Thursday, November 21, 2024

Ketagihan Menikmati Tubuh Penjual Nasi

News Online Itil

Cerita Sex Ketagihan Menikmati Tubuh Penjual Nasi – Cerita Sex, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa Terbaru – Ketagihan Menikmati Tubuh Seksi Penjual Nasi – Kisah ini adalah pengalaman pribadiku, aku adalah seorang pria yang memiliki nafsu seks yang cukup besar.

Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Gugun (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat yang ideal. Aku tergolong cowok yang cakep dan banyak sekali yang naksir aku, tapi yah.. gimana ya! aku punya penis yang cukup besar untuk bisa bikin cewek klepek-klepek dan tidak tahan untuk beberapa kali orgasme.

Kepala batang kemaluan yang besar dan ditumbuhi rambut yang cukup rapi, rata dan tidak gondrong karena nanti bisa mengganggu cewek untuk “karaoke”. Aku mempunyai daya sex yang tinggi sekali. Aku bisa melakukan onani sampai 3 – 4 kali. Hobiku nonton bokep, sehingga aku cukup mahir dalam gaya-gaya yang bisa buat cewek kelaparan sex. Setelah nonton film bokep aku tidak lupa untuk onani.

Kisah ini berawal dari membeli nasi kuning di pagi hari. Seperti biasa tiap pagi perutku tidak bisa diajak kompromi untuk berunding tentang masalah makan, langsung saja setelah merapikan diri (belum mandi nih) langsung mencari makanan untuk mengganjal perut yang “ngomel” ini. Setelah beberapa lama putar-putar dengan motor, aku ketemu dengan seorang cewek yang menjual nasi kuning yang laris sekali.

Cerita Sex Ketagihan Menikmati Tubuh Penjual Nasi
Cerita Sex Setelah kuparkir di samping tempat jualannya itu, lalu aku ngantri untuk mendapat giliran nasi kuning. Aku kagum sekali dengan penjual nasi kuning ini. Kuketahui namanya Ratih, umurnya kira-kira 25 tahun dan dia memiliki wajah yang natural sekali dan cantik, apalagi dia kelihatan baru mandi kelihatan dari rambut yang belum kering penuh. Dia tingginya 165 cm dan berat yang ideal (langsing dan seksi) dengan rambut yang pendek sebahu. Dia memiliki susu yang cukupan (34), cukup bisa untuk dikulum dan dijilat kok!

Waktu itu Ratih memakai kaos oblong yang agak longgar dan celana batik komprang. Aku mengambil posisi di sampingnya, tepatnya di tempat pengambilan bungkus nasi kuning yang letaknya agak ke bawah. Dari posisi itu aku dengan leluasa melihat bentuk susu Ratih yang dibungkus kaos dan BH, walaupun tidak begitu besar aku suka sekali dengan susunya yang masih tegak dan padat berisi.

Sesekali aku membayangkan kalau memegang susu Ratih dari belakang dan meremas-remas serta sesekali memelintir-lintir puting susunya dengan erangan nafsu yang binal, wouw, asik tenan dan ee.. penisku kok jadi tegang! Saat Ratih mengambil bungkusan nasi kuning di depanku, aku bisa melihat dengan jelas susu Ratih yang terbungkus BH, putih, mulus dan tegak, nek! Aku semakin menegakkan posisi berdiriku untuk lebih bisa leluasa melihat susu Ratih yang mulus itu. Weoe.. ini baru susu perawan yang kucari, padet dan putih serta masih tegak lagi.. Ya.. andaikan..! kata hati berharap besar untuk mencoba vagina dan susu untuk dijilati, pasti dia suka dan menggeliat deh.

Setelah beberapa menit kemudian, pembeli sudah tidak ada lagi tinggal aku sebagai pembeli yang terakhir.

“Mau beli nasi kuning, Mas?” sapanya mengambil bungkus nasi di depanku, aku tidak langsung jawab karena asik sekali melihat susu Ratih menggelantung itu.
“E.. Mas jadi beli nggak sih..” Sapa Ratih agak ketus.
“Oh.. ya Mbak, 1 saja ya.. sambel tambah deh..” sambil gelagapan kubalas sapaan Ratih.

Aku yakin tadi si Ratih mengetahui tingkah lakuku yang memandangi terus dadanya yang aduhai itu, oleh karena itu aku sengaja tanya-tanya apa saja yang bisa buat dia lupa dengan kejadian yang tadi. Dari hasil pembicaraan itu kami saling mengenal satu sama yang lain walaupun sebatas nama dan sekitarnya. Ratih ini anak kedua dari tiga bersaudara, dia tidak kuliah lagi karena tuntutan orangtuanya untuk membantu berjualan nasi kuning saja. Aku berniat untuk membantu Ratih untuk beres-beres dagangannya, karena aku tahu bahwa aku adalah pembeli terakhir dan nasi kuning sudah habis terjual.

“E.. boleh nggak kalau Gugun bantuin beres-beres barangnya?” rayuku.
“Jangan! ngerepotin saja,” sambil malu-malu Ratih berkata.
“Nggak kok, boleh ya..” rayuku.

Sampai beberapa menit aku merayu agar bisa membantu Ratih untuk beres-beres dagangannya, akhirnya aku bisa juga. Memang sih, barang-barang untuk jualan nasi kuning tidak begitu banyak, jadi hanya perlu satu kali jalan saja. Aku membawa barang yang berat dan Ratih yang ringan. Setelah sesampai di rumahnya,

“Mas, diletakkan di atas meja saja, sebentar ya.. aku ke kamar mandi sebentar, kalau mau makan nasi kuningnya ambil sendok di dapur sendiri ya..” kata Ratih dengan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit aku duduk-duduk dan mengamati rumahnya, aku terasa lapar sekali dan berniat untuk mengambil sendok di dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar mandi Ratih. Sesampainya di dapur, terdengar Ratih suara pintu dari kamar mandi, eh ternyata Ratih barusan saja masuk ke kamar mandi dan kesempatan ini aku tidak sia-siakan saja.

Aku berjalan pelan-pelan ke depan pintu kamar mandi itu dan jongkok di depan lubang pintu kamar mandi sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam sana walaupun memang agak sempit sih. Wow.. wow.. aku melihat Ratih yang masih berpakaian lengkap dan mulai dia meletakkan handuknya di tempat samping pintu kamar mandi, lalu pelan-pelan dia melepas kaos longgarnya dan terlihatlah susunya yang putih bersih tanpa cacat yang masih terbungkus dengan BH. .

Dan perlahan-lahan dia melepaskan tali pengikat celana batik yang dipakainya dan menurunkan pelan-pelan dan ah.. terlihat pinggul yang oke sekali putih, dan paha dan betis yang ideal tenan dengan memakai CD yang tengah bawahnya menggelembung seperti bakpaw. Itu pasti vaginanya. Ah.. ayo cepetan buka dong, hati yang tidak sabaran ingin tau sekali isi CD itu.

Dan akhirnya dia melepaskan ikatan BH dan.. berbandullah susu Ratih yang merangsang batang kemaluanku untuk tegang (puting yang coklat kemerahan yang cukup besar untuk dipelintir deh.. ah) dan sialnya, Ratih meletakkan BH-nya pas di lubang pintu sehingga pandanganku terhalang dengan BH Ratih. Ya.. asem tenan, masak susunya udah ditutup, aku kecewa sekali dan aku kembali duduk di teras sambil makan nasi kuning sambil menutup pintu depan rumah Ratih.

Dan beberapa menit kemudian, Ratih keluar dari kamar mandi, Ee.. dia pakai handuk yang dililitkan ke badannya. Handuk yang amat-amat mini sekali deh, panjangnya di dekat pangkal paha, oh.. indah sekali. Dia hanya pakai BH dan CD di dalam handuk, karena terlihat di pantatnya yang padat itu terawah CD-nya dan tali BH yang ada di bahunya.

“Ee.. Mas Gugun kenapa kok bengong?”
“Oo.. e.. o.. tidak.. kok ini pedas,” sambil melanjutkan makannya.
“Ya.. ambil saja minum di belakang, aku mau ganti dulu,” saut Ratih sambil melangkah ke kamarnya yang letaknya di sampingku dan dia menutupnya tidak penuh. 2 menit kemudian mbak Ratih memanggil.

“Mas Gugun bisa bantuin Ratih ambilin bedak di kamar mandi, nggak?”
“Ya.. sebentar!” aku langsung menuju ke kamar mandi dan mengambil bedak yang dia maksudkan.
“Ini bedaknya,” aku masih di luar pintu kamar Ratih.
“Masuk saja Mas tidak dikunci kok,” saut Ratih.

Setelah aku membuka pintu dan masuk ke kamar Ratih, terlihat Ratih sedang di depan seperti sambil duduk dan dia tetap pakai handuk yang dia pakai tadi sambil menyisir rambut basahnya itu, sambil mendekat.

“Ini Mbak bedaknya,” sambil menyodorkan bedak ke arah Ratih.
“E.. bisa minta bantuan nggak!” sambil membalikkan muka ke arahku.
“Apa tuh..”
“Bantuin aku untuk meratakan bedak di punggungku dong, aku kan tidak bisa meratakan sendiri,” kata Ratih menerangkan permintaannya.
“Apa? meratakan ke tubuh Mbak, apa tidak..” basa basiku.

Sebelum kata itu berakhir,

“Takut ketahuan ortuku ya.. atau orang lain, ortu lagi pergi dan kalau malu ya tutup saja pintu itu,” kata Ratih.

Aku melangkah ke arah pintu kamar Ratih dan menutup pintu itu dan tidak lupa aku menguncinya, setelah itu aku balik ke arah Mbak Ratih dan woow.. wowo.. wow.. woow.. dia sudah terkurap di atas ranjang dengan handuk yang tidak dililitkan lagi, hanya sebagai penutup bagian tubuh belakang saja. Dan aku menuju pinggir ranjang di samping Ratih.

Itil V3

“Udah, mulai meratakan saja, e.. yang rata lho..!” sambil menoleh ke belakang dan mengangkat kepalanya ke atas bantal.

Aku mulai dari punggung atas mulus Ratih, aku taburkan dulu bedak di sekeliling punggung atas Ratih dan meratakan dengan tanganku. Ayy.. mulus sekali ini punggung, batang kemaluanku mulai tegang tapi aku tahan jangan sampai ketahuan deh. Meratakan dari atas punggung, ke samping kiri dan kanan, aku sengaja sambil mengelus-elus lembut, punggung Ratih dan terdengar sayup-sayup nafas Ratih yang panjang. Aku mulai menurunkan tanganku untuk meratakan ke bagian punggung bagian tengah yang masih tertutup oleh handuk.

“Mas Gugun, kalau handuknya menghalangi ya.. di lepas saja,” kata Ratih sambil metutup matanya.
“Ya.. boleh,” hati berdebar ingin tahu apa yang ada di dalam sana.

Aku mulai menyingkap handuk dan ah.. wowowo terlihatlah punggung Ratih dan pantat yang tegak putih terlihat bebas, batang kemaluanku tambah tegang saja melihat pemandangan yang begitu indahnya, kulit Ratih memang sangat mulus tanpa cacat sama sekali. Aku mulai menaburkan bedak di atas punggung Ratih sampai di atas pantat Ratih yang masih tertutup oleh CD, setelah menaburkan bedak aku mulai meratakan dengan kedua tanganku ini.

Ah.. aku juga bisa menikmati tubuh Ratih yang belakang dengan meraba-raba dan mengelus-elus dengan lembut, aku sengaja tidak membuka kaitan BH-nya ya.. biar dia yang minta saja dibukakan. Sambil menyenggol-nyenggol kaitan BH Ratih agar Ratih merasa aku kehalangan dengan kaitan BH-nya itu dan..

“Mas, kaitan BH-nya dicopot saja biar bisa meratakan bedak dengan leluasa,” kata Ratih yang masih menutupkan matanya, mungkin agar bisa menikmati rabaan dan elusan tanganku ini.

Setelah kaitan BH aku buka dan BHnya masih tidak terlepas dari kedua tangan Ratih (hanya kaitan BH yang lepas) terlihat olehku tonjolan susu Ratih dari pinggir badannya yang mulus itu. Aku pelan-pelan melanjutkan meratan bedak lagi dan sedikit-sedikit turun ke samping badan Ratih yang dekat dengan tonjolan susu Ratih itu, dengan pelan-pelan aku meraba-raba dengan alasan meratakan bedak. Oh.. kental dan empuk, man! Saat itu juga Ratih menarik nafas panjang dan

“Sesstsst eh..” sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku tahu kalau ia sudah terangsang dan aku teruskan untuk meraba dan meremas sedikit tonjolan susu Ratih yang ada di samping badannya itu walaupun puting susunya belum kelihatan, nafas dan erangan lembut masih terdengar walaupun Ratih berusaha menyembunyikannya dariku. Aku tidak mau cepat-cepat. Aku melanjutkan meratakan di pinggang Ratih, saat aku mengelus-elus di bagian kedua pinggangnya dia mengerang agak keras,

“Ssts seestt.. ah.. geli Mas jangan di situ ah.. geli yang lain saja,” kata Ratih sambil menutup mata dan menggigit bibir bawahnya yang seksi itu.

Aku mulai menaburkan bedak ke kedua kaki Ratih sampai telapak kakinya juga aku beri bedak, selangkangan Ratih masih tertutup rapat otomatis aku tidak bisa melihat ke bagian tonjolan vagina yang masih tertutup oleh CD itu. Aku harus bisa bagaimana cara untuk membuka selangkangan ini biar tidak kelihatan, aku sengaja ingin mencicipi vagina Ratih, akalku terus berputar.

Aku mulai meratakan dari pangkal paha Ratih, aku mengelus-elus dari atas dan ke bawah berulang kali sambil sedikit-sedikit berusaha melebarkan selangkangan Ratih yang masih rapat itu dan lama-lama berhasil juga aku melebarkan selangkangan Ratih dan terlihatlah CD Ratih yang sudah basah di bagian vaginanya dan Ratih sudah mulai terangsang berat, terlihat dari erangan yang makin lama makin keras saja.

Aku mulai mengelus-elus di bagian paha atas yang dekat dengan pantat Ratih masih terbungkus rapi CD-nya. Pelan-pelan aku menyentuhkan ibu jariku di bagian yang basah di CD Ratih sambil pura-pura meratakan bedak di bagian dekat pangkal paha. Tersentuh olehku bagian basah CD Ratih dan..

“Ah.. sstt stt.. ah.. eh.. sestt..” Ratih makin menggigit bibir bawah dan mengangkat pantatnya sedikit ke atas tapi dia diam saja tidak melarangku untuk melakukan itu semua.

Aku mulai memberanikan diri dan sekarang aku tidak segan-segan dengan sengaja memegang CD yang basah itu dengan ibu jariku. Aku terus memutar-mutarkan ibu jariku di permukaan vagina Ratih yang masih tertutup oleh CD-nya itu, aku tekan dan putar dan gesek-gesek dan makin lama makin cepat gesekan dan tekanan ibu jariku ini.

“Ah.. oh ye.. sstt ah.. terus.. jang.. an berhenti Sep.. oh.. ye..” Ratih mulai terangsang berat dan tidak segan-segan mengeluarkan erangan yang keras.
“Ya.. tekan yang keras.. Sep.. oh.. ye.. buka.. CD-nya Sep.. please..” permintaan Ratih yang masih menutup matanya, sengaja aku tidak mau membuka CD-nya biar dia tersiksa dengan rabaan dan elusan nikmat ibu jari di permukaan vaginanya yang masih tertutup oleh CD-nya itu.
“Ah.. Sep.. aku.. oh..” Ratih menggeliat dan pantatnya naik-turun tidak beraturan ke kanan dan ke kiri dan aku mengerti kalau ini tanda ia mau orgasme pertama kalinya dan sengaja aku berhenti dan..
“Mbak Ratih sekarang berbalik deh..”

Aku memotong orgasmenya dan dia berhenti menggeliat dan orgasmenya tertunda dengan perkataanku tadi dan sekarang dia berbalik, terlihat wajahnya mencerminkan kekecewaan yang sangat dalam atas tertundanya kenikmatan orgasme yang pertama kali untuk dia.

Setelah badan Ratih dibalikkan terlihat susu Ratih yang putih itu walaupun masih tertutup secara tidak sempurna oleh BH yang kaitannya sudah terlepas. Belahan susu Ratih terlihat sebagian permukaan susu terlihat tapi putingnya masih tersembunyi di BH. Dan CD yang sudah amat basah dan selangkangan Ratih sudah dilebarkannya sendiri sehingga bisa melihat CD yang amat basah itu.

Aku mulai menaburkan bedak di atas tubuh Ratih tapi sedikit sekali. Aku mulai meraba di bagian leher Ratih dengan masih menggigit bibir bawahnya dan mata tertutup rapat dan perlahan-lahan turun di dekat bongkahan dada yang aduhai itu dengan sedikit menyenggol-nyenggol BH-nya dan ternyata dia mengerti maksudku dan..

“Sep, lepas saja semua apa yang ada di tubuhku please, cepet Sep!” kata Ratih yang masih menutup mata yang tidak sabaran untuk bercinta denganku karena sudah terangsang berat sekali, apalagi tertundanya orgasme pertamanya.

Lalu aku pelan-pelan masukkan jari-jariku ke BH Ratih, dia semakin mengerang keenakan,

“Ssstss ah.. ye.. teruss..” kepal Ratih ke kanan dan ke kiri apalagi ketika aku memegang puting susunya dan aku segera membuka BH Ratih yang dari tadi tidak tahan rasanya aku mau lihat susu mulus Ratih.

Tuing.. tuing.. susu Ratih kelihatan jelas di depan wajahku, pelan-pelan aku mulai meraba sekeliling permukaan dada Ratih.

“Ah.. ya.. Sep.. tengahnya Sep.. Sep.. ya.. oh.. te.. rus..” Ratih memohon sambil menggigit bibir bawah Ratih, aku langsung menjilat ujung puting Ratih dengan ujung lidahku dengan sangat pelan-pelan sekali.
“Ah.. scrut..” aku mencoba rasa puting Ratih, aku putar-putar ujung lidahku di atas puting Ratih dan di belahan susunya, dia menggeliat sambil mengangkat menurunkan dadanya sehingga menempel penuh di wajahku.

Kuremas dan tekan susu Ratih dengan kedua tanganku, lalu aku pelan-pelan turun ke pusar dengan tetap ujung lidahku bermain di atas perut Ratih.

“Ah.. sstt ah.. oh.. ye.. terus Sep.. ke bawah i.. ya..” aku rasa Ratih sudah tidak sabar lagi, tangan Ratih mulai memegang batang kemaluanku yang masih di dalam celana, dia meremas-remas dan mengelus-elus.

Tangan kananku meraba CD Ratih dan aku berusaha membuka CD-nya dan Ratih membantuku dengan mengangkat pantatnya dan wow.. wow.. vaginanya basah sekali akibat rangsanganku tadi. Vagina Ratih dengan bibir yang tipis dan di pinggir vagina tidak ada rambut tapi di atas vaginanya tumbuh rambut yang tipis rapi dengan bentuk segitiga yang pernah kulihat di BF. Aku langsung memainkan klitoris vagina Ratih dengan ibu jariku.

“Ah.. oh.. ya.. sstt terus.. cepat dong.. oh.. ya..” sambil mengangkat pantat dan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.

Aku mulai memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginanya, dan aku terus mengocok lubang itu dengan pelan-pelan dan lama kelamaan kocokanku percepat dan tangan satunya memperlebar bibir vagina Ratih dan lidahku memainkan k;itorisnya.

“Ah.. ya.. ye.. terus.. jangan.. ber.. henti.. da.. lam..” katanya sambil patah-patah, dan 3 menit kemudian gerakannya semakin liar mengangkat pantat dan meremas keras-keras batang kemaluanku, aku mempercepat kocokan jariku di vaginanya.
“Ah.. Sep.. aku.. tidak ta.. han.. ce.. petin.. ah.. sstt.. a.. ku kelu..” dia mengejang, beberaoa detik lamanya dan..
“Cur.. cur..” keluarlah cairan kental putih kenikmatan dari vagina Ratih dan dia lemas di ranjang akibat orgasme yang hebat.

Aku lalu menarik jariku dari dalam lubang vagina Ratih dan menempel cairan kental itu, aku lalu berdiri di samping ranjang dan melepas seluruh pakaianku kecuali CD-ku. Sambil berdiri di samping ranjang Ratih, aku melihat batang kemaluanku sudah berdiri dan sedikit-sedikit aku mengocok-ngocok batang kemaluanku dari luar CD agar tetap dalam keadaan ready. Lalu aku duduk di samping Ratih yang masih tergeletak lemas dengan meremas-remas susunya dan melintir-lintir putingnya agar dia terangsang lagi dan tangan satunya mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku.

“Mbak Ratih hebat deh..” sambil membisikkan dekat di telinganya.
“Ah.. nggak.. kocokan kamu yang membuat aku terbang,” Ratih terbangun dari kelemasannya.
“Itu masih tanganku, gimana kalau batang kemaluanku yang mengaduk-aduk vagina Mbak?” sautku sambil tetap melintir-lintir puting susu Ratih.
“Sstt ah.. boleh.. cepet ya.. aku tidak tahan nih.. ah.. ye,” kata Ratih sambil menahan rangsangan pelintiran puting dari tanganku.

Lalu aku melebarkan selakanganku di depan Ratih dan pelan-pelan Ratih mengelus-elus dan mengocok dari luar CD dan dia tidak sabaran langsung dicopot CD-ku dan tuing.. tuing.. batang kemaluanku “ngeper” dan berdiri tegak di depan muka Ratih.

“Wow.. batang kemaluan kamu besar sekali.. kamu rawat ya..” kata Ratih sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku.
“Iya.. Mbak biar tetap ready untuk Mbak Ratih,” kataku sambil tetap melintir puting susu Ratih yang menggelantung karena dia dalam posisi nungging.

Ratih langsung memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, dia kulum batang kemaluanku dan jilati sampai rata,

“Ah.. ya.. sstt ah..” erangku sambil meremas-remas susu Ratih, tidak hanya batang kemaluanku yang ditelan oleh Ratih, kedua “telur”-ku pun dilahapnya,
“Plok.. plok..” bunyi sedotan mulut Ratih di kedua “telur”-ku dan dilepas dan mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan mulutnya lagi.

Jilatan, gigitan dan sedotan mulut Ratih memang membuatku terbang,

“Ah.. kamu memang hebat, ah.. ses.. ah.. ye..” pujiku ke Ratih yang terus mengocok batang kemaluanku dengan mulut binalnya itu.

5 menit bermain dengan mulut Ratih, batang kemaluanku sudah tidak sabaran menerobos masuk vagina Ratih yang merah merekah itu. Lalu aku berbaring terlentang di ranjang Ratih dan Ratih duduk di atas badanku, ternyata Ratih mengerti apa mauku, dia langsung memegang batang kemaluanku dan didekatkan ke vaginanya.

Ratih tidak langsung memasukan batang kemaluanku ke vaginanya tapi digesek-gesekkan dahulu di permukaan vaginanya dan selanjutnya..

“Bless.. sleep!” masuklah batang kemaluanku ke vagina Ratih yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan Ratih.

Ratih mulai menaikkan pinggul dan menurunkannya kembali dengan pelan-pelan,

“Aah.. batang kemaluanmu mantep.. Sep.. ah.. ye.. dorong.. Sep yang dalam.. ya!” erang Ratih sambil berpegangan dengan dadaku.
“Oph.. ya.. vagina kamu top.. Ning.. goyang.. te.. rus.. oh.. ye..” kata-kataku patah-patah karena kenikmatan tiada tara dari dinding vagina Ratih yang meremas-remas batang kemaluanku, dan sambil meremas-remas susu Ratih yang “ngeper” naik turun akibat goyangannya.

Lama kelamaan goyangan Ratih semakin cepat dan binal,

“Ah.. ye.. kon.. tol.. kamu.. do.. rong.. Sep.. sstt ah.. ye.. oh.. ye..” erang Ratih yang sudah tidak karuan goyangannya.

Lalu aku pun mengimbangi goyangan Ratih, aku pegang pinggulnya dan aku mengocok dengan cepat vagina Ratih dengan batang kemaluanku dari bawah.

“Plek.. plek.. plek.. plek..” suara benturan pantat mulus Ratih dengan permukaan pinggulku.
“Oh.. ya.. goyangan.. hebat..” kataku sambil mempercepat kocokan batang kemaluanku di vagina Ratih dan sepuluh menit kemudian tubuh Ratih menggeliat dan mulai menegang, Ratih sedang dalam ambang orgasme yang kedua.
“Ah.. Sep.. aku.. ti.. tidak.. tah.. aku.. sstt ah.. ya.. ke.. luar.. ah..” kata Ratih sambil menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan pinggulnya untukmengocok batang kemaluanku dan aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh.
“Ah.. aku.. tidak kuat.. lagi Sep.. aku mau.. ke.. luar.. ah.. sesstt.. ah..” dan akhirnya,
“Ser.. ser..” terasa semprotan cairan hangat di ujung batang kemaluanku yang masih di dalam vagina Ratih, tubuh Ratih lemas dan aku belum orgasme dan aku ingin menuntaskannya.
“Mbak aku belum keluar, tuh batang kemaluannya masih berdiri, bantuin ya.. keluarin spermanya!” aku bisikkan di telinga Ratih yang masih lemas itu.
“Kamu memang kuat sekali Sep.. masak kamu belum keluar juga,” kata Ratih bangkit dari lemasnya sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku yang masih tegang dari tadi.
“Ya.. sedikit lagi nih.. nanggung kalau dibiarkan, entar bisa pusing,” sambil meremas-remas susu Ratih.
“Ya.. udah gimana lagi nih.. vaginaku masih kuat kok menahan kocokan batang kemaluanmu yang nakal itu,” sambil melepaskan kocokan tangannya di batang kemaluanku aku menyuruh Ratih untuk nungging

dan terlihatlah dengan jelas lubang dan vagina Ratih yang amat basah dan merahitu. Aku mulai mencium pantat Ratih yang semok itu, aku raba-raba di sekitar lubang anusnya dan aku jilati lubang anus Ratih, ternyata dia mengerang keasyikan dan tanganku menggesek-gesek vagina Ratih dan memasukan jari ke vaginanya.

“Aah.. stt sstt ya.. Sep.. dimasukkan saja.. a.. aku tidak.. sabar.. manna kontolmu.. ma.. sukin cepat!” Ratih tidak sabar sekali dengan kocokan batang kemaluanku.

Aku mengarahkan batang kemaluanku ke vagina Ratih dan aku memperlebar selangkangan Ratih agar lebih leluasa untuk kocokan batang kemaluanku dan sedikit tekanan,

“Bleess.. slleep..” batang kemaluanku langsung masuk ke lubang kenikmatan Ratih dengan diiringi dengan erangan Ratih menerima batang kemaluanku masuk.
“Ah.. ye.. goyang.. Sep.. sstt..” Aku langsung mengocok vagina Ratih dengan tempo yang sedang.
“Auggh.. hem.. ye.. te.. rus.. cepat.. ah.. hm..” Ratih pun ikut menggoyangkan pantatnya maju-mundur untuk mengimbangi kocokan batang kemaluanku, lalu aku tidak sabaran dan mempercepat kocokan batang kemaluanku.
“Ya.. ya.. ya.. te.. rus.. ah.. ya.. da.. lam.. Sep.. aku.. ke.. luar..” Ratih menggeliat tanda dia mau orgasme yang ketiga kalinya.
“Ta.. han.. Ning.. aku juga.. mau.. ye.. ah.. ke.. luar..” aku makin mempercepat dengan memegang pinggul Ratih.

Beberapa menit, aku terasa mencapai puncak, terasa spermaku kumpul di ujung batang kemaluan dan mau aku semprotkan.

“Ya.. kit.. a.. ba.. reng.. ya.. aku.. ke.. luar.. ya..” aku tidak kuat lagi menahan desakan sperma yang sudah penuh dan..
“Sa.. tu.. Du.. a.. Ti.. g.. crot.. crott ser.. ser..”aku menyemprotkan spermaku di dalam vagina Ratih sampai lima semprotan dan Ratih jatuh lemas tidak berdaya di atas ranjangnya, aku sedikit mengocok batang kemaluanku dan masih keluar sperma sisa di dalamnya.
“Makasih ya.. Mbak Ratih, vagina kamu cengkramannya bagus kok,” bisikku di telingnya.
“Ah.. kamu bisa saja.. batang kemaluan kamu juga kocokannya hebat.. kapan-kapan aku mau lagi,” saut Ratih sambil meraba-raba dadaku.

Dan kami tidur bareng saat itu dengan tubuh yang telanjang tanpa apa-apa. Sampai beberapa jam kemudian aku terbangun dari tidurku, dan aku bangun dari tidurku dan melihat Mbak Ratih tidak ada di sampingku dan aku keluar dari kamar Ratih sambil membawa pakaianku dan aku masih telanjang. Ternyata Ratih mandi dan aku sengaja menunggunya di ruang depan sambil mengocok-ngocok batang kemaluanku agar tegang lagi. Dan beberapa menit Ratih keluar dan mendekatiku,

“Lho.. kok tidak dipake bajunya, tuh.. batang kemaluan kamu berdiri lagi,” dan Ratih duduk di sebelahku dengan pakai belitan handuk saja.
“Ya.. Mbak aku mau pulang udah siang nih.. tapi Mbak..” kataku.
“Apa lagi he..” sambil mengelus-elus pipiku.
“Keluarin lagi dong, tidak usah dimasukin ya.. oral deh..” rayuku.
“Ya.. udah.. kamu tenang saja ya..”

Ratih langsung jongkok di selakanganku dan melepas handuknya dan dia sekarang bugil. Langsung dia kulum dan jilati dengan buas sekali, hampir aku tidak tahan menerima perlakuan sepeti ini tapi aku berusaha menahan kocokan mulut binal Ratih, dan sampailah beberapa menit aku tidak tahan lagi atas perlakuan Ratih dan..

“Croot.. croot..” semburan spermaku ke wajah, susu dan rambut Ratih.
“Ah.. ya.. terima kasih ya.. Mbak..” lalu aku memakai bajuku dan..
“Ya.. kembali, kalau ada waktu datang ya..” kata Ratih sambil membersihkan semprotan spermaku di tubuhnya dengan handuk mandinya.

Lalu aku pamitan untuk pulang. Dan hubungan kami tetap baik, hampir tiap hari aku beli nasi kuning Mbak Ratih, kalau memang di rumah sepi aku dan Mbak Ratih nge-sex terus, tapi kalau ada orangtuanya mungkin hanya batang kemaluanku di kocok sama tangannya saja. Ya.. gerak cepat tapi puas. Tapi sudah beberapa bulan ini Mbak Ratih tidak jualan lagi sehingga ngesex sama Mbak Ratih jadi terganggu. Aku harap ada Mbak mbak yang lain yang lebih binal.

Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *