Mula-mula Om Heru membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian.
Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Heru mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Heru berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Heru.
Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara.
Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya.
Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Heru terhadapku dengan kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Heru hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja.
Om Heru kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Heru menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur.
Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Heru.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu.
Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Heru menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat.
Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung.
Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Heru itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Heru makin terangsang. Dengan mesra Om Heru memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om Heru mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Heru dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Heru sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Heru yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku.
Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Heru, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Heru yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Heru sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas.
Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Heru untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Heru bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku.
Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Heru ini masuk ke dalam lubang vaginaku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Heru akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya.
Sodokan penis Om Heru ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala penis Om Heru sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Heru mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi.
Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Heru mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Heru yang terasa membelah kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Heru, tapi sia-sia saja.
Om Heru mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik.
Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Heru ke dalam liang vaginaku. Tapi karena tangan Om Heru menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Heru lebih dalam ke liang vaginaku.
Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Heru membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Heru tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Heru itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Heru tersebut.
Waktu saya mulai tenang, Om Heru kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku.
Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur.
Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Heru ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat.
Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik.
Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Heru makin terangsang. Dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku.
Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu.
Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Heru mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme.
Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Heru, sampai akhirnya pada suatu saat Om Heru berbisik dengan sedikit tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Heru bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Heru mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Heru dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Heru.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Heru telah berupaya menenangkanku dengan lembut.
Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Heru, tentu saja aku malu mengatakannya.
Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Heru menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.