Setelah dirasa cukup lama menggeseki memek puteri kandungnya itu… sang ayah mengambil ancang-ancang untuk melakukan penetrasi penisnya memasuki memek Ima dengan menempelkan palkon-nya tepat didepan gua nikmat milik puteri kandungnya itu.
Ima begitu tahu penis ayahnya akan memasuki tubuhnya segera saja mengangkang-kan kedua pahanya selebar-lebarnya. Maklumlah seperti yang sudah-sudah dialami dan dirasakan ketika disetubuhi ayahnya saat penis besar sang ayah masuk kedalam memek-nya membuat Ima sedikit tidak nyaman.
Mungkin ukuran batang penis ayahnya terlalu besar bagi memek mungil miliknya, meskipun setelah penis besar ayah amblas semua kedalam memeknya sungguh memberikan sensasi nikmat luar biasa yang dirasakan Ima.
Tersentak kaget Ima ketika palkon ayah kandungnya itu mulai menerobos masuk kedalam memeknya yang mungil, refleks Ima menggigit bibir bawah guna mengatasi rasa tak nyaman yang dirasakannya seperti yang sudah-sudah yang biasanya terjadi pada saat permulaan palkon ayahnya menerobos masuk kedalam memeknya.
Ima: Aaaduh… aaah… pak pelan-pelan dong… punya bapak gede banget sih… sssh… aaah…
Sang ayah yang sudah kadung dirundung nafsu birahi bergejolak berkobar-kobar, seakan tidak mendengarkan perkataan puteri kandungnya itu. Dengan sedikit tenaga dilesakkannya batang penisnya yang besar itu menerobos masuk kedalam memek mungil Ima. Kemudian segera ditarik-nya lagi… lalu didorong masuk lagi kedalam memek Ima.
Keluar-masuk… keluar-masuk dengan tempo sedang yang biasa dia lakukan pada persetubuhan-persetubuhan yang sudah-sudah dengan puteri kandung kesayangannya itu.
Keluar-masuk… dengan tempo yang konstan. Kedua insan ayah dan anak ini asyik-masyuk serius merasakan nikmat nya persetubuhan ini. Apalagi bagi Ima yang sudah kecanduan disetubuhi ayah kandungnya itu.
Sama sekali tiada rasa sesal bagi Ima telah disetubuhi oleh ayah kandungnya ini, karena memberi sensasi kenikmatan luar biasa. Malahan Ima merasa bersyukur ayah kandungnya mau dan berani lebih dahulu mengajak Ima untuk bersebadan dengannya.
Untung saat pertama itu Ima tidak menolaknya meskipun masih ragu saat itu, kalau tidak mana mungkin dia dapat merasakan sensasi nikmat seperti yang sedang dialaminya sekarang.
***
30 menit telah berlalu, tapi persetubuhan incest itu masih tetap berlangsung bahkan tempo keluar-masuknya batang penis sang ayah menerobos masuk kedalam memek nikmat milik puteri kandung yang paling disayanginya ini semakin cepat saja, bagaikan sebuah mobil yang zig-zag tapi mengebut kencang…!
Keringat bercucuran pada kedua insan mesum ini dan jangan pula ditanya berapa belas kali orgasme yang telah melanda Ima.
Keluar-masuk… keluar-masuk… penis sang ayah dengan gagahnya sedang sibuk menggagahi puteri kandungnya sendiri. Hunjaman-hunjaman kontol sang ayah semakin mantap bertenaga.
Beberapa gaya ngentot sudah dipraktek-kan. Sungguh luar biasa stamina sang ayah ini, mungkin karena dia sedang menyetubuhi puteri kandung sendiri.
Dia tidak pernah mau memakai dan menelan obat perangsang ataupun obat-obatan yang mengandung zat-zat yang bersifat aphrosidiac.
Kegiatan seks bersama isterinya yang juga ibunya Ima itu tidak pernah terganggu walaupun ada kegiatan incest didalam rumah mereka. Bahkan isterinya sendiri sering kewalahan menghadapi nafsu seks besar suaminya itu.
Ayahnya: Uhhh… nikmatnya… paten sekali memekmu ini Ima…
tak akan bapak berhenti ngentotin kamu Ima… ohhh…
Ima-ku tersayang… sungguh nikmat memekmu ini Ima…
Sang ayah dengan serius sangat menikmati persenggamaan yang sumbang ini dengan puteri kandungnya yang cantik menggairahkan. Tak terhitung lagi kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya yang gasang itu.
Akal sehatnya jungkir-balik tidak karuan, persetan dengan norma hukum dan agama… yang terpenting baginya adalah dapat menikmati tubuh puteri kandungnya ini sesering mungkin.
Ima sampai terguncang-guncang tubuhnya digoyang rasa nikmat yang diberikan sang ayah kepadanya. Sekilas terbayang wajah ibunya dimata Ima, menyebabkan akal sehatnya balik kembali walau hanya sekejap… Ima terkesiap… dan berkata pada sang ayah yang tercinta…
Ima: Oooh… nikmatnya… tak tahan Ima menerimanya… oooh…
bapakku sayang… bagaimana dengan ibu… bagaimana kalau ibu tahu…! Oooh enak sekali… teeerus… pak…!
Memang tadi akal sehat Ima sempat mampir kembali tapi dalam sekejap terlempar jauh diterpa rasa nikmat yang bertubi-tubi melanda tubuhnya itu.
Sang ayah yang meski sibuk mengayuh bahtera nikmatnya… tetap masih sadar apalagi dengan ocehan puteri kandung-nya yang lagi ditindihnya itu. Dengan tenang sang ayah menanggapi perkataan Ima…
Ayahnya: Uuuh…! Nikmatnya… Ima-ku… sayang, tidak usah khawatirkan ibumu… yang pasti bapak memperhatikan…
keperluan ibumu… tadi malam saja bapak ngentotin ibumu… tidak kurang 5 kali… ibumu mendapat orgasme… bahkan… seandainya ibumu tahu… tentang kita… ibumu pasti bisa memakluminya… mungkin…
malahan berterima kasih padamu…! Karena… telah ikut membantu… kewajiban ibumu… melayani bapak…! Ima sayang… bagaimana kalau kita threesome saja… dengan ibumu…!
Terlontar juga suatu ide ‘cemerlang’ dari otak mesum sang ayah. Ima yang masih diguncang nikmat tidak terlalu memperhatikan perkataan sang ayah. Lihat saja mata Ima yang merem-melek yang sibuk mencerna nikmat yang dicekoki sang ayah secara bertubi-tubi…
Tak adanya jawaban dari Ima, sang ayah melanjutkan bicara sambil tetap menggoyang-goyang pinggulnya turun-naik… turun-naik…
Ayahnya: Nikmat sekali memekmu ini Ima… kontol bapak… kayak dijepit… akhhh… pokoknya ingat… ya Im… kalau kamu ada dirumah… kamu… tidak usah pakai CD…!
Kecuali waktu kamu dapat saja… biar bapak mudah…
mengelus… dan menjilat memekmu… dimana pun… bila ada kesempatan…
Ima: Aaah… pak… kapanpun bapak pengen memek Ima… pasti siap kok… kan sudah Ima bilang tadi… tubuh Ima seutuh-nya… milik bapak…!
Mereka berdua sungguh menikmati persenggamaan mesum ini… tidak perduli dengan keadaan sekelilingnya… Inilah yang menyebabkan aku dengan leluasa menonton kegiatan mereka sekarang… tontonan ‘live show incest’ yang hot gratis lagi… sekaligus menyebalkan ku.
Campur-aduk perasaanku meski tak dapat kupungkirkan bahwa ini membuatku jadi sangat bernafsu bercampur geram di hati, sehingga tiada niatku untuk menuntaskannya misalnya dengan ber-mastubasi…
Tiba-tiba terjadi perubahaan pola gerak pada persenggamaan ini. Sang ayah tancap gas, napasnya mengendus-endus keras bagaikan dengusan banteng yang lagi ngamuk saja.
Sang ayah mengenjot tubuh puteri kandungnya dengan semangat juang yang tinggi… tak lama kemudian dia menghentikan sejenak ayunan pinggulnya seraya memberitahu Ima, puteri kesayangannya tapi juga yang menjadi obsesi dari target libido-nya yang tinggi itu.
Ayahnya: Sayang… kayaknya bapak mau keluar nih… yuk kita rubah gaya yang seperti biasanya…
Ima tahu gaya apa yang dimaksudkan ayahnya itu… doggie-style yaitu gaya anjing jantan ngentotin betina-nya. Ditunggunya ayahnya mencabut keluar penisnya dari jepitan memeknya. Setelah sang ayah berdiri diatas lutut, segera Ima membalikkan tubuh-nya.
Menelungkup dahulu sebentar kemudian menunggingkan tubuh dengan cara mengangkat pantatnya yang semok tinggi-tinggi keatas dibarengi dengan… suara gemeretak dari ruas-ruas tulang belakangnya… kreeetak… taaak… “Nyaman-nya…,” gumam Ima lega.
Ya… bagaimana tidak berbunyi tuh tulang-tulang itu kembali pada letaknya yang benar… kan sang ayah menindih tubuh rampingnya non-stop… selama 30 menitan! Sang ayah tersenyum mendengar bunyi derak kembalinya posisi tulang-tulang itu pada letaknya yang semestinya.
Dimulai lagi persenggamaan sungsang ini berlangsung ya… kurasa ini adalah babak penutup. Sang ayah memegang penisnya yang tegang dan keras itu, dimasukkan palkonnya (bleees…! ) yang dengan dibantu sedikit tenaga menerobos masuk kedalam memek puteri kandungnya yang legit itu.
Terjerembab dan jatuh tersungkur tubuh Ima menelungkup jadinya karena dorongan penis sang ayah tapi dengan sigap Ima memperbaiki posisinya kembali.
Sang ayah mulai menarik lalu mendorong penis menerobos masuk mamek Ima, makin lama semakin lancar dan cepat saja bagaikan gerak engkol mesin kereta api uap yang mulai berjalan kencang.
Tidak ada kepulan asap hitam, yang terdengar hanyalah dengus keras dari pejantannya… Sang ayah menundukkan sedikit badan-nya yang hampir-hampir menindih punggung mulus Ima, tangan sang ayah dengan sigap menyergap toket Ima yang montok.
Dengan geram penuh nafsu birahi diremas-remasnya buahdada puteri kandungnya sendiri. Tahu toketnya diremas-remas kencang, menambah nikmat persetubuhan ini dirasakan Ima dan dia juga paham bahwa tak seberapa lama lagi pasti ayahnya akan meraih klimaksnya yang biasanya dahsyat itu, segera Ima menggerakkan pinggulnya kekiri dan kekanan, lalu…
Sang ayah yang mendapatkan respon dan ‘service’ dari puteri kandungnya yang aduhai… matanya mendelik… biji matanya berputar-putar keenakan… tak mau kalah dengan puterinya itu dengan gerak refleks kedua tangan-nya mengcengkeram pinggul Ima dengan kuat seraya menggerakkan pinggulnya dengan sangat cepatnya…
Ayahnya: Ahhh… Ima… bapak sudah mau keluar…! Enakkk sekali…!
(Slebbb…) (slebbb…) (slebbb…!) Orgasme milik sang ayah datang mendekat…
Ima: Iya… paaak… kencangin… paaak…! Biar sama-sama…
enak…! Tapi ingat paaak… jangan keluarin… didalam!
Teeerus… paaak…! Oooh… niiikmat… sekali… ohhh…
Ima… mau keeeluar…!
Ayahnya: Tahannn duluuu… sayanggg…!
Bagaikan gila sang ayah mempercepat gerakan pinggulnya… maju-mundur… maju-mundur… Tak tahan lagi sang ayah buru-buru mencabut penisnya dari jepitan memeknya Ima langsung dikocok-kocok batang penisnya dengan sangat cepat diatas pantat semok puteri kandungnya itu dan… “Ahhh… ahhh… AHHH…
(Crottt…) (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) menyemprotlah sperma sang ayah dengan deras dan kuat… saking kuatnya daya semprotnya itu… jatuh dan melumuri rambut Ima dengan air mani ayahnya berwarna putih pekat… dan kental. Ahhh… lega sudah dapat menuntaskan gejolak gairahnya pada tubuh putih mulus puteri kandung kesayangannya itu…
Sama pula halnya dengan Ima yang sudah lebih tubuh terjerembab menelungkup lemas… tapi… lega dan puas… ‘Sungguh kuat… bapakku aaah… aheeem…’, dengan wajah damai Ima telah jatuh tertidur…
Ayahnya: Betul-betul nikmat…! Ngentotin kamu Im… pokoknya…
kita akan sering begini… tak akan berhenti…!
Aaah…
Sang ayah berbaring disamping Ima… tak lama kemudian… hening sudah suasana didalam kamar mesum itu… yang terdengar hanyalah dengkur pelan dari sang ayah yang disahuti dengan dengkur pelan dari puteri kesayangannya itu… yang pasti sejak itu Ima… sudah bukan menjadi pacarku lagi.
Dengan sangat hati-hati aku turun dari kursi dan membawanya kembali pada tempat semula tadi tempat kuambil.
Dengan gontai aku melangkah keluar dari rumah yang telah menghancurkan harapan masa depanku… dengan Ima yang masih kucinta…
Kudorong pelan sepeda motorku menjauhi rumah Ima, tempat aku memadu kasih pertama kali bersama Ima… Diatas tempat tidur itulah kami sama-sama kehilangan… perjakaku… perawannya…
Tanpa sadar pelupuk mataku digenangi oleh airmataku… aku buru-buru menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri… khawatir ada orang yang memperhatikanku. Dengan sigap kuambil saputangan dari saku-ku untuk menyeka mataku… dan kemudian berpura-pura menyeka muka dan jidatku.
Kunaiki sepeda motorku… men-starternya dan… melaju dijalan beraspal yang rata.
Selamat tinggal Ima-ku sayang… semoga kau selalu berbahagia…