Fyra menjalani hidup baru tanpa masalah di rumah pamannya bersama sepupunya. Hampir sebulan ia belajar menjahit, membantu mengemas dan menyiapkan sarapan bersama Izyan dan Athira.
Paman Dahlan, 51 tahun, kondisi kesehatannya kurang baik dan banyak menghabiskan waktu di rumah.
Selama sebulan Fyra yang asli diawasi diam-diam oleh Paman Dahlan.. Paman Dahlan tidak bisa melupakan apa yang terjadi pada Fyra sebelum duduk bersamanya..
Diam-diam ia berkhayal merasakan tubuh Fyra yang baginya sangat menggoda apapun pakaian yang Fyra kenakan di tubuhnya.
Payudara Fyra yang montok dan kencang meski sebelumnya pernah disentuh oleh laki-laki dan punggung Fyra yang besar dan kencang tidak akan dilepaskan olehnya, membuat Paman Dahlan selalu memikirkan cara untuk menaklukkan tubuh Fyra.
Terkadang hanya berdua saja di rumah saat Izyan dan Athira mengikuti kelas menjahit. Namun paman Dahlan tidak terburu-buru mewujudkan keinginannya.
Mulai dari sekadar menatap tajam ke arah Fyra, hingga menyentuh tangannya saat berada di dapur tak kuasa menahan nafsunya pada Fyra. Terkadang gadis itu hanya memakai kaos dan kain batik di rumah.
Kemarahannya melihat punggung Fyra membungkuk saat dia berjalan. Sabtu itu, Izyan dan Athira pergi menjahit seperti biasa. Paman Dahlan pergi ke dapur untuk sarapan dan melihat Fyra sedang membuat kopi.
Dahlan : Fyra buatnya enak
Fyra : Fyra baik-baik saja seperti biasa ya paman. Tidak ada yang spesial
Dahlan semakin bernafsu melihat Fyra membelakanginya di meja dapur. Gadis itu hanya mengenakan kaos berwarna biru dan kain batik.
Saat Fyra sedang membuat air, Paman Dahlan menghampirinya dan berdiri tepat di belakangnya. Dengan amarah yang tak dapat dibendungnya, ia meremas punggung keponakannya itu.
Fyra : Eeehhhh!!! Apa ini paman!!!”
Cangkir itu hampir terlepas dari tangan Fyra karena diremas secara tiba-tiba. Saya tidak tahu kapan pamannya berdiri di belakangnya dan dia bahkan tidak menyadarinya.
Dahlan : Alah..paman sentuh saja sedikit..tak akankah Fyra marah.
Paman Dahlan berjalan menuju ruang tamu sambil nyengir.
Dahlan : Nanti bawa airnya ke depan, Fyra.
Fyra menatap tajam ke arah paman Dahlan dengan marah. Tak disangka pamannya sudah berumur 50 tahun dan masih memiliki nafsu yang gatal. Dia sangat marah.
Punggungnya diremas seperti hal biasa bagi paman. Fyra menyiapkan kopi tadi dengan marah. Masukkan dua atau tiga sendok gula tambahan dan aduk.
Fyra : Tidak cocok dengan yang lama. Saya mempermanis air ini agar lebih cepat kering.
Fyra menggerutu dalam hati namun masih menunggu nampan airnya dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Namun pamannya tidak terlihat. Fyra berjalan ke ruang tamu, juga tidak ada.
Fyra : “Aku sangat ingin membuat air.”
Fyra kembali membawa nampan ke dapur, saat melintasi kamar Izyan & Athira yang pintunya terbuka, ia melihat paman Dahlan membungkuk mencari sesuatu.
Fyra : “Paman, apa yang kamu lakukan di ruangan ini?”
Dahlan : “Kalau kamu mau tahu, ini kamar pamanku juga”
Fyra terdiam beberapa saat. Apa maksudnya sebenarnya?
Dahlan : “Masuklah Fyra, paman jelaskan”
Melihat Fyra masih tertahan di depan pintu, Dahlan segera menjauhkan nampan dari tangan Fyra dan menarik gadis itu masuk.
Fyra : “Paman apa ini!! Haha!!”
Dahlan : “Sudah kubilang masuk, kamu menyebalkan.”
Fyra : “Ishh paman!!!”
Dahlan memeluk Fyra dari belakang dan meremas setiap jengkal tubuh gadis itu dengan geram. Lama-lama ia menahan nafsunya untuk tidak meraba tubuh keponakannya sendiri.
Payudara Fyra yang kencang dan montok diremas sekuat tenaga bahkan saat gadis itu berusaha melepaskan diri.
Fyra : “Sudah berakhir.. apa paman sudah gila?”
Dahlan “Heh..Aku tergila-gila padamu Fyra..setelah kamu diperkosa hari itu, aku melihat tubuhmu semakin kuat..”
Fyra : “Apakah kamu tidak malu berada di dekat Yan dan Thira nanti ya?”
Dahlan : “Malu apa? Bocah berekor dua itu juga jadi laukku setiap malam..iya kan?”
Fyra : “Paman!! Usir setan itu!!”
Dahlan membaringkan Fyra telentang di atas tempat tidur dan menekan gadis itu dari punggungnya. Fyra tidak bisa melarikan diri, selain pamannya adalah mantan tentara, tubuhnya cukup lemah.
Paman Dahlan memeluk tubuh Fyra sekuat tenaga, dengan kedua tangannya yang tak henti-hentinya meremas payudara keponakannya.
Kemaluannya yang tegang di balik celana menempel erat pada pantat Fyra yang hanya ditutupi kain batik tipis.
Fyra : “Paman!! Cukup paman!! Lepass!!!”
Dahlan : “Kamu belum tahu seperti apa penis lelaki tua ini Fyra.. aku khawatir hanya kamu saja yang tidak akan cukup”
Dahlan menarik kain batik Fyra hingga terlepas dan mendorongnya ke ujung ranjang dengan kakinya. Mata pria itu berbinar melihat punggung montok Fyra terpampang di depan matanya. Dia menampar punggung gadis itu dengan marah.
Fyra : Sakit paman!! Ahhh!!
Punggung Fyra Amira memerah setelah ditampar berkali-kali. Dahlan tak kuasa lagi menahan nafsunya mengingat penisnya sudah tegang dan ia merebahkan diri di atas Fyra.
Kemaluannya tenggelam ke dalam celah di antara pantat empuk Fyra. Dia mencium kepala keponakannya dari belakang.
Dahlan : “Fyra, badanmu enak.. agak empuk.. seharusnya orang itu memperkosamu seharian ini.”
Fyra : “Paman bilang paman..apa yang ingin kamu lakukan pada Fyra haa..apakah cukup dengan apa yang dilakukan kedua orang itu pada Fyra sebelum ini??”
Dahlan : “Dua? Dua orang kata Fyra? Paman ingat hanya satu, yang meninggal”
Fyra : “Tinggalkan paman..aku tidak ingin menumpahkan darah dagingmu sendiri”
Dahlan : “Tidak penting darah dagingnya untuk apa, yang penting anakku!”
Dahlan membalikkan tubuh Fyra dan kembali menekannya. Kemaluannya sudah berada di depan pintu vagina Fyra, siap membuatnya mengerang.
Dengan dahi yang berkeringat, Fyra memandangi kemaluan pamannya yang tidak begitu tegang. Dahlan membelai wajah Fyra dan mencium kening gadis itu.
Fyra : “Paman..Fyra tidak tahu…Emphhh!!”
Dahlan mencubit dagu keponakannya sambil memasukkan dua jarinya ke dalam vagina Fyra. Terasa basah.
Dahlan : “Udah basah Fyra? Hah hah hah..hampir sampai om yang kasih Fyra banjir ya”
Fyra : “Paman!!! Aaaaaarrhhh!!!”
Paman Dahlan tidak bisa menahan nafsunya lagi dan memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Fyra yang basah.
Rongga sempit itu hanya membuat separuh mantel Paman Dahlan bisa menembus vagina Fyra. Dahlan mencium kening gadis itu yang basah oleh keringat.
Dahlan; “Paman dikit..pasti lebih kencang.. lihat badanmu, paman sudah tahu”
Fyra berusaha mendorong pamannya namun tidak bisa. Penis lelaki tua itu dikeluarkan dan ditusukkan lagi dengan lebih kuat. Punggung Fyra tersentak kesakitan.
Paman Dahlan mencium leher Fyra sambil menekan kemaluannya sedalam-dalamnya namun hanya separuh yang mampu mengisi vagina keponakannya itu.
Dahlan : “Ketat banget Fyra oii..orang macam apa yang memperkosamu hari itu kalau begini..hahaha..aku janji, malam ini kamu akan puas”
Fyra : “Fyra tidak mau lagi paman.. tunggu sebentar, Thira dan Yan akan kembali ya paman.”
Dahlan : “Biar orang lihat, nggak apa-apa.. kamu juga gak suci banget.. ini soal orang mau nyakitin kamu.. udah.. diam aja, biar paman yang kerja”
Fyra : “Ahh! Paman! Sakit!! Aaagghh!!!”
Dahlan memeluk Fyra dan menusukkan kemaluannya sekuat tenaga. Berkali-kali ia menusuk vagina Fyra dengan kekuatan yang masih tersisa di tubuhnya yang usianya sudah hampir setengah abad.
Meski menyakitkan, Fyra harus mengakui kenikmatan hubungan intim yang dipaksakan masih terasa. Memeknya mulai basah karena airnya sendiri sehingga memudahkan pekerjaan Paman Dahlan. Dahlan mengusap wajah Fyra yang basah kuyup oleh keringat.
Dahlan : “Lihat ini Fyra..kamu cantik..sama seperti ibumu..bagaimana rasanya ayam pamanmu?”
Fyra : “Paman kecil sakit..itulah..sudah cukup”
Dahlan : “Bagaimana menurutmu cukup? Kamu cicipi sedikit saja.. sebentar lagi kamu akan mencicipi air paman lagi”
Fyra : “Paman, itu dia…jangan beri aku air..paman!!”
Paman Dahlan beberapa kali mempercepat pergerakan penisnya melewati vagina Fyra dengan situasi yang semakin mencekam. Tubuh Fyra gemetar karena merasa dipaksa.
Air vaginanya perlahan mengalir membasahi seluruh batang penis paman Dahlan yang mulai gelisah. Sudah lama sekali ia tidak menikmati tubuh perawan seindah milik Fyra Amira.
Fyra : “Aaaaaa…pamankkkkk…”
Dahlan : “Kurang cepat ke Fyra?? Hahahah..kamu tahu orang sudah tua kan..”
Fyra : “Paman sudah cukup paman…Ahhhh!! Arrhhhh!!!”
Erangan dari mulut Fyra membuat nafsu paman Dahlan memuncak. Penisnya mengembang sempurna menunggu waktu mengeluarkan air yang sudah lama tersimpan.
Tangan Fyra menggapai-gapai tempat tidur saat penis pamannya menyebar ke setiap inci vaginanya. Melihat keadaan Fyra yang semakin gelisah.
Dahlan memegang kedua bahu gadis itu dan merebahkan tubuhnya di atas Fyra dengan penisnya yang terendam seluruhnya. Air memenuhi kepala mantel lelaki tua itu sebelum disemprotkan ke tubuh Fyra.
Fyra : “Paman jangan!! Aarrhh!! Aaahh!! Aaarrhhh!!! Aarrhhhhh!!!!”
Dahlan : “Emghh!! Bisakah.. aagh.. mencicipi.. air.. paman.. aaghh.. ya”
Fyra terkulai lemah dengan air mata yang berlinang. Meski sudah cukup lama menikmati kelezatannya, namun kenyataan diperkosa oleh darah dagingnya sendiri membuatnya merasa tidak punya harga diri.
Dahlan mengeluarkan penisnya dari tubuh Fyra dengan campuran air maninya dan vagina Fyra. Orang tua itu tersenyum. Nafsunya telah terpenuhi. Ia menyerahkan sarung itu kembali ke tangan Fyra yang masih menangis.
Dahlan : “Dahh..kamu cuci badan..mandi..bersih bersih..sebentar lagi paman akan memasak sesuatu yang spesial untukmu”
Fyra : “Paman…tidak perlu bersikap baik pada Fyra..paman lah yang bilang kalau Fyra tidak terlalu suci”
Dahlan : “Ahh ngambek..dahhh dahhh..mandi sana..sebelum kalian kembali”
Fyra meraih sarungnya dan turun dari tempat tidur. Bersamaan dengan itu, terdengar suara motor memasuki halaman.
Dahlan : “Sudah!! Kamu sudah kembali. Cepat cuci badanmu..”
Paman Dahlan bergegas keluar kamar seolah tidak terjadi apa-apa. Saat Fyra berhasil masuk ke kamar mandi tepat saat Izyan dan Athira masuk ke dalam rumah.
Ditemani derasnya air pancuran, Fyra mengucurkan air mata. Martabatnya sekali lagi terasa dikhianati. Fyra sangat marah. Mengapa pria suka memanfaatkan dirinya sendiri padahal dia tidak pernah menyakiti siapa pun.
Sang paman yang diharapkan bisa mempertahankan nasibnya, ternyata kurang lebih sama dengan pemerkosanya dulu.
Perasaan jijik muncul di diri Fyra. Perasaan yang membuatnya tidak bisa memaafkan orang yang hanya memanfaatkan dirinya. Pembalasan dendam.