Cerita Sex Lingkungan Pesantren – Aku seorang wanita (sebut saja Melati) umurku saat ini 30 th. Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 153 cm dan berat 40kg. Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri, bahkan aku selalu mengenakan busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah.
Itulah sebabnya kulitku selalu kelihatan putih terawat meskipun aku tidak pernah melakukan perawatan diri ke salon kecantikan. Bahkan teman-temanku mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan. Aku tinggal di dekat lingkungan pesantren di kota J.
Kejadian ini bermula tahun 2005 saat aku menikah dengan seorang yang telah beristri, dan aku menjadi istri keduanya waktu itu. Suamiku ini sebenarnya baik dan mencintai aku. Dan aku pun mencintai dia. Akan tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja.
Hal itu terjadi mungkin karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri pertamanya. Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi permasalahan dikarenakan hal itu. Suamiku pun pada akhirnya dihadapkan pada pilihan yang sulit, sehingga tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya.
Tersange Bahkan buat diriku sangat jarang dia bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja. Pertemuanku dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja, meskipun itu aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya. Akan tetapi lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian.
Hal itu cukup lama berjalan, tapi aku tetap berusaha untuk sabar dan menerima semua ini sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani. Aku bertetangga dengan seorang wanita (sebut saja M) yang suaminya mempunyai bisnis di luar jawa. M kurang lebih sama seperti aku, dalam hal pemahaman agama dan berbusana.
Awalnya kami sering bertemu dalam majelis pengajian di pesantren. Akhirnya kami berkenalan dan kami merasa ada kecocokan. Mengingat M ini juga ditinggal suaminya berbisnis di luar jawa, sehingga dia di rumah hanya bersama ketiga anaknya yang masih kecil.
Itulah sebabnya aku sering bertandang ke rumahnya dan kami menjadi akrab. Dia baik sama aku, suka membantu dan menolong. Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yg mengerikan di kotaku. Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah dan bangunan di desaku, termasuk rumahku.
Alhamdulillah aku selamat. Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku. Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah M yang meskipun sederhana namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak ditempati. Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga ini.
Selang beberapa hari setelah musibah itu suami M (sebut saja AH) pulang dan akhirnya menutup usahanya di luar jawa demi untuk bersama keluarganya yg sedang tertimpa musibah.
Aku menempati sebuah kamar yg sederhana. Tempat tidur tanpa dipan dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden. Meski demikian, aku sangat bersyukur dalam kondisi sulit seperti ini ada tetangga yg benar2 tulus mau membantu.
Aku menjadi akrab dengan mereka dan anak2nya. Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya serta mengurus anak-anak AH.
Dua minggu setelah musibah itu aku periksa ke bidan dan aku baru tahu kalau ternyata aku hamil 2 bulan. Pantas saja, akhir-akhir ini badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti biasa. Aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini. Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami terhadapku. Akupun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.
Hari2 berlalu…..
Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus. Suamiku masih bersikap seperti biasanya. Dia masih lebih perhatian pada istri pertamanya, sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.
Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga AH ini. Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.
Keakrabanku dengan AH dan keluarganya terkadang membuat batas diantara kami menjadi longgar. Terlebih lagi memang rumah keluarga AH ini tidak luas. Terkadang aku kepergok AH dalam kondisi aku tanpa jilbab. Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi ?
Hari2 berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah2 keluarga mereka…
Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah AH ini. Terkadang kami keluar berdua, dan sorenya aku dipulangkan ke rumah AH.
Keadaan seperti itu berlangsung kira2 sebulan.
Sampai suatu hari, AH menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut. Yang intinya memberikan harapan padaku bahwa dia bersedia menikahi aku jika saja aku mau bepisah dg suamiku. Aku terkejut bukan main atas niatnya itu.
Awalnya aku menolak secara halus. Tapi ketika dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan dengan para Kyai (di pesantren), dan semua menyarankan dalam kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil maka lebih baik berpisah saja. Saat itu aku mulai gamang…. Antara ya dan tidak.
Kadang aku merasa ada benarnya pendapat AH itu, tapi aku juga takut jika harus berpisah dengan suamiku, dan menyandang predikat janda.
Aku, M dan AH terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu. Dan dari sekian argumen yang kami ajukan, selalu berujung pada kesimpulan “lebih baik berpisah daripada terdholimi terus…”
Akan tetapi sampai sejauh itu, M belum tahu jika AH sudah mempunyai niat untuk menikahi aku nantinya. AH bilang kepadaku untuk sementara waktu menyimpan dulu hal itu sampai nanti dia sendiri yang akan menyampaikan ke M kalau waktunya tepat.
Dari seringnya kami bertukar pikiran, dan terkadang di situ ada saat saling curhat diantara kami, aku semakin merasa tentram. Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru. Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku. Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang, dan menjadi hambar bahkan kadang menyakitkan.
Suatu malam ketika aku tertidur sangat lelap (mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku)…. Tiba2 aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku….. Antara sadar dan tidak, aku merasa suamiku mendatangi aku…. Akupun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia, bagaikan orang yang telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam…
Dia mulai mencumbuiku, dari ujung kaki….naik ke betis, lalu paha dan akhirnya ke bagian yg paling sensitive.. Dia cumbui bagian itu dg lembutnya, sampai akupun merasakan sensasi nikmat yg sangat.. Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yg mulai memuncak…
Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku….akupun hanya pasrah…karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi.. Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan kenikmatan yang sangat.. Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yg mulai mendesak masuk ke kemaluanku, aku tersadar dan membuka mata….
Dan alangkah tekejutnya aku, karena ternyata yg berada di atas tubuhku adalah… AH..
Kaget, malu, marah dan apalah namanya berkecamuk jadi satu.. Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik…”Jangan teriak..!”
Aku langsung sadar, kalau aku berada di rumah AH. Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi. Spontan aku teringat istri dan anak2nya…ingat keluarganya yg selama ini sudah baik padaku.
Maka aku pun diam sejenak, aku mencoba berpikir harus bagaimana…. Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dg keluarganya. Lalu aku mencoba meronta, akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku. Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku…
Aku mencoba menutup kedua pahaku, tapi dengan posisi AH yang sudah menindih dan berada diantara kedua pahaku, aku mendapatkan kesulitan untuk itu. Kedua kaki AH mengunci kedua pahaku untuk terus terbuka.
Aku mencoba mendorong tubuhnya, akan tetapi tubuhku yang kecil nampaknya tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh AH yang tinggi dan berotot itu…
Tangan kanannya terus membekap mulutku dan tangan kirinya menekan tangan kananku. Tangan kiriku mencoba untuk meronta, tapi semua itu sia-sia. AH terlalu kuat tenaganya. Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga…
Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah, dia mulai mengendorkan bekapannya.
Aku hanya bisa merintih memelas…”Abang…jangaaaann…”
“Jangaaann…” Aku terus memohon dengan memelas..
Akan tetapi rintihanku sia-sia, AH tetap mempertahankan posisi itu dan mulai membelai kepalaku dan mencoba mengecup bibirku… Dikulumnya bibirku, dan lidahnya berusaha menerobos masuk. Aku berusaha mengatupkan kedua bibirku dengan kuat.
Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat….
“Abang….tolong lepas….jangan abang….” Aku terus memohon dengan rintihan yang pelan nyaris tak terdengar. Bagaimanapun juga aku khawatir kalo aku sampai membangunkan M, yang tentu akan memicu masalah yang lebih besar.
AH tidak juga bergeming, bahkan dia terus mempertahankan posisinya…
Setelah itu, aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk menerobos liang senggamaku. Aku tersentak dan berusaha menghindarinya. Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak seberapa, usahaku sia-sia. Akhirnya, dengan dua atau tiga kali dorongan dia menemukan liang itu dan mulai mendorong pelan kemaluannya masuk lebih dalam lagi dan lagi…
“Sakiiit abang….” Aku merasakan agak perih ketika kepala kemaluan AH mulai menerobos liang senggamaku. Dia mendorong terus kemaluannya sampai akhirnya aku rasakan semua tenggelam dalam liang senggamaku. Aku menahan nafas, dan AH menahan posisi itu beberapa saat. Setelah dirasa aku agak tenang, AH meneruskan aksinya dengan gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan….sambil terus dibelainya kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.
Kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku, berbeda rasanya dengan punya suamiku.. terasa lebih besar dan padat.. AH terus menariknya, dan mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur…. berulang-ulang….
Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku, barangkali karena keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang. Akan tetapi dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu lama-lama aku rasakan senggamaku mulai bisa menerimanya.
Cairanku pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya dan otot-ototnyapun mulai merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun. Beberapa kali kepala kemaluan AH terasa menyentuh mulut rahimku.. uh, sedikit ngilu.. tapi nikmat.
Aku bingung, malu, takut, bercampur jadi satu dg sensasi aneh yg pelan-pelan mulai merasuki…
Sensasi aneh yang membuat aku bingung. Perlahan tapi pasti getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku…
Entah syetan apa yang berperan, lama-lama secara reflek aku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku….
Aku tidak bisa lagi berpikir jernih …..
Yang ada waktu itu hanya rasa malu, bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar.
Malu karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat tubuhku, malam ini tubuhku nyaris telanjang di depan laki-laki yang bukan suamiku.
Bingung,…mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini??
AH mulai mempermainkan temponya, kadang dia percepat kemudian diperlambat….
Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan sambil diputar-putarnya di dalam rongga senggamaku.
Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat….
Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang, akan tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya…..
“Abang….aaaahhhhh….” Tiba-tiba AH mempercepat tempo permainannya beberapa saat dan itu membuat aku tersentak terbelalak mencoba menahan sesuatu yang mendesak kuat dari dalam…..
Akan tetapi tanpa bisa aku bendung, desakan-desakan itu semakin menguat dan….. “Abang..bang….!! Aaaaccchhh……” Aku terbelalak, tanganku meremas kuat kepala AH dan kedua kakiku terangkat tinggi sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha AH. Yaahh….sampailah aku pada orgasmeku….
Betapapun aku ingin menahannya, kenyataannya aku tidak mampu. Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi…. Otot-otot senggamaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan AH yang masih tertanam dalam-dalam.
AH tersenyum….entah apa arti senyumannya itu…
Sesaat kemudian aku terkulai lemas…
Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati, dia semakin berani meneruskan aksinya…
AH memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya, kali ini langsung dengan tempo yang cepat…. Aku yang sudah lemas dibuatnya terengah-engah menahan serangannya. Dan dengan mata terpejam, aku ikut menyambut gerakannya dengan goyangan pinggulku.
AH pun semakin liar menyetubuhiku. Sambil menggenjotku, tangan AH menjalar, meremas kedua payudaraku dengan gemas. Ditariknya penutup BH-ku ke atas, sehingga payudaraku pun kini terbebas sempurna dari kekangan, dan dengan liarnya kedua payudaraku ikut bergoyang ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah seirama dengan goyangan dan genjotan AH.
AH semakin bernapsu… sembari menggoyang tubuhku, puting merah muda payudaraku yang sudah berdiri dengan tegak dijepit-nya dengan jari-nya, dipilin dengan gemas. Mulutnya juga bergerak. Dikulum-nya kedua puting payudaraku, dipermainkannya dengan lidah yang kasar. Aku hanya bisa melenguh seperti anak sapi.. “ Uuuuuugggghhhhhh.. ugggghhhhhh..”
Kemudian ditariknya tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya, pahaku pun kemudian ditumpukannya di atas paha-nya. Dengan posisi duduk seperti ini, clitorisku pun bergesekan langsung dengan batang kemaluannya. Ah, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku utk menahan sensasi yang timbul.. nikmat sekali rasanya. Kupeluk kepala AH dengan kedua tanganku.. tanpa malu-malu kupagut bibirnya dengan bibirku. Lidah AH pun bergerak lincah.. menerobos masuk ke dalam mulutku, membelit lidahku dengan ganas.
Aku semakin terbang..
Bersamaan dengan itu, tangan AH juga bergerak lincah.. diremas-nya kedua payudaraku.. dan tak ketinggalan putingnya dipelintir dengan jari-jari-nya. Bibirnya bergerak perlahan.. menyusuri bagian belakang telinga..kemudian bergerak ke bawah menyusuri leherku yang jenjang.. dan tiba-tiba, bagian ular Cobra, gigi-nya mematuk dan mulutnya mencupang leherku dengan keras.
Aku hanya bisa menjerit lirih..
Tidak berselang lama, tangan AH memeluk tubuhku dengan erat.. puting payudaraku terasa bergesekan lembut dengan rambut di dada-nya.. uh, geli kurasakan.
Dirapatkannya kedua paha-nya.. bongkahan pantatku dipegang-nya dengan kedua tangan. Dibantunya pergerakan naik turunku di atas pahanya.. semakin cepat dan cepat.
Bibirnya kembali mencari bibirku.. lidah kami berdua kembali bertaut. Dan tiba-tiba dibenamkan kemaluannya dalam-dalam hingga ujung kepala-nya terasa mentok di ujung rahimku, dan kemudian menahannya sambil mengejan….”Uuurrgg…aaacchhhh…, saaayyyaaaang…..” lenguhan panjangnya tepat di telingaku yg lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara.
Rupanya dia mendapatkan orgasmenya. Aku rasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku, dan terasa beberapa kali semburan hangat benihnya dalam rahimku…
Ya….rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku…
Malam itu AH menuntaskan hajatnya denganku…
Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya.. Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku. Kulihat jam di hp-ku menunjukkan pukul 2.48.Setelah itu kesadaran dan akal sehatku mulai pulih…Aku menangis,… Aku merasa sangat bersalah…!Bersalah pada suamiku…. Bersalah pada M sahabatku…
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.. tak bisa tidur lagi sampe pagi.
Keesokan paginya AH sms ke hpku,”Maaf ya, aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut, tapi waktu aku lihat Melati jg menikmatinya, jadi kebablasan deh.”
“Iya, abang kok bisa gitu sih ? Jangan diulangi ya…” Jawabku.
Aku termangu sendiri, berpikir mengapa itu bisa terjadi ??
Mengapa terjadi padaku..??
Dan parahnya lagi, mengapa aku semalam bisa menikmatinya…??
Aku mulai berfikir, apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku aku merindukan kehangatan dari suami ?
Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa hambar. . Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan menumpuk aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak.
Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah suamiku menyentuhku. Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku hampir bisa dikatakan pasrah, tanpa perlawanan yang berarti. Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya…
Ah…yang sudah terjadi biarlah berlalu, pikirku…
Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui M, istrinya….
Mengingat M hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku…
Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa…
Aku tidak ingin M, istrinya tahu peristiwa malam itu…
Begitu juga kepada suamiku…. Aku simpan rapat2 peristiwa malam itu….
Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para Kyai di Pesantren itu Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan suamiku. Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku ? Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya ? Bukankah AH sudah membuka pintu harapan bagiku ? Dan berbagai pernyataan batinku memenuhi benakku sekedar untuk mencari pembenaran atas pemikiranku….
Dua minggu setelah peristiwa malam itu…..
Pagi-pagi AH pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak karena gempa. Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang rusak dan kami di kampung itu menerapkan sistem gotong royong saling membantu untuk memperbaikinya. Meskipun bantuan dari masyarakat luar desa juga ada, akan tetapi kami selaku warga yang tinggal di desa itu merasa tidak bisa berpangku tangan.
Setelah AH pergi, M istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah. Anaknya yang paling tua kelas 2 SD, kedua TK dan yang ketiga belum sekolah. Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami, mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama tidak sekolah. Jarak sekolah dari rumah AH kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki. Jam 7.30 M berangkat dan biasanya pulang sampai rumah sekitar jam 11.30 karena M harus menunggu anaknya yang duduk di bangku TK.
Setelah M pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah mencuci baju dan bersih-bersih. Itung-itung aku harus ikut meringankan pekerjaan M mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini. Sangat tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan sementara mereka bekerja. Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik, dan siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan rumah. Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.
Baru saja aku membaringkan badan, tiba2 ada suara salam dan ketukan di pintu depan. Aku terkejut, karena itu suara AH. Aku segera mengenakan jilbab besarku dan belum sempurna aku mengenakannya aku dengar langkah kaki AH sudah memasuki rumah. Aku segera memberi tahu kalo M belum pulang. Maksudku supaya AH tidak masuk rumah karena aku sendirian. Sangat tidak enak kalo ada yang tahu, apalagi ini siang hari….
“Abang, M belum pulang. Abang jangan masuk…..!”
“Cuma mau ambil sekop kok,Dik…. Sebentar aja.”
Terdengar suara gaduh AH di belakang mencari-cari sekop. Aku masih tetap di balik tirai kamar, tidak berani keluar. Meski ada rasa khawatir, tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang. Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi….
“Ah….enggak ! Jangan sampai !” pikirku.
“Adik, lihat sekop ga ya ? Kok ga ada di sini ?”
“Di belakang situ kayaknya…” jawabku
“Tolong bantu cari dong…keburu mau dipake nih…”
Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar dan menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.
“Yups…ini dia…. Makasih ya… Adik udah makan belum ? lhoh, kok keliatan pucat sih?”
“Adik sakit ya? Udah, istirahat. Kasian kan kandungannya…”
“Ga pa pa kok….” Jawabku.
Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang tengah. Tiba-tiba tanpa kuduga AH mendekap perutku dari belakang. Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit ditariknya badanku, sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya. Belum hilang rasa kagetku, dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan kirinya sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan wajahnya. Spontan dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai meraba ke atas…..
“Jangan lagi Abang….Jangan…!” Aku memohon.
“Sebentar aja, Dik…” Jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.
“Jangan….nanti M pulang lho… Akh..jangan….mmmhh…..”
Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku. Birahiku pun perlahan mulai bangkit.
Ya….sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan. Dari semenjak gempa, perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas. Kalaupun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.
Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit juga untuk mengelak. Meskipun aku juga khawatir kalau M tiba2 datang. Akan tetapi aku merasa sedikit tenang, karena posisi ruang tengah ini tepat menghadap ke jalan dimana jika M pulang maka 100 meter sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang ini, dan kami bisa segera menghindarkan diri dari penglihatan M. AH bisa segera keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.
Aksi kami pun berlanjut…. AH semakin ganas mengulum bibir dan lidahku….sambil diremasnya payudaraku dengan lembut…
Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah…..
“aaahhh….mmm…..abang….”
Dalam posisi masih bediri berhadapan AH menarik bagian bawah jubahku. Rupanya dia mau menggarap bagian senggamaku. Aku memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku….
Benar saja, jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana dalamku. Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan lembutnya…
Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin menelusuri permukaannya. Nafasku mulai memburu dan aku mulai memekikkecil…”uuhh…aaaa…hhh..mmmhh….”ketika ujung jari telunjuk-nya menerobos masuk ke liang senggamaku..
Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku…
“Dikkkk …..” bisik AH di telingaku….
AH memelorotkan celana dalamku, dan diapun membuka sedikit celananya sebatas turun ke lututnya. Aku sedikit diangkatnya, rupanya AH menginginkan posisi sambil berdiri.
Bersambung…