Cerita Sex Harapan Pupus Saat Dirumah Pacar – Halo namaku Dodi, aku ingin menceritakan pengalamanku yang unik. Sengaja nama-nama pelaku yang terlibat didalamnya telah aku samarkan demi kepentingan mereka sendiri.
Kejadiannya sewaktu aku masih menjalin hubungan asmara dengan pacarku, Ima. Saat itu Ima masih duduk dikelas 3 SMA.
Aku tidak pernah menduga bahkan terbersit didalam pikiranku, bahkan sekilas juga tidak pernah dibenakku. Ternyata pacarku itu mempunyai hubungan cinta dengan ayah kandungnya sendiri! Jujur saja aku sakit hati dan kecewa berat. Peristiwa itu kuketahui bukanlah berasal dari orang ketiga tetapi dari mata kepalaku sendiri!
Ceritanya begini, hari itu aku ingin main kerumah pacarku itu. Biasanya sih aku menelponnya dahulu memberitahukan perihal kedatanganku kerumahnya itu.
Tersange Tetapi karena aku tidak berangkat dari rumahku melainkan sehabis menjenguk temanku yang dirawat dirumahsakit yang lokasinya kebetulan lebih dekat kerumah Ima, ketimbang kerumahku yang jaraknya lebih jauh.
Ditengah perjalanan menuju rumahnya, aku kirim SMS juga dia, untuk memastikan keberadaannya dirumahnya sendiri. Tak lama kemudian datang balasan SMS dari Ima yang memberitahukanku bahwa dia ada dirumahnya sendirian lagi menonton TV, tetapi… katanya pada jam 11-an dia ada janji dengan teman ceweknya.
Segera kulihat arlojiku, jarumnya menunjukkan jam sekitar jam 9-an. Kupikir masih ada waktu kerumahnya. Ya… sekedar bertegur-sapa dan melihat wajahnya yang manis… cukuplah bagi-ku.
Bagaimana tidak manis, wajah Ima kata teman-temanku mirip dengan Nana Mirdad itu lho puteri pertama Jamal Mirdad, mantan suami dari aktris kondang Indonesia, Lydia Kandou.
Sengaja aku tidak mengirim SMS balasan lagi, aku berniat memberi surprise untuknya, ya… semacam ‘in cognito’ begitu, itu lho kegiatan yang suka dilakukan oleh pejabat negara yang baik untuk datang mendadak guna memantau segala hal yang menjadi tanggung-jawabnya.
Ketika aku sudah sampai tidak jauh dari rumah Ima, aku mematikan mesin sepeda motorku lalu turun dan menuntunnya mendekati rumah pacarku itu.
Sesampainya aku dirumah Ima, kuingat tadi dalam SMS-nya Ima mengatakan bahwa dia sedang sendirian menonton TV, maka dengan santainya aku melenggang masuk kedalam rumahnya… toh tidak ada orang didalam rumah itu kecuali Ima yang sedang sendirian.
Aku melewati ruang keluarga yang ada TV-nya masih menyala, tetapi kemana penghuni rumah ini? Aku kembali keruangan keluarga, pas aku melangkah lewat depan pintu kamar Ima, mendadak aku berhenti dan terdiam sejenak.
Aku mendengar ada suara cewek, itu pasti suaranya Ima tetapi kok ada suara cowoknya didalam kamar Ima. Aku menjadi curiga karena kamarnya tertutup rapat dan lagipula setahuku Ima tidak mempunyai saudara kandung yang lelaki.
Aku menarik napas menenangkan pikiran sekejap, mungkin itu suara sepupunya yang lelaki… ‘Mungkin… ’, pikirku. Kusimak dan mendengarkan lagi percakapan diantara cewek dan cowok yang berada didalam kamar itu, kok makin lama semakin mencurigakanku apabila mendengar nada-nada dari percakapan yang sedang berlangsung itu.
Sebaiknya kulihat dahulu siapa gerangan cowok itu. Jadi aku ambil sebuah kursi dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara sekecil apapun, kuangkat dan menaruhnya didepan pintu kamar Ima.
Diatas pintu kamar memang ada kisi-kisi lubang angin untuk ventilasi udara, disitulah aku akan mengintip memantau kedalam kamar Ima.
Aku dengan tenang dan berhati-hati sekali mengintip melihat keadaan dalam kamar Ima. Seluruh bagian kamar itu terlihat jelas, kecuali tentu bagian dalam didepan pintunya.
Setelah mataku lebih fokus dan melihat… aku sangat kaget sekali… nyaris aku jatuh terjengkang. Bagaimana tidak…? Kulihat Ima dan ayah kandungnya sedang berada diatas kasur pembaringan tempat tidur.
Memang sih sebenarnya wajar-wajar saja tangan seorang ayah mengelus-elus rambut puteri kesayangannya. Akan tetapi menjadi tidak wajar dan tidak pantas dilakukan seorang ayah pada puteri nya kalau disimak lebih jauh percakapan diantara dua insan ayah dan puterinya itu.
Begini kira-kira seingatku perbincangan sumbang itu berlangsung:
Ayahnya: Im… bapak bangga mempunyai puteri secantik kamu. Apalagi bisa menikmati tubuhmu…
sayang… kamu tidak menyesal kan…?
Ima: Tentu tidak dong pak, malahan aku juga bangga mempunyai ayah seperti bapak… kuat lagi…
Kulihat tangan Ima mengelus-elus penis ayahnya yang ngaceng, yang harus kuakui batang penis ayah Ima itu panjang dan gemuk apalagi palkonnya besar dan mantap kelihatannya.
Pikirku, pantas saja Ima jadi kesemsem ketagihan kontol milik sang ayah rupanya, siapa diantara dua insan yang berbeda gender ini yang mendahului ya?
Kalau kupikir-pikir Ima orangnys lembut, manis dan sopan tutur katanya, itulah penyebabnya aku jatuh hati pada-nya. Pasti bukan Ima yang memulainya, aku yakin pasti ayahnya si bandot tua itu! Anaknya sendiri ‘dimakan’! Aku jadi geram dan kecewa, yang pasti aku akan memutus-kan hubunganku dengan Ima.
Kusimak terus tingkah gila mereka itu. Entah bagaimana awal kejadiannya berlangsung aku pun tidak tahu, yang jelas saat aku intip mereka, sang ayah hanya memakai kolornya saja sedangkan Ima masih memakai tanktop dan celana legging.
Dengan melihat kearah dadanya Ima yang berayun-ayun, aku pastikan Ima tidak mengenakan BH dibalik tanktopnya itu. Mereka saling menatap mesra lalu berciuman penuh gairah. Seru sekali kulihatnya. Ima melumat bibir ayahnya penuh nafsu birahi.
Sama halnya dengan sang ayah, betul-betul hot sekali adegan yang kulihat. ‘Hot live show’ yang mengalahkan adegan dalam BF.
Ayahnya: Mhhh… kamu nakal banget Im… lidah bapak kamu sedot-sedot… mhhh…
Sang ayah mendesah keenakan. Ima menjawab perkataan ayahnya dengan manja disela-sela ciumannya yang hot itu…
Ima: Sssh… iya pak… Ima sayang bapak… oooh…
Ayahnya: Mhhh… pacar kamu tidak kesini kan Im…? Beruntung sekali pacarmu itu Im… bisa dapat perawan kamu mhhh…
Ayah Ima tetap menciumi Ima sembari tangannya sudah mendarat di payudara Ima yang montok dan meremas-remasnya dengan bernafsu.
‘Wahh…’, pikirku, ketahuan juga oleh ayahnya Ima kalau aku yang pertama mengentot Ima dan memerawaninya. Kalau melihat gelagatnya sih, benar apa yang sekilas kupikir tadi, bisa-bisa aku dijadikan ayah… untuk anak haram yang akan sering mereka buat nantinya.
Ima yang masih tidur terlentang dipangkuan sang ayah, mulai berkata…
Ima: Iya pak… sudah… tidak usah menyesal pak… kan biar sudah tidak perawan, kan bapak sendiri yang bilang… punya
Ima sempit dan enak…
Ayahnya: Benar sayang… mhhh… kamu anak kesayangan bapak!
Mereka masih tetap kuintip, cukup lama mereka tidak merubah posisi. Kemudian ciuman sang ayah mulai beralih pada leher dan bagian belakang dari kuping Ima.
Lihai juga sang ayah karena titik-titik yang diciuminya itu adalah sebenarnya titik kelemahan Ima. Kalau titik-titik itu dirangsang dengan ciuman dan jilatan pasti akan menyebabkan Ima menjadi pasrah dan menunggu segera dipuaskan nafsu birahinya…
Tangan sang ayah beralih lagi sekarang beliau memasukkan tangan-nya kedalam celana legging Ima, kelihatan olehku tangan sang ayah sedang seru bergerilya disana, menyebab kan Ima mengeluar-kan desahan seperti keenakan serta tubuh menggeliat-geliat.
Aku yakin tangan sang ayah sedang mengelus-elus memek Ima meskipun masih terbalut dengan CD, mungkin… Ngaceng juga kontolku dengan melihat itu semua, Tapi masih lebih besar lagi rasa cemburu dan sakit hatiku.
Mengapa pula aku jadi saksi mata peristiwa ini, seandai-nya aku tidak melihatnya langsung, tentu tidak jadi masaalah dan hubunganku dengan Ima pasti akan tetap langgeng. Mengenai adanya hubungan cintanya dengan ayah kandungnya…
***
Ima sudah setengah telanjang, bagian bawah tubuhnya ‘bebas lepas’ tanpa ditutupi sehelai benang pun! Sedangkan tubuh Ima bagian atas masih mengenakan tanktop-nya tapi yang sudah disingkap jauh keatas.
Seluruh bagian payudaranya yang berukuran 34B bebas terpampang bagi mata sang ayah… tentunya bagiku juga yang sedang mengintip, he-he-he…
Sang ayah rupanya tidak mau ketinggalan moment, memulai meng-ekplorasi tubuh Ima dengan menjilatinya dan tidak lupa meremas buahdada puterinya itu dan disapnya dengan keras kedua puting Ima yang kecil tapi imut-imut itu, disertai gumamannya pada Ima, puterinya tersayang…
Ayahnya: Mhhh… sayang… enak tidak bapak beginikan… mhhh…
shhh…
Ima: Aaah… oooh paaak… geli tapi… nikmat… terus pak…
pokoknya tubuh Ima buat bapak… bikin Ima melayang paak…!
Ima kulihat mendesah kenikmatan, benar-benar tubuhnya dipasrah-kan bagi ayahnya untuk dinikmati sepenuhnya. Tangannya yang mungil dan halus itu dengan gemas meremas-remas rambut ayahnya.
Ayahnya: Mhhh… iya sayang, nikmati saja… ahhh… tubuhmu bagus… Im…
Jilatan demi jilatan datang bertubi-tubi mendarat di tubuh Ima yang putih mulus, berangsur-angsur berpindah sasaran menuju diantara pangkal paha Ima… Sekarang tubuh sang ayah diatas tubuh Ima, tepat didepan memek mungil milik Ima yang masih sedikit bulu-bulunya, kalau pun ada masih pendek dan jarang-jarang.
Ayahnya: Memek kamu bagus banget Im… benar-benar bikin bapak ketagihan… bapak jilat ya sekarang…
Meningkahi ulah sang ayah dan mendengar perkataanya membuat kadar birahi Ima seketika membumbung tinggi dengan mesra dan penuh gairah Ima menjawab ayahnya.
Ima: Iya… pak… nikmati dan jilat sepuasnya… pokoknya memek
Ima seutuhnya milik bapakku tersayang…!
Ima bahkan melebarkan renggangan pahanya dengan sendiri-nya, agar memudahkan sang ayah meng-akses memeknya yang mulai berkedut-kedut saking nafsunya. Ima memejamkan matanya, pasrah menunggu ‘eksekusi’ dari sang ayah.
Sang ayah tidak pakai menunggu lama lagi langsung saja mulutnya menyambar memek mungil milik puteri kandungnya dengan rakus dijilatnya memek itu dengan lidahnya yang kesat. Menyebabkan Ima terlonjak kaget tapi perlahan mulai menikmati cunnilingus dari sang ayah.
Ayahnya: Sttt… (slurp…) akhhh… enak banget… punya ibumu masih kalah enaknya… sayang… (slurppp…) akhhh…
Memeknya dijilati oleh ayah kandungnya sendiri selama kurang lebih 10 menitan menyebabkan Ima megap-megap, napasnya jadi tidak beraturan bagaikan tersedak diterpa gelombang nikmat teramat sangat.
Dadanya turun-naik serta puting mungil kulihat lebih mancung dan kaku, rupanya Ima akan mendapatkan orgasme-nya yang pertama dalam permainan seks incest bersama ayah kandungnya sendiri…
Ima: Oooh… terus paaak… enak baanget…! Aaah… memek
Ima… tidak tahan pak… sssh… aaah… paaak…!
Ima mencengkeram kepala sang ayah dengan kuat sambil tubuhnya mengejang-ngejang, kupikir pastilah cairan nikmat dari memeknya tersemprot… dan memang kulihat sekilas muka sang ayah yang membasah… yang masih saja menjilati memek puteri kandungnya itu… sampai tetes terakhir…
Ima menjadi lemas tubuhnya cuma bisa mendesah pelan. Akhirnya sang ayah menghentikan kegiatan cunnilingus-nya, menunggunya sebentar kemudian langsung menindih tubuh puteri kandungnya.
Mendekatkan mulutnya serta memberi kode dengan bahasa matanya yang langsung dimengerti Ima dengan refleks membuka mulutnya.
Ayahnya: Bagaimana… enak tidak sayang… peju kamu?
Ima: Mmmh… kok dikasih ke Ima sih pak…? Kenapa tidak ditelan bapak saja…? Mmmh… asin-asin… tapi enak…
Ayahnya: Tidak apa-apa… tadi bapak sudah menelannya juga…
malahan lebih banyak… bagaimana sayang… kamu sudah siap atau belum…?
Ima menjawab ayahnya dengan senyuman dan menganggukkan kepala. Yang langsung di-antisipasi sang ayah dengan memegang batang kontol yang tegang dan keras dari sejak awal permainan seksnya dengan puteri kandungnya dengan menggesek-gesekkan palkonnya pada permukaan memek Ima yang sekali-sekali menyenggol clitoris-nya.
Ini menyebabkan tubuh Ima terlonjak-lonjak kegelian tapi sungguh nikmat dirasakan Ima sehingga memicu gairah birahi menjadi tinggi kembali. Memeknya minta dimasuki kontol ayahnya, segera Ima membuka lebar-lebar pahanya ingin segera disetubuhi oleh ayah kandung yang tersayang… dan mengingatkan sang ayah…
Ima: Ingat lho pak… maninya jangan disemprot didalam memek…
Ima sekarang lagi masa subur… nanti sebelum keluar segera dicabut saja… biar deh… Ima minum air mani bapak…
Rupanya kalau Ima lagi tidak dalam masa subur, sang ayah selalu menyemprotkan air maninya didalam memek puteri kandungnya itu. Kelihatan muka sang ayah sedikit kecewa… sembari penisnya masih saja menggesek-gesek memek Ima, sang ayah berkata.
Ayahnya: Itu tergantung… sayang… nanti kalau keenakan…
tidak sempat mencabut… jangan salahkan bapak,
habis… memek kamu nikmat sekali sih…!
Mendengarkan kata-kata ayahnya itu, Ima menjadi kaget dan wajah seketika agak cemberut…
Ima: Aaah… bapak… jangan dong… entar Ima hamil bagaimana…? Aaayo… dong pak… buruan… Ima sudah tidak tahan nih… sssh…!
Bersambung…