Aku menatap wajahnya yang tersipu itu, Aruna nampaknya jadi salah tingkah dan terdiam menatapku juga. Perlahan aku memegang kedua tangan yang menutupi dadanya lalu kulepas dari dadanya. Aruna diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah kami semakin mendekat entah siapa yg duluan.
Lalu kukecup bibir tipisnya, dia diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut. Tak berapa lama Aruna melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku.
Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Aruna mulai naik nih… batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain mulut dan lidah.
Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Aruna. Kuraba dan kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas perlahan. Aruna semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling berpagut.
Dengan posisi Aruna yang rebah semakin memudahkan tanganku untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan putingnya yang makin mengeras.
Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai menjelajahi leher Aruna, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup, jilat dan hisap payudara Aruna satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah ke selangkangan Aruna.
Aruna mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik birahinya ketika tanganku menyentuh memeknya. Aku terus mempermainkan payudara Aruna dengan mulutku sementara jariku memainkan memeknya. Aruna semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dengan mata tertutup menikmati permainan ini.
Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut Aruna, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya berhenti di dekat memeknya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan Aruna dan segera kubuka lebar kedua kakinya.
Kujilati mulut memeknya yg mulai basah, perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahku kedalam lubangnya. Ternyata memek Aruna tidak berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan, membuat aku semakin asik memainkannya.
Aruna semakin menggelinjang sambil memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan kenikmatan “Oooohhhh… Aaahhhhh… Masss… Uuuuhhh…”
Aku terus memainkan lidahku di memeknya Aruna yang semakin basah oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan memeknya tampak semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras “Aaaahhhh… Uuuuuhhh… Massss…!!! Terusssss…!!! Ooooouuughhhh…!!!”
Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku. Seketika itu juga aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu.
Aruna ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes, “Kok berhenti sih… Kenapa…?”
“Pintu udah dikunci belum tuh?”
“Udah… Tadi aku kunci kok…”
“Mel, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin yakin dia masih perawan atau tidak. Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku gak mau merusak dia juga.
“Nanya apa, mas…?” sahut Aruna sambil memegang tanganku.
“Eemmmm.. Kamu masih virgin gak?”
“Emang kenapa mas? Bedanya apa?”
“Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Run…” jawabku.
“Aku udah gak virgin kok… Tenang aja…” kata Aruna sambil mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku diam saja menikmati cumbuan Aruna disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai terlepas semua.
Aruna terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil ku elus pelan rambutnya yang harum, semakin membuatku sangat ingin ‘meng-eksekusi’ dia.
Perlahan Aruna mendorongku hingga rebah dilantai sambil mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba kedalam celanaku, setelah tangannya mendapatkan kontolku langsung dipegangnya dan dipijit-pijit lembut.
Kemudian Aruna mulai membuka resleting celanaku, tampak ujung kontolku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ Aruna segera melorotkan celana dan CD-ku, aku pun langsung membantu melepasnya.
Sejenak Aruna menatap kontolku yang sudah berdiri tegak dan keras dengan pandangan yang tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede-gede amat, tapi mengacung dengan sangat keras. Perlahan Aruna mulai mengelus kontolku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya.
Lalu Aruna mulai memasukkan kontolku ke mulutnya memulai proses BJ-nya. Serasa sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun-ubun menikmati BJ Aruna, perlahan tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum kontolku sambil sesekali dijilati dan dikocok pelan kontolku.
“Oohhh, Run… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela desahanku menikmati BJ-nya.
Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Aruna yang sedang mem-BJ-ku naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku.
Memek Aruna kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Aruna kembali menggelinjang diatas tubuhku. Semakin kerap aku memainkan memeknya dengan lidahku Aruna semakin ganas dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yg semakin tinggi.
Cukup lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Aruna kembali menggelinjang keras sambil melenguh panjang dan memeknya bertambah basah menandakan dia mengalami orgasme lagi.
Kontolku yg sedang di BJ Aruna pun semakin merasakan sesuatu yg akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku dan berguling kesamping menurunkan tubuh Aruna.
Kini dia tergeletak pasrah di lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Tangan Aruna meraih kontolku lalu meremas dan mengocoknya.
Tak lama kemudian Aruna menarik tubuhku untuk menindihnya, rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya. Aku pun segera menindihnya tapi tak kumasukkan kontolku ke memeknya sambil kutatap Aruna, tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu.
Kuciumi leher Aruna sambil menusuk-nusukkan kontolku ke permukaan memeknya, sengaja tidak kumasukkan dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Aruna sudah tidak tahan, kakinya semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku.
Perlahan kugenjot pinggangku dan ku masukkan kontolku ke memeknya secara bertahap. Aruna memelukku erat ketika perlahan memeknya dimasuki kontolku. Memek Aruna terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya.
Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga kontolku masuk semua ke memeknya.
“Auuhh… Mas… Aaaahhhh…!!” desah Aruna sambil mempererat pelukannya.
Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu pelan lagi, terus menerus. Aruna nampak merem-melek sambil terus mendesah menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut kontolku lalu kutekuk kaki Aruna keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan kontolku lagi dan kembali kugenjot.
“Ooowhhh… Punyamu keras sekali masss… Aaahhh… Aku suka… Uuuhh…” kata Aruna disela desahannya.
“Punyamu juga enak, Run…” jawabku sambil terus menggenjotnya. Payudara Aruna bergerak naik-turun seiring genjotanku, segera kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Aruna jadi semakin terangsang dan mendesah-desah tak karuan.
Beberapa lama kemudian kucabut kontolku dan membalikkan badan Aruna supaya nungging.
“Jangan lewat pantat, mas… Gak mau…” kata Aruna kuatir.
“Gak, Run… Tenang aja…” jawabku.
Segera kumasukkan kontolku lagi ke memeknya setelah Aruna dalam posisi nungging. Kontolku langsung amblas ke dalam, Aruna melenguh panjang “Uuuuuugghhhh… Masssshh..”.
Segera kugenjot Aruna dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yg hebat buat dia. Benar saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya tertelungkup ke lantai. Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi nunggingnya.
Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi kontolku ke memek Aruna yg sedang nungging. Bleeesss… Langsung kugenjot lagi dengan irama biasa dan lama-lama menjadi cepat. Aruna kembali mendesah-desah tak karuan. Dia nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa.
Setelah puas kulepas kontolku lalu kubaringkan Aruna lagi di lantai. Kutindih dia lagi dengan posisi missionary. Kembali kuhujamkan kontolku kedalam memeknya yang sempit. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tidak tahan ingin segera menyemburkan maniku.
Aruna rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali memeknya Aruna. Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Aruna, “Keluarin diluar atau dalam, Run…?”
“Terserah, mas… Aku gak peduli, Aah…” jawab Aruna disela-sela desahan nafasnya yg memburu. Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo Aruna sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku.
Lalu kulepaskan lilitan kaki Aruna di pinggangku dan kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Aruna semakin hebat menggelinjangnya, menandakan dia hampir orgasme. Semakin kupercepat genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur.
“Massss… Massss… Uuuuhhh… Aaaagghh… Uuuuhhhhhhhh… Maassss…!!!” Aruna memekik tanda dia sudah orgasme lagi. Kupercepat lagi genjotanku sampai terasa klimaks. Sebelum laharku menyembur, kulepas kontolku dari memek Aruna dan beringsut ke atas badan Aruna. Aku sudah tidak tahan, akhirnya…
“Aaaahhhh… Run… Aku keluarrrr…!!” dan Crot… Crot… Crot… Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan wajah Aruna. Dia tidak menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok kontolku dan itu membuatku semakin kegelian.
Tak lama kemudian Aruna meraih t-shirtnya dan membersihkan cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya. Lalu Aruna memelukku sambil berkata, “Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…”
“Sama-sama, Run… Kamu suka..?” tanyaku.
“Ehhmmmm… baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri…” sungut Aruna.
Setelah ngobrol-ngobrol sejenak sambil berbaring di lantai kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas, bersiap-siap untuk pulang. Sebelum membuka pintu Aruna memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku, baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Mei sedang berdiri di depan kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.
“Lho, dari mana aja kalian dari tadi…?” tanya Mei. Aku baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Aruna. Makan + ngobrol kira-kira 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam-an, sesi “bercinta” hampir 1 jam-an, istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih.
“Dari atas lah… Emang mau dari mana lagi..” jawab Aruna. Kulirik Aruna nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Mei dan kulihat raut Mei jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan-jangan Aruna nanti cerita ke Mei tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan segera berpamitan pada mereka berdua.
Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yang akhirnya dapat obyek bagus + bonusnya. Sejak itu Aruna kadang kontak kalau sedang ingin ditemani, entah untuk teman ngobrol atau untuk bercinta… 😝😬