Cerita Sex Gairah Ibu Azrina – Ibu Azrina adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Azrina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Rian harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Rian juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Azrina, kedatangan Rian ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini. ”Sudah selesai Rian?”, Azrina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Rian selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya. ”Hampir bu”
”Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..””Iya..””Bu Azrina, Saya sudah selesai”, Rian masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.”Ibu dimana?””Ada di kamar.., Rian sebentar ya”, Azrina berusaha membetulkan t-shirtnya.
Tersange Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul. Begitu ia keluar, mata Rian nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya.
Azrina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”Muka Rian merah karena malu, karena Azrina tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?””Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..””oo…, begitu to?””Rian kamu mau menolong saya?”, Azrina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Rian bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Azrina yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya. ”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.”Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Rian langsung saja merah mendengar perkataan Azrina”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Azrina kemudian duduk di pangkuan Rian. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Azrina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Rian yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Azrina yang mengeras. Lidah Azrina menjelajahi mulut Rian, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Azrina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.”Lepaskan pakaiannmu Rian”, Azrina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Rian”, Azrina mendesah tidak sabar.
Rian kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Rian…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Rian meletakkan tangannya di dada Azrina yang turun naik.
Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Azrina yang moTork itu.”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Rian melakukan apa yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Azrina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Azrina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Azrina mendekap erat kepala Rian ke payudaranya.
Rian semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Rian makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.”mm…, nakal kamu”, Azrina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Rian menurut saja. Duduk diantara kaki Azrina yang membuka lebar. Azrina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Rian memasuki vaginanya.
”Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?””Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Rian mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Azrina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Rian.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Rian tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.”Oohh…, Riano…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Rian semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, Rian”, Tangan Azrina mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang.
Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Rian…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Rian menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Azrina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Azrina. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Rian merintih keenakan.
”Ahh…, enakk…,enakk”, Rian tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Azrina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Azrina.”oohh Ibu…, Ibbuu”
Muncratlah cairan mani Rian di dalam mulut Azrina, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis rasanya Rian”, Azrina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Azrina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.”Rian…, biar Ibu minum dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Rian yang masih tegang berat mendorong Azrina ke kulkas.
Gelas yang dipegang Azrina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Azrina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Azrina berteriak, saat Rian menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang.
Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.”Riano…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Azrina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Rian satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya.
Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.”Ibu menikmati ini khan”, bisik Rian di telinganya”Ahh…, hh”, Azrina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Rian mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa””Rian…, Rian jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Azrina telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Rian yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Azrina.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan. Setelah kejadian dengan Rian, Azrina masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Azrina adalah jika Rian kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
Ketika Azrina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Fajar. Ia berbeda dengan Rian, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal.
Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.”Bu Azrina salam dari Rian”, Fajar melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Fajar menghalangi pintu mobilnya.
”Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Rian.”Langkah Azrina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
”Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Rian”, Fajar tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Azrina.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Azrina langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.
Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Azrina segera menuju pintu itu, ia mengira Rian yang datang. Ternyata ketika dibuka”Fajar! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Azrina agak jengkel dengan muridnya ini.
”Boleh saya masuk?”.”Tidak!”.”Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Fajar masuk.”Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Rian senang di sini”. ”Apa hubunganmu dengan Rian?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Azrina bertanya.
”Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.”Jadi artinya”, Kali ini Azrina benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.”Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Rian, mau?”, Fajar bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Azrina.Azrina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Belum sempat ia menjawab, Fajar telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.”Bagaimana Bu, lebih besar dari Rian khan?”.Fajar ternyata lebih agresif dari Rian, dengan satu gerakan meraih kepala Azrina dan memasukkan penisnya ke mulut Azrina.
”Mmpfpphh”. ”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya nafsu menguasai diri Azrina, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat.
Kontan saja Fajar merintih keenakan.”Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Fajar menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Azrina, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Azrina merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut.
Rupanya Fajar sudah hendak keluar.”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Fajar muncrat di mulut Azrina, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri. ”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Azrina tidak bisa memungkiri perasaannya.
Ia menikmati mani Fajar yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.”Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
”Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Fajar mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Azrina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Fajar sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Fajar. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.
”Sini saya teruskan”, ia mendengar Fajar berbisik ke telinganya. Tangan Fajar segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya.
Azrina juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.”Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Fajar digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya.
Ketika jemari Fajar meremas puting susu Azrina, erangan kenikmatan pun keluar.”mm oohh”.Fajar tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Azrina.
”Fajar…, aahh…, aahh”, Tubuh Azrina menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Fajar.”Enak Bu?”, Fajar kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Azrina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Fajar dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Fajar mendorong tubuh Azrina agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.
”Kata Rian ini posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Azrina menjerit, saat Fajar dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.””Ugghh…, innii…, innii”, Fajar medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Azrina.
Azrinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.”Adduuhh…, teruss.., teruss Fajara…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Fajar.
Tangan Fajar mencengkeram pundak Azrina, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.”Oohh Azrina…, Rinnaa”.Azrina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Azrina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Fajar dan maninya sendiri.
Fajar juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Azrina, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Azrina mendesah saat pentilnya dipermainkan.
Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Fajar untuk memainkan clitorisnya.”Wan aahh”, Tubuh Azrina bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Fajar mempercepat permainan tangannya.
”Bu…, balik…, Fajar pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Azrina bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya.
Matanya terpejam menanti sodokan penis Fajar. Fajar meraih payudara Azrina dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Azrina mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Fajar.
”Bu Azrina nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Fajar memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Azrina tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Fajar.
Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Fajar. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Azrina makin cepat menerima sodokan Fajar.
Tangan Fajar beralih memegangi tubuh Azrina, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Azrina menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Fajar kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.
”Ooww..”, Teriakan Azrina terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Fajar, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Sementara Fajar sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Azrina yang makin becek.”Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh.., aahh…, aahh..”, Fajarpun mulai berteriak-teriak.”Mau kelluuaarr”Azrina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Fajar menyemprot dalam liang vaginanya.
Azrina kemudian ambruk menindih tubuh Fajar yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.”Bu Azrina…, sungguh luar biasa, Coba kalau Rian ada disini sekarang”.
”mm memangnya kamu mau apa”, Azrina kemudian merebahkan dirinya di samping Fajar. Tangannya mengusap-usap puting Fajar.”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”Azrina tidak bisa menjawab komentar Fajar, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Azrina harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Rian untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.
Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Rian muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.”Bu, Rian kangen lho”.”Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Azrina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
”…………..”, Rian tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Azrina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.”Tapi Rian masih boleh berkirim surat kan?”.
Azrina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.”Minum dulu Tor, ada es teh di meja makan. Kalau sudah noTorn VCD di kamar yaa”, Azrina mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.
Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menoTorn TV.
Diluar Rian meminum es teh yang disediakan Azrina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Rian menyusul Azrina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menoTorn VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat.
Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu Tor..”, Azrina menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Rian sedang mencopot celananya Azrina sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Rian juga tengkurap di samping Azrina.”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.
”Belum tuh…”, Mata Rian tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.”Thanx..”, Rian kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Azrina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Rian. Rian kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Azrina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri.
Bibir Rian kemudian menciumi tengkuk Azrina, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat. ”aahh…”Setelah puas, Rian kemudian memberi isyarat pada Azrina agar duduk di pangkuannya.”Bu, biar Rian yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Rian di telinga Azrina.
Azrina yang telah duduk di pangkuan Rian pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.”Akhh…”, Azrina memejamkan matanya.”Rian…, jilatin vagina ibu…”
Rian kemudian merebahkan Azrina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Rian kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”, Azrina bergetar merasakan kenikmatan itu.
Tangannya membimbing tangan Rian dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Rian menjilati pentil clitoris Azrina, dengan penuh semangat.”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Rian…, massuukk”.
Kaki Azrina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Azrina yang becek.”mm…”, Azrina menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.
”Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Rian sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Azrina mempermainkan puting Rian. Dengan gemas dicubitnya hingga Rian berteriak.”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Rian makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Azrina terkejut, tapi tidak bagi Rian. Fajar sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Fajar kemudian berjalan mendekati mereka.
Azrina yang hendak berdiri ditahan oleh Rian, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Azrina.”Nikmati saja…”Fajar kemudian mengangkangi Azrina, penisnya berada tepat di mukanya.”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya.
Saat itu pula Rian menghentakkan gerakannya. Saat Azrina berteriak, saat itu pula penis Fajar masuk.”Ahh…, nikmat..”, Azrina merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Rian dengan puas menggarap vaginanya.”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Fajar memegangi kepala Azrina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Rian keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Fajar tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Azrina.Setelah Rian mengeluarkan penisnya dari vagina Azrina,
“Berdiri menghadap tembok Bu!”Azrina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Rian keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Rian menetes ke lantai.”mm…, Tor…, liat tuh punya kamu..”, seru Fajar sambil tertawa.
Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Azrina. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Azrina.”Nih Bu rasakan punya Fajar juga ya”.
Rian dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Fajar memegangi pinggang Azrina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Azrina merintih-rintih menikmati permainan mereka, Rian merasakan penisnya tegang lagi.
Ia tidak tahan melihat peAzrinangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”, Tubuh Azrina yang disangga Fajar menegang, kemudian lemas.
Rian menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Azrina dan tembok. Dipindahkannya tangan Azrina ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Fajar.
”Rian…”, Lagi-lagi Azrina mendesah saat penis Rian masuk dan pinggulnya didorong oleh Fajar dari belakang.”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Azrina berteriak keras sekali, saat dorongan Fajar sangat keras menekan pinggulnya.
Penis Rian amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Azrina. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kalinya.