Cerita Sex Pemuda Afrika – Setelah cukup berbual dan saling membelai, pelan-pelan batang pelir yang telah membawaku ke awang-awang itu dicabut sambil Roy menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dipimpinnya aku ke kamar mandi.
Ketika aku berjalan rasanya masih ada yang mengganjal kemaluanku dan ternyata banyak sekali sperma yang mengalir di pahaku. Dan kami mandi bersama. Selesai mandi kami ke tempat tidur dan Roy memutar lagu classic untuk menghantar kami tidur.
Nyenyak sekali aku tidur dalam pelukannya, merasa aman, nyaman dan benar-benar malam ini aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.
Tersange Pagi aku bangun masih dalam pelukannya. Rupanya Roy sudah bangun tapi tak mau mengganggu tidurku. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Seterusnya kami bergegas ke kamar mandi bagi menyegarkan tubuh. Ketika mandi kami saling menyabun dan bercumbu di bawah shower.
Dan tak lupa pula kami saling membersihkan kemaluan kami. Roy membersih punyaku sementara aku membersihkan punyanya. Dia menumpukan kepada kelentitku sementara aku memberi perhatian pada kulupnya. Kulit kulup aku gulung dan membersihkan kepalanya yang licin. Kepala licin inilah yang akan aku santap seabentar nanti.
Setelah bersarapan Roy lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil berbual aku dimanja dengan belaiannya. Roy meraih daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya.
Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai menyelinap di dalam kimonoku dan mulai meramas-ramas lembut tetekku, diteruskan menarik tali kimonoku dan tangannya menjalar antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sedar bahwa ada sesuatu yang mulai mengeras di bawah punggungku.
Ohh, langsung aku bangkit dan aku ingin melihat dengan jelas pelirnya, disinari lampu yang cukup terang. Aku bersimpuh di depan Roy dan kubuka tali kimononya dan kuselak.
Ohh, ternyata sudah mula mengembang batang pelirnya, walau masih belum begitu mengeras. Dan kepala penisnya sudah mulai sedikit terjulur keluar lalu aku raih dan aku belai dan kulupnya kututupkan kembali. Aku suka melihatnya dan sebelum mengeras sepenuhnya aku kulum batang Roy.
Aku suka memainkan kulup pelir yang tebal dengan lidahku ketika pelir belum sepenuhnya mengeras. Bahagian hujung kulup aku gigit lembut dan kulitnya terasa kenyal seperti mengunyah sotong goreng.
Lalu kutarik kulup ke ujung, membuat kepala pelir Roy tertutup kulupnya dan segera kukulum sebelum ereksi penuh, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselitkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala pelirnya. Enak rasanya.
Aku sedikit kecewa kerana dengan cepatnya pelir Roy makin membengkak dan kepala licin itu menjulur keluar dan kulupnya tertarik ke bahagian leher batang pelir. Roy mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh bila batang hitam itu makin membesar dan memanjang.
Dan rupanya Roy makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Matanya tak berkelip melihat diriku yang telanjang dan memberi tumpuan kepada belahan kelangkangku.
“I love it and I like it Reen” ujarnya sambil membelai bulu kemaluanku yang jarang.
“Mengapa?”
“Sebab hanya sedikit bulu, dan bibir kemaluanmu bersih tak ada bulunya serta tebal bibirnya.”
Aku merasakan Roy terus membelai bulu kemaluanku dan bibirnya. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka kemaluanku dimainkan berlama-lama, aku melirik apa yang dilakukan Roy. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir kemaluanku.
Aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari dalam rongga kemaluanku.
Roy terus memainkan kemaluanku seolah-olah tak puas-puas memperhatikan kemaluanku, kadang-kadang disentuh sedikit kelentitku, membuat aku penasaran. Tnpa sedar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa geli dan nikmat. Ketika aku mengangkat pinggulku kerana kegelian, tundunku langsung disambut bibir Roy.
Terasa dia menghisap lubang kemaluanku yang aku yakini sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk kemaluanku, kedua bibir dihisap-hisap. Ketika kelentitku dijilat dengan hujung lidahnya badanku tersentak-sentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar mengerang.
“Aauuhh!!”. Benar-benar hebat Roy merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi.
“Please.. Roy.. please.. fuck.. mee.. again..” ujarku sambil menarik bantal.
Roy dengan pantas menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan pelir raksasanya ke arah kemaluanku. Aku masih sempat melirik waktu dia memegang torpedonya untuk diarahkan dan diselitkan di antara bibir kemaluanku. Kali ini aku berdebar kerana berharap.
Dan ketika kepala pelirnya telah menyentuh di antara bibir kemaluanku, aku menahan nafas untuk menikmatinya.
Dan batang hitam dilepaskan ketika kepala pelirnya mulai menyelinap di antara bibir kemaluanku dan menyelam secara perlahan. Pelan-pelan ditekannya dan Roy mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya.
Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya pelirnya tidak terlalu masuk ke dalam. Roy mengepit kedua pahaku sehingga terasa sekali batang Roy menekan dinding buritku.
Pelirnya semakin masuk. Bila separuh masuk, Roy menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sedar pinggulku naik mencegahnya agar tidak keluar. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku merayu-rayu pada Roy.
Setelah Roy puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengepamnya hingga aku termengah-mengah.
Dan dengan hentakan keras dan dengan merapatkan serta digoyang goyangkan, sambil tangan meramas tetekku, bibirnya dahsyat mencumbu leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku ke puncak. Orgasme.
Tak tahan aku melolong terus Roy menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku mengalami puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terhakis tenagaku dengan orgasme berterusan.
Akhirnya Roy pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berlarutan. Benar-benar aku tidak menyesal bercinta dengan Roy.
Dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam bercinta, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara, atau memang aku yang kurang pengalaman dalam bercinta di tempat tidur, sebab pengalamanku tidur dengan lelaki melayu semuanya mengecewakan. Lelaki melayu hanya mementingkan kepuasan sendiri.
Lamunanku melayang ketika paha Roy mulai kembali mengepitt kedua pahaku dan dirapatkan tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meramas tetekku. Pelan-pelan mulai didayungkan batang besarnya.
Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bahagian tubuhku.
Tangannya terus meneroka permukaan tubuhku. Dadanya yang berbulu lebat merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai putingku. Dan pelirnya digerakkan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh… luar biasa.
Lama kelamaan tubuhku yang semula loyo mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Roy makin meningkatkan cumbuannya dan mendayungkan butuhnya makin cepat.
Geseran di dinding buritku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak.
Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang hebatnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di kelentitku. Empanganku kembali pecah dan aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi.
Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba Roy dengan cepat mengepam lagi.
Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta dan menggelepar. Gila, bisikku, Roy benar-benar membuat aku sengsara. Kugigit bahunya ketika aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat.
Bahagian belakangnya kucakar-cakar. Roy benar-benar membawa aku terbang ke syurga.
”Roy, cukup Roy. Aku dah tak tahan.” Aku merayu-merayu kerana kehabisan tenaga.
Mungkin kasihan mendengar rayuanku, Roy mula mendayung lagi. Mula-mula perlahan kemudian makin laju dan laju. Aku memeluk erat badannya yang berbulu. Sambil mengepam dia mengucup bibirku. Tangannya meramas tetekku.
Aku mengeliat keenakan dan Roy makin melajukan dayungannya. Lima minit kemudian aku melolong lagi dan Roy juga terasa mengejang dan pangkal rahimku terasa disondol kuat oleh bbenda tumpul.
Aku mengemut dan dinding buritku mengisap batang Roy. Roy akhirnya memancutkan air nikmatnya mencurah-curah menerpa rahimku. Senak rasanya bahagian bawah perutku diterjah batang kulup pemuda Afrika.
Batang hitam yang tak bersunat tu menganugerahkan kepadaku sejuta nikmat dan kelazatan. Aku amat berterima kasih kepada Roy yang handal.
Beberapa saat berada di atas badanku, Roy jatuh terkulai di sebelahku. Tubuh Roy melemah. Tangannya terlentang, tapi bibirnya masih menempel di puting tetekku. Aku pun terkulai lemas di sisi Roy dengan tetap memainkan pelirnya yang licin berlendir. Nikmat luar biasa, lemas. Tapi sungguh kami mendapatkan kepuasan yang tiada tara khususnya aku.