Cerita Sex Mama Crazy – Saat pulang, Danil menyadari mamanya sedang memasak. Beberapa tahun lalu, ayah danil -yang terbilang keras- meninggal. Meski terbilang keras dan suka memaksa, namun tetap saja menimbulkan luka yang mendalam di hati danil dan mamanya.
Mamanya memutuskan untuk menjual rumahnya dengan alasan terlalu banyak kenangan. Beberapa bulan kemudian mama danil menikah kembali.
Belum juga setahun, mama danil sudah cerai. Setelah itu, berkali – kali gonta – ganti pacar, namun ternyata tak ada yang tahan lama.
Tersange Setiap kali kembali sendiri, mama danil selalu ikut di kontrakan danil. Sebenarnya danil tak keberatan, namun ia merasa mamanya benar – benar kelewatan. Masa dari beberapa pria, kagak ada yang cocok sama sekali.
“Kenapa lagi sih mah?”
“Biasalah.”
Danil menghela nafas mendengar jawaban mamanya. Entah pria – pria yang mendekati mama yang bermasalah ataukah mamanyalah yang bermasalah. Namun, melihat anaknya menghela nafas, tiba – tiba mama memeluk danil.
“Ya sudah, danil mandi dulu deh ma.”
“Iya. Mama lagi buatin pepes peda kesukaan kamu nih.”
Setelah makan, mama langsung membersihkan meja, menyiapkan jus dan mengantarkan ke danil yang lagi nonton bola. Danil tersenyum.
“Mungkin bentar lagi ada pria yang bakalan bawa mama,” pikir danil.
Tak terasa telah sebulan mama tinggal di kontrakan danil. Tiap pagi, selalu tersedia sarapan. Tiap danil pulang, kontrakan pun selalu rapih. Malam pun selalu tersedia masakan buatan mama. pokoknya, kini urusan perut danil sudah terjamin.
Saat pulang, sebuah vacuum cleaner baru mengingatkan danil akan sesuatu. Vacuum cleaner yang gak begitu berguna di kontrakan danil, telah dibeli mamanya. Meski harganya mahal, jika berguna sih danil takkan mempermasalahkannya. Namun danil ingat, mamanya sedari dulu kadang suka beli barang mahal yang tak berguna.
Di dapur danil melihat mamanya entah sedang ngapain.
“Buat apa tuh di depan ma?”
“Tadi pas mama jalan – jalan, mama liat di mall. Kamu kan belum punya, ya mama beli deh.”
“Danil gak punya karena memang gak butuh mah.
“Lagian, mama punya duit dari mana tuh?”
“Mama liat ada duit di lemari.
“Daripada nganggur, ya mama pake aja.
“Kan itu juga buat kamu juga.”
“Jadi, mama pake duit danil?
“Mama tau gak, tuh duit danil kumpulin buat yang lain mah.”
“Jaga kelakuanmu danil!”
“Lho, ini kan duit danil. Lagian mama pake tanpa ngomong dulu. Mestinya mama yang mesti jaga kelakuan!”
Danil memelototi mama agak lama hingga akhirnya mama pun menunduk.
“Ntar mama ganti deh.”
Meski emosi namun danil tiba – tiba memeluk mamanya sesaat lalu pergi. Mandi. Di dapur, mama merasa sangat kesepian. Mama pun mulai memasak. Setelah makan, mama langsung ke kamar. Danil merasa tak ada lagi yang mesti dilakukan. Pun danil ikut ke kamarnya.
Di akhir pekan, danil mengajak Leni -bagian konsultan di kantornya- makan malam. Sambil makan, leni mengelus kaki danil dengan kakinya sendiri. Setelah itu, danil mengajak leni ke kontrakannya naik taksi. Di dalam, leni santai di ruang tv. Danil mengetuk lalu masuk kamar mamanya.
Mama sedang berbaring sambil baca buku di ranjang dengan hanya memakai tanktop.
“Ma, malam ini ada temen nginap.”
Menurunkan kacamata, mama menatap danil lalu menganggu. Mengerti.
Danil pun kembali ke ruang tv menemui leni.
“Abis ngapain lu?”
Tanpa jawaban, danil langsung mencium sambil melepas kancing baju leni. Selanjutnya, permainan birahi danil dan leni pun mulai makin seru. Saat danil sedang asik melahap memek, leni tiba – tiba mengencangkan pahanya hingga kepala danil agak terjepit.
“Ow… Lu siapa?” teriak leni.
“Danil, siapa dia?”
Danil menoleh. Danil melihat mamanya berdiri. Ternyata, mama memakai babydoll putih dan celana dalamnya hitam. Sungguh terlihat kontras. Sesaat, danil bingung mesti jawab apa. Haruskah ia jawab mamanya sedangkan setahu leni, danil tinggal sendiri di kontrakannya.
“Udahlah. Gak usah dijawab.”
Leni pun berpakaian dan langsung pergi.
“Maaf,” kata mama sambil menunduk menatap lantai.
Danil menatap mamanya sambil geleng – geleng. Hening. Saat mamanya terlihat akan beranjak, tiba – tiba danil bersuara.
“Maaf?
“Danil kan udah bilang ada tamu. Mama gak ngerti atau gimana sih?”
Suara danil makin meninggi. Namun mama tak berani menatap anaknya.
“Jawab ma!
“Apa mama pikir ‘Sebaiknya keluar ah dan menyapa’”
Akhirnya mama menatap danil. Wajahnya penuh kemarahan dan tangannya tak diam menunjuk – nunjuk.
“Sebenarnya ada apa sih dengan mama?”
Danil pun bangkit dan berdiri di depan mama. nafas danil terasa hangat menyentuh kulit mamanya.
“Kenapa tak ada pria yang tahan lama sama mama?
“Kalau saja papa dulu tak tegas, mungkin papa juga takkan tahan.
Mama mengalihkan pandangannya dari wajah danil. Danil menatap mamanya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Kontolnya masih tegang belum tersalurkan. Pentil susu mamanya terlihat mencetak babydollnya. Kakinya pun semulus kaki leni, meski usianya beda jauh.
“Ayo ikut!” kata danil sambil menarik tangan mamanya.
Danil duduk di sofa. Lalu menarik mama hingga tengkurap di pangkuan danil. Pantatnya menungging. Tangan danil menyingkap rok hingga kini hanya terlihat cd mamanya saja.
“Apa-”
Mama mulai protes tapi kemudian berteriak saat tangan danil menampar pantatnya. Meski tak terlalu sakit, namun tetap saja mama terkejut.
“Hentikan!” teriak mama sambil mencoba menutupi pantat dengan tangannya.
Tapi tangan mama langsung dipegangi oleh danil. Danil kembali menampar pantat mama. mama mencoba tegar tak menangis, namun ketegaran mama malah membuat danil semakin marah. Lalu danil menarik cd mama ke bawah hingga pantatnya benar – benar telanjang. Tiga kali tamparan membuat mama akhirnya menangis dan meronta – ronta.
“Mama memang mesti dihukum!”
Tamparan danil kembali mendarat di pantat mama. kini, mamanya hanya terdiam sambil menangis. Tangan danil melepas tangan mamanya lalu menyeka dahinya. Mama pun jatuh dari pangkuan danil dan kini meringkuk di lantai dengan cd melorot. Melihat keadaan mamanya, kontol danil malah makin menegang dan makin sange.
Di kamar, danil membasuh wajahnya. Melepas pakaian hingga telanjang. Lalu berbaring di ranjang.
“Danil? Danil?” Mama berbisik di pintu.
Danil tak menjawab. Setelah itu, danil mengira mamanya langsung ke kamarnya sendiri. Ia mencoba mereka ulang adegan tadi dalam benak hingga akhirnya tertidur.
Di alam mimpi, kejadian tadi terulang. Namun, saat mamanya saat tangannya selesai menampar pantat mama, danil melebarkan paha mama. Danil lalu meraba dan mengelus – ngelus memek mama hingga ia masuka satu jari ke dalam memek mama. Mama menangis memohon agar danil berhenti namun tangannya tetap menikmati memek mama.
Esoknya saat bangun danil merasa lelah. Danil teringat mimpinya. Danil merasa tak sanggup menatap mamanya. Untungnya saat danil keluar kamar, mama masih di kamarnya. Hari itu di kantor danil mengira – ngira apa yang kan terjadi ketika ia dan mama ntar bertatatapan lagi di rumah.
Saat pulang, rumah telah bersih dan makanan telah tersedia. Mamanya terlihat tenang seolah – olah tak ada sesuatu semalam. Danil terus menunggu namun tak ada sesuatu yang terjadi. Saat malam, mama mencium pipi danil lalu beranjak ke kamarnya.
Akhirnya hari – hari telah berlalu hingga suatu saat teman – teman mengajak danil karaoke. Teringat mama yang kadang ngeluh tak pernah keluar rumah, danil pun sekalian ngajak mama agar ikut.
“Gak ah. Ntar mama ganggu lagi.”
“Ya enggak dong ma. Pasti seru deh. Banyak orang lagi.”
Danil benar – benar ingin mama ikut. Akhirnya mama menyerah setuju. Dua jam kemudian, saat akan pergi mama masih mengurung diri di kamarnya. Danil mengetuk pintu kamar.
“Ayo ma, udah mau mulai nih.”
“Mama gak jadi ikut.”
Danil cemberut lalu membuka pintu kamar. Terkejut, mama mencoba menutupi tubuhnya yang hanya terbalut bh dan cd hitam. Sedang beberapa gaun terlihat berserakan di kasur.
“Ayo cepet pilih satu!”
Danil terkejut menyadari betapa suara dan intonasinya mirip ayahnya. Pun mama menyadari apa yang danil sadari. Punggung mama langsung kaku, namun langsung memungut gaun hitam. Danil menunggu di ruang tamu. Mama datang sambil memakai anting.
“Mama gak yakin nih.” Sambil bercermin.
Danil melihat tak ada yang salah dengan pakaian mama.
“Mungkin mama mestinya gak ikut.” Rengek mama.
“Ayo pergi!” danil bersemangat.
“Mama gak jadi ikut,” kata mama sambil mencoba kembali ke kamarnya.
Danil tak habis pikir. Ia ajak mama menemaninya dengan tulus. Tapi rupanya itu tak cukup. Apa lagi yang mesti danil lakukan. Danil lelah dengan semua ini. Akhirnya danil menangkap tangan mama lalu menariknya hingga mama menempel ke dinding. Tangan danil yang bebas menarik rok dan dipegang oleh tangan lain yang menekan tubuh mama hingga terlihatlah pantat mama yang berbalut cd hitam.
“Oh.” Ucap mama. Tak terasa air mata mama jatuh saat pantatnya ditampar berkali – kali. Setelah selesai, mama merasa make up nya pasti kacau lagi. mama merasa takkan bisa duduk.
“Ayo pergi.” Kata danil.
Mama pun menyambar tas kecilnya. Di taksi, mama kembali merias dengan make up. Danil sama sekali tak berbicara. Ia terus memperhatikan jalan yang terkena hujan. Danil memikirkan hubungan mama dengan pria – pria semenjak papa meninggal. Mama memang mengakui mamalah penyebab rumah tangganya tak seharmonis orang lain.
Mama tersenyum manis saat danil menatapnya. Mama mencoba terlihat senang meski sulit. Saat taksi berhenti dan mereka keluar, mama menatap ke jok dan mendapati jok agak basah.
Acaranya sendiri di lantai atas sebuah restoran. Meski minim cahaya, namun lantai dansa terlihat meriah. Mama memegang tangan danil yang menuntunnya ke meja yang kosong. Saat danil menawari minuman, mama mengangguk dan tersenyum.
Sambil menunggu, danil merenungkan tamparan yang telah ia berikan pada mama. pandangan pantat mama yang hanya berbalut cd membuat celananya makin sesak. Sebuah senyuman muncul di wajah danil.
Tiba – tiba, seorang wanita muda mengajak danil dansa. Tanpa pikir panjang danil pun setuju. Saat mereka di atas lantai dansa, pikiran danil melayang. Betapa nikmatnya perasaan saat menampar pantat mama. Meski danil tahu itu tak pantas dan tak boleh. Apa yang terjadi seandainya danil tak hanya menampar pantat saja.
Danil menguatkan pelukannya hingga menyadari wanita itu terkejut merasakan betapa celana danil serasa menekan lebih jauh. Wajah wanita itu terlihat terkejut sekaligus takut. Lalu wanita itu pun melepaskan pelukannya dan pergi. Danil hanya bisa melihatnya.
“Mama lihat kamu dansa sama seseorang,” kata mama saat danil datang sambil bawa minuman.
Sesaat, danil merasa kecemburuan, namun wajah mama datar saja.
“Mana gadis itu?”
Danil tertawa.
“Hehe… ternyata masih ada perawan disini. Ia tadi takut sama danil.”
Mama terlihat bingung tapi tak bertanya lebih lanjut.
“Mau dansa?” tanya danil setelah mereka minum.
“Oke.” Kata mama cepat.
Danil menatap mama sesaat. Apakah mama setuju karena ingin menari atau karena takut ditampar lagi pantatnya jika menolak? Danil sadar takkan mendapat jawabnya.
Bersambung…