Sementara Bu Sherly kini asik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan mereka yang sedang beradu. Penis Evan yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tak tergoyahkan. Sekuat wanita itu mendorong ke arah pinggul Evan sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dari pemuda itu.
“ooohh…,ooohh…, ooohh…, enaknya Evan…, ooohh enaknya penis kamu sayang…, ibu ketagihan…, oohh lezatnya…, aahh…, uuuhh…, sedooot teruuus susu ibu…, ooohh sayang ooohh”, desah Bu Sherly bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuh Evan.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari penis Evan yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tak memiliki ruang lagi oleh ukuran penis pemuda itu.
Seperti biasanya saat dalam keadaan tegang penuh, penis Evan memang menjadi sangat panjang hingga Bu Sherly selalu merasakan penis itu sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaan pemuda itu yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bu Sherly untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya.
Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuh Evan yang semakin keras, wanita itu berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.
“aahh…, ahh…, aa…, aahh…, ibu ke…, lu.., ar laagiii…, ooohh…, kuatnya kamu sayang ooohh”. jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.”ooohh bu…, enaak ooohh vagina ibu nikmat jepitannya oooh hh…”, balas Evan sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami bu Sherly.
Pemuda itu masih saja tegar bergoyang bahkan saat Bu Sherly telah lemas tak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.
“aawww…, geliii…, Evan stop dulu, ibu istirahat dulu sayang ohh gila kamu And, kok bisa kayak gini yah?”.
“Habiiis ibu sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan?”.
“Nggak tahu ya An, ibu kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain penis kamu ibu benar-benar mabuk kepayang…”, kata Bu Sherly sambil menghempaskan tubuhnya di samping Evan yang masih saja tegar tak terkalahkan.
“Sabar Bu, saya bangkitkan lagi deh..”, seru pemuda itu sekenanya.
“Baiklah An, ibu juga mau bikin kamu puas sama pelayanan ibu, biar adil kan? Sini ibu karaoke penis kamu…, aduuuh jagoanku…, besar dan panjang ooohh…, hebatnya lagi”, lanjut Bu Sherly sambil beranjak meraih batang kemaluan Evan yang masih tegang itu lalu memulai karaoke dengan memasukkan penis Evan ke mulutnya.
Evan kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan wanita itu dengan mulutnya, penis besarnya yang panjang dan masih tegang itu dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bu Sherly yang tampaknya telah sangat berpengalaman dalam melakukan hal itu.
Sambil berlutut pemuda itu menikmatinya sembari meremas kedua buah payudara Bu Sherly yang ranum itu. Telapak tangannya merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu ia sukai.
Dari atas tampak olehnya wajah wanita paruh baya yang cantik itu dengan mulut penuh sesak oleh batang penisnya yang keluar masuk. Sesekali Bu Sherly menyentuh kepala penis itu dengan giginya hingga menimbulkan sedikit rasa geli pada Evan.
“Auuuww…, nikmat Bu sedot terus aahh, aduuuh enaknya”.
“mm…, mm..”, Bu Sherly hanya bisa menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh penis Evan.
Evan terlihat begitu menikmati detik demi detik permainannya, ia begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua darinya itu. Nafsu birahinya pada wanita dewasa seperti Bu Sherly memang sangat besar.
Ia tak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur dengannya. Evan beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bu Sherly jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibanding gadis ABG yang tak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.
Setiap kali ia melakukan senggama dengan Bu Sherly ia selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, wanita itu seperti sangat mengerti apa yang ia inginkan. Demikian pula Bu Sherly, baginya Evan-lah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang.
Tak seorangpun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuat wanita itu meraih puncak kepuasan seperti yang ia dapatkan dari Evan.
Sepuluh menit sudah Evan di karaoke oleh Bu Sherly. Kemudian kini mereka kembali mengatur posisi saat wanita itu kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Ia yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi oleh pemuda itu. Inilah letak keperkasaan Evan.
Ia dapat membuat lawan mainnya terkapar beberapa kali sebelum ia sendiri meraih kepuasannya. Pemuda itu sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat. Sejenak mereka bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba.
Namun kemudian dengan cepat mereka menuju kamar mandi dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sembari mengisi bak rendam itu dengan air mereka melanjutkan permainannya di situ, mereka masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana Evan menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisnya dari arah pantat Bu Sherly.
Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bu Sherly yang merasakan genjotan Evan yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
“aahh…, nikmat An, aahh…, ooohh penis kamu sayang ooohh enaak, mmhh lezaatnya ooohh…, genjot yang lebih keras lagi dong…, ooohh enaak”, teriak Bu Sherly sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki penis pemuda itu. Evan juga kini tampak lebih menikmati permainannya, ia mulai merasakan kepekaan pada penisnya yang telah membuat Bu Sherly menggapai puncak dua kali itu.
“Ooohh…, Bu…, vagina ibu juga nikmat sekali…, ooohh saya mulai merasa sangat nikmat ooohh…, mmhh…, Bu ooohh, Bu Sherly ooohh ibu cantik sekali ooohh…, saya merasa bebas sekali”, oceh mulut Evan menimpali teriakan gila dari Bu Sherly yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh mereka.
Keduanya memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tak terkendali. Beberapa kali mereka merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bu Sherly duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar.
Sementara Evan berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutnya tak pernah lepas menghisap puting susu Bu Sherly yang montok dan besar itu. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itupun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan mereka yang beradu keras oleh hempasan pinggul Evan yang menghantam pangkal paha Bu Sherly.
“Aduuuhh Annndiii…, enaaknya goyang kamu sayang ooohh…, teruuus…, aahh genjot yang keraass…, ooohh sampai puaasss…, hhmm enaakk sayangg…, mmhh nikmaatttnya…, ooohh…, enaknya genjotan kamu…, ooohh…, Evan sayang oooh kamu pintar sekali ooohh ibu nggak mau berhenti sama kamu…, ooohh.., jagonya kamu sayang ooohh genjot terus yang keras”.
“Ohh Bu Sherly, ibu juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama ibu, ooohh…, apalagi susu ini…, ooohh mm…, enaknya…, baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti ibu, oooh Bu Sherly…,
Goyangan ibu juga nikmat sekali oooh meski ibu sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali bu, ooohh susu ibu juga mm…, susu yang paling indah yang pernah saya lihat…, auuuhh enaaknya vagina ini…, ooohh…, penis saya mulai sedikit peka bu”, balas Evan memuji wanita itu.
Keduanya terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan mereka berkisar pada kenikmatan seks yang sedang mereka alami saat ini. Evan memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bu Sherly, sedang wanita itu tak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dari Evan.
Beberapa saat berlalu, mereka kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing, Bu Sherly menunggingkan pantatnya ke arah Evan lalu pemuda itu menusukkan kemaluannya dari arah belakang.
Terjadilah adegan yang sangat panas saat Evan dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bu Sherly. Wanita itu kini menjerit lebih keras, demikian pula dengan Evan yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainannya.
“ooohh…, ooohh…, ooohh…, aauuuhh…, ennnaakkk…, An.. Di sayang…, genjooot…, ibu mau keluaar lagii…, ooohh…, nggaak tahan lagi sayang…, nikmaat ooohh”, jerit nyaring Bu Sherly yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi, vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.
Demikian halnya dengan Evan yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulnya menghantam pantat Bu Sherly untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vagina wanita itu. Kepala penisnyapun mulai berdenyut menandakan puncak permainannya akan segera tiba.
Buru-buru diraihnya tubuh Bu Sherly sambil membalikkan arahnya menjadi berhadapan, lalu kemudian ia mengangkat sebelah kaki wanita itu ke atas dan dengan gesit memasukkan buah penisnya kembali ke liang vagina Bu Sherly.
“oooh Bu, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah?! Saya mau keluarkan sekarang juga…, aauuuhh Bu Sherly sayang…, ooohh…, enaakkk…, ooohh…, vagina ibu njepit…, enaak”, teriak Evan diambang puncak kenikmatannya, ia begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisnya yang dalam keadaan puncak ketegangannya itu.
Kemaluannya terasa membesar sehingga vagina Bu Sherly terasa makin sempit dan nikmat. Wanita itupun merasakan hal yang tak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuat wanita itu tak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.
“ooohh…, aahh…, ibu keeeluuuaarrr laagii…, aahh enaakkk…, Evanii”, teriak Bu Sherly mengakhiri permainannya, disaat bersamaan Evan juga mengalami hal yang sama.
Pemuda itu tak dapat lagi menahan luncuran cairan spermanya, hingga penisnya pun menyemprotkan cairan itu ke dalam rongga vagina Bu Sherly dan membuatnya penuh, dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kedua manusia itu. Evan tampak tak kalah seru menikmati puncak permainannya, ia berteriak sekeras-kerasnya.
“aahh…, saya keluaarr juga Bu Sherly ooohh…, ooohh…, air mani saya masuk ke dalam vagina ibu…, ooohh…, lezaat…, ooohh Bu Sherly sayaanng…, ooohh Bu Sherly…, enaak”, jeritnya sambil mendekap wanita itu dengan keras dan meresapi sembuaran spermanya dalam jumlah yang sangat banyak. Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bu Sherly.
Akhirnya kedua insan itu ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Mereka berendam dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Mereka terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.
“Evan sayang…”, panggil Bu Sherly.
“Ya, bu”.
“Kamu mau kan terus main sama ibu?”.
“Maksud ibu?”.
“Maksud ibu, kamu mau kan terus kencan gini sama ibu?”.
“Oh itu, yah jelas dong bu, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik ibu”, jawab Evan sambil memberikan kecupan di pipi Bu Sherly.
“Ibu pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi ibu selain kamu. Suami ibu nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya ibu juga pernah pacaran sama pegawai bawahan suami ibu tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar”.
“Yah saya maklum saja bu, tapi ibu jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan ibu, saya juga senang kok main sama ibu. Dari semua wanita yang pernah saya kencani cuma Ibu deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Ibu juga saya paling suka, apalagi kalau yang ini nih..”, kata Evan sambil memilin puting susu Bu Sherly.
“Auuuw…, Evan! geliii aahh…, ibu udah nggak tahan…, nanti lagi ah”, jerit Bu Sherly merasakan geli saat Evan memilin puting susunya.
Keduanya terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mereka mengeringkan badan lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu mereka saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu.
Merekapun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat keduanya terlelap dalam dekapan mesra mereka. Dua jam lamanya mereka tertidur sampai saat senja tiba mereka terbangun dan langsung memesan makan malam di kamar.
Hari pertama itu Evan dan Bu Sherly benar-benar seperti gila seks. Permainan demi permainan mereka lakukan tanpa mengenal berhenti. Saat malam tiba keduanya kembali melampiaskan nafsu birahi mereka sepuas-puasnya.
Klimaks demi klimaks mereka raih, sudah tak terkira puncak kenikmatan yang telah mereka lalui malam itu. Dengan hanya diselingi istirahat beberapa belas menit saja mereka kembali lagi melakukannya. Dari pukul delapan malam sampai menjelang jam empat pagi mereka dengan gila mengumbar nafsu seks mereka di villa yang luas itu.
Berbagai macam obat kuat dan ekstasi mereka minum untuk memperkuat tenaganya. Minuman keras mereka tegak sampai mabuk untuk menyelingi permainan itu. Televisi yang ada di kamar itupun mereka putarkan Laser Disc porno yang telah mereka siapkan dari Jakarta, sambil melihat adegan seks di TV itu mereka menirukan semua gerakannya.