Terasa hangat perutnya yang halus, kemudian aku naikkan pergerakan tanganku keatas menuju payudaranya yang lumayan besar dan masih kencang.tangan kiriku mengelus-elus pantatnya yang masih terbungkus sarungnya yang basah itu.
Bu Habi hanya terdiam sambil mendesah pelan. “hssssshhhh” desahan kecilnya smakin membuatku gelisah.
“pelan-pelan zul” bisiknya.
“ya mami.”sahutku
Tiba-tiba terdengar suara adzan, seketika aku menghentikan gerakanku dan berdiam sejenak sampai akhirnya bu Habi memanggilku pelan “zul!”
Aku cemas sekali takutnya dengan suara adzan tersebut dia kembali sadar bahwa yang dia lakukan adalah salah.
“percepat zul, ibu takut orang-orang yang pada jumatan keburu pulang, ntar bapa mencari ibu!” katanya berbisik halus.
Aku hanya terpaku dan lega dengan omongannya. Akhirnya aku percepat gerakanku dan hanya seketika akupun berhasil membuka bajunya itu. Kini dia setengah telanjang.
Terlihat sangat jelas dan indah sekali tubuh seorang ustazah ini, apyudaranya yang cukup besar dengan putingnya yang berwarna coklat. Aku elus-elus dan remas kedua belah payudara itu dengan penuh kenikmatan.
Tiba-tiba tangannya bergerak menuju celanaku dan seketika membuka risletingnya dan tanpa lama-lama tangganya telah ada didalam celana dalamku. Akupun senang karena dia juga menginginkan diriku.
“buka aja bu!” bisikku.
“punya kamu lebih gede daripada punya bapak” sahutnya
Aku seneng mendengar dia memuji kepunyaanku ini. Penisku semakin hangta karena sentuhan tangan suci seorang hajjah yang manis ini. Aku bantu bukakan celanaku sehingga dia bebas memainkan tnagnnya denagn penisku.
Dia hanya tersenyum ketika aku ciumi bibirnya yang lumayan menyegarkan itu,sementara kakiku aku gesek-gesekan dengan betisnya yang lumayan besar.
Aku sedot lidahnya yang mengandung banyak air liur, kemudian aku jilat giginya yang putih dan rapi itu. Kami saling meandang dan tersenyum manis, sesekali aku goda dia mengenai suaminya agar hasrat kami semakin menggelo.
“bu gmana kalo pak Ahmad tau bu?” tanyaku sok perhatian.
“jangan dong sayang, ntar ibu ribet!”Perintahnya memelas
“enak bu?” tanyaku.
“ahh terusin aja zul terus!” suruhnya sambil terus mendesah pelan.
Akupun membaringkannya di sebuah sofa yang cukup besar itu sambil memandang matanya yang penuh makna kenikmatan.
“ibu mau nyepong aku ga?” tanyaku.
“bagaimana, ibu ga ngerti?” tanyanya heran
Wajarlah pikirku, dia adalah seorang ustazah, pasti g ngerti ama yang begituan.
“jilat dan emut kontol zul bu!” jelasku
“ah ngga ah, itu kan jijik zul?” jawabnya takut.
“sini bu aku contohin!” kataku.
Kemudian aku pelorotin sarungnya yang basah itu. Memang sih dia sempat menolak karena sesuai perjanjiannya tadi.
“jangan zul, kan kamu dah janji ga bakalan berlebihan!”
“ibu kan pengen tau kalo dalam bercinta itu tak ada yang jijik ataupun jorok.”
Dia pun membiarkan aku mengupas bungkus mahkotanya, dan WAHHHH …kagumku dalam hati saat melihat vaginaya yang sangat indah itu. Memang sih dulu jg aku pernah lihat tp hanya sekilas dan gak begitu jelas.
Lalu aku mulai megelus-elus liang surga ibu hajjah itu dengan lembut. Kumassukan jari tengahku kedalam memeknya yang sudah basah dari tadi, aku pun terus memperhatikan wajah ibu itu yang menahan rasa super nikmat campur gelinya itu sambil memejamkan matanya.
Aku lepaskan pegangan tangannya terhadapat kontolku, instan dia pun heran. Dia memandangiku yang mendekatkan wajahku kepada memeknya.
“ngapain zul?
“inikah bu yang ibu sebut jijik?” sahutku sambil mencium dan menjilat vaginanya yang telah basah dipenuhi cairan kenikmatannya.
“ahhh…zul ahhh..geli zul”
Istri ustad itu terus mendesah, dan sepertinya baru kali ini dia mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.
“nikmat zul,,terus sayang teruskan!”
Saking hebatnya kenikmatan yang dia rasakan sampai-sampai dia merenggut rambutku yang lumayan jabrig. Aku tak peduli, aku jilat terus sampai dia tanpa sadar telah berteriak kencang saking nikmatnya. Akupun menyadarkannya karena takut ada yang datang dan memergoki kami.
Diapun sadar dan malu tersipu seraya berkata “kamu sih pinter banget memberi kenikmatan sama mamah.”
“iya dong mamah”
Entah kenapa dia ingin aku sebut mamah, mungkin karena dia ingin aku terus memanjakannya.
“mah sekarang bagian maha dong!”
“tapi gimana caranya, mamah g bisa?”
“cobain aja mah!” perintahku.
Kemudian diapun mulai melakukan hal yang aku perintahkan,
Ternyata dia langsung membuatku kejang denagn jilatannya.
“ko asin gini rasanya zul?”tanyanya heran.
“udah ga apa-apa ko mah, masukin dong kontolnya ke mulut mamah!”
Lalu dia memasukan penisku kedalam bibir tipisnya.
Ahhh g kuat banget, geli campur nikmat.
Penagalamn seks pertamaku ternyata dengan seorang wanita alim, dan luar biasa.
Selang beberapa menit aku naikkan kepala bu Habi da merubah posisi, membaringkannya di sofa, kemudian aku mulai membukakan celana. Nemun, ketika aku hendak melorotkan celanaku, tiba-tiba terdengar suara laki-laki keras memanggil nama ibu Habi.
“bu..bu..buu?”teriak laki-laki itu.
Akupun langsung membenarkan celanaku dan merlihat keluar. Ternyata lelaki itu adalah pak Ahmad, suami ibu Habi yang tengah aku senggamai. Akupun keluar menghampiri pak ahmad pura-pura bangun tidur.
“zul, kamu ga jumata?” tanyanya?
“aduh pak, saya ketiduran,!” jawabku
“kamu lihat ibu ga?”
“nggak pak, dari tadi juga belum lihat, memang ada apa ya?”tanyaku.
“bapak disuruh mengisi acara pengajian di rt 03,”
“oh gimana ya pak, soalnya saya ga tau sih pak.” Jawabku sok bingung
“ ya udah bapak titipin aja kunci sama kamu, ntar kalo ketemu bilangin sama ibu ya,sekalian kalo anak-anak pulang,kasih aja kuncinya!”
“baik pak”jawabku
Kemudian aku terima kunci dan pak Ahmad pergi karena ditunggu oleh seseorang dijalan.
Aku berbalik ke arah pintu dan terlihat disela-sela pintuitu ibu Habi mengintip sambil tertawa lega. Akupun lega plus senang, kemudian aku masuk dan memeliuk bu Habi dan menciumi apapun yang ada pada diri guru ngajiku dulu itu. Kami saling memandang dan tersenyum, sampai akhirnya aku memeri sinyal untuk melanjutkan kegiatan kami ini.
“mamah takut lho zul, kaget banget!”
“udahlah bu, mending terusin ronde kedua kita!” ajakku.
Kami pun tertawa senang dan saling berpelukan. Kinikami telah telanjang bulat, aku menindihnya dan terus menciumi bibir, pipi, kening, telinga, sampai ketiak pun aku jilat dan cium.
Kemudian ketika dia menghayati kenikmatan itu sambil memejamkan matanya, aku mengarahkan kontolku yang telah sangat keras ini ke arah memeknya yang terus basah.
Tiba-tiba dia kaget dan menyentakku “ ngapain kamu zul? Jangan zul jangan, ibu mohon jangan!”
Aku tidak menjawab, tapi terus mencoba mengebor vaginanya sampai akhirnya dia dia diam seraya batangku masuk dan luput di vaginanya yang memang telah terbuka dari tadi.
Aku terus mengocokkan kontolku secara beraturan, pelan cepat pelan cepat, begitu seterusnya kami lakukan hampir 25 menit sampai-sampai ibu Habi hampir tak kuat untuk menahan kenikmatan hebat ini. Beberapa menit kemudian kami berhasil sampai pada puncak.
“mah aku ah mau keluar nih, aku keluarin di dalam aja ya mah?” pintaku
“terseha kamu aja, mamh udah beberapa kali keluar,” jawabnya
“y udah aku ledakin di rahim ibu aja ya, moga jadi anak kita ya bu!”
“ya amin” jawabnya asal
Aku sangat bahagia sekali, karena aku berhasil menaklukan wanita dan menjinakkannya untuk memenuhi hawa nafsuku. Kami pun mulai membereskan baju dan tempat, aku membsahi bajuku denagn air bekas cucian bu Habi agar tidak ada bau sperma, kemudian kami pun keluar pelan-pelan.
Esoknya aku disuruh datang ke rumahnya untuk mengurus surat yang kemarin. Aku sering curi pandang dengan dia. Kemudian ketika aku menumpang buang air, bu Habi menghampiriku dan mencium bibirku di kamar mandi rumahnya sendiri sambil berbisik “malam kamis depan anter ibu ke ondangan!”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Malam kamis pun tiba, sesuai janjiku aku mengantar ibu Habi ke undangan, tapi ternyata kami tidak ke undangan melainkan ke sebuah villa milik ayahnya di desa sebelah. Kami pun bercinta lagi, lagi dan lagi.
Kami hampir melakukan hubungan gelap ini setiap minggu sekali. Hingga akhirnya 10 bulan kemudian aku mengantar ibu Habi ke puskesmas untuk bersalin. Anaknya perempuan dan cantik sekali. Seminggu kemudian aku mendapat sms darinya yang berisi “anakmu cantik ya?”
Aku cuman bisa tersenyum, dan berharap bisa menikmati tubuh bu Habi yang indah itu lagi. Kini ibu Habi masih tetap aktif di pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya, tp dia juga masih aktif dalam kegiatan bersamaku di surga dunia.