*gy. Kali ini kembali Vania menjerit, “Terus… mas..!”
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.
“Vania, mau keluarin dimana..?” tanya saya.
“Di muka saya saja.” jawabnya cepat.
Kemudian, “Cr**oott.., cr**ott..!” sp*rma saya keluarkan di wajah Vania. Kemudian Vania dengan cepat membersihkan pen*s saya, bahkan saya sampai ngilu dengan his*pannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Saya melihat Beni dan Indra mer*mas pen*s masing-masing dan dia pun melihat Vania dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti saya.
Tiba-tiba saja Indra menci*m Vania dengan ganasnya. Secara otomatis Vania membalasnya. Kemudian ci*man Indra mulai turun ke leher Vania dan d*d*. Vania hanya pasrah diperlakukan seperti itu. D*da Vania dir*mas-r*mas oleh Indra dan sapuan lid*hnya mulai turun ke daerah bawah.
“Hmm.., vag*na kamu bakal aku bikin basah lagi…..!” kata Indra dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Indra segera menci*m dan menjil*ti vag*na Vania dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.
“Ahh.. ahh.. ahh.., enak mas..!” timpal Vania.
Kemudian Beni tidak mau kalah, segera Beni raih buah d*d* Vania dan segera menghis*pnya. Beni mulai dari p*tingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, Beni juga r*mas-r*mas buah d*d* Vania.
“Yang kencang mas..!” kata Vania lirih.
Kurang lebih 5 menit Beni memainkan d*d* Vania, kemudian Beni turun ke v*gin*nya. Tampaklah v*gin Vania yang ditumbuhi b*lu-b*lu halus yang rapih itu sudah tampak basah.
“M8m*k kamu sudah basah Vania.., sudah ngga tahan yach..?” kata Beni sambil tersenyum.
Vania hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian Beni mendekatkan mulutnya ke depan v*gin* Vania, dan langsung Beni his*p jil*ti v*gin* Vania
“Teruss..! Enak…mas!” itulah suara yang terdengar dari mulut Vania .
Setelah 10 menit Beni memainkan v*gin* Vania, Beni melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera Beni memasukkan pen*snya ke dalam v*gin* Vania.
“Pelan-pelan….!” kata Vania.
Beni hanya tersenyum dan segera menci*m Vania, dan Vania pun membalasnya dengan penuh semangat. Bless, seluruh pen*s Beni kini berada di dalam v*gin* Vania. Dan tanpa dikomando lagi Beni segera bergerak diikuti goy*ngan pinggul Vania.
Vania memeluk Beni begitu eratnya dan Beni memperhatikan wajah Vania yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh ken*kmatan. 5 menit kemudian Vania ingin berganti posisi.
“Gantian d*gy …!” pinta Vania. Beni turuti saja kemauan Vania.
“Bless, bless.., bless..!” sedikit terdengar suara pen*s dan v*gin* yang sedang berlomba, karena v*gin* Vania sudah basah dan menurut Beni, Vania tidak lama lagi akan keluar. Dan benar saja dugaan Beni, tiba-tiba saja Vania teriak, “Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!”
Kemudian Vania langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara pen*s Beni masih tertancap dalam v*gin* Vania. Beni segera menggerakkan pen*snya supaya dapat juga segera keluar. Tidak lama Beni terasa ingin keluar.
“Keluarin di mana Vania..?” tanya Beni.
“Di dalam …..!” jawab Vania dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, “Cr**ott, cr**ott..!” pen*s Beni segera mengeluarkan semburan sp*rmanya.
“Ahh..!” Beni bersuara dengan keras, “Enak….!” lanjut Beni.
Kemudian Beni langsung rebah di sebelah kanan Vania, sementara Indra tersenyum memperhatikan mereka berdua karena belum mencic*pi Vania.
“Wah capek kamu Vania..?” tanya Indra. Vania yang sudah lemas hanya dapat tersenyum.
Setelah istirahat beberapa menit, Vania melanjutkan meladeni permainan Indra. Tanpa terasa hampir 3 jam kami men*km*ti tubuh Vania. Setelah selesai kira-kira setengah jam sebelum jam 4 sore Antonius datang. Kami hanya tersenyum melihat Anto menci*m pipi Vania dengan penuh sayang.
Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *