Wednesday, November 20, 2024

Dokter dan Pasien

News Online Itil

Cerita Sex Dokter dan Pasien – Aku Indo ( chinese ) asal Manado usia kira-kira 28 tahun, aku udah menikah dan punya anak satu, entah dari mana asalnya aku dikenal sebagai dokter, padahal aku gak pernah kuliah jurusan kedokteran, tapi ada aja orang yang datang padakau untuk konsultasi.

Suatu hari telepon di kantorku berbunyi. Saat kuucapkan “halo”, terdengar suara merdu dari seberang sana.
“Siang, bisa bicara dengan Pak Doni?”
“Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?”

“Oh, ini Pak Doni? Pak, ini Friska dari toko handphone ” Aku hanya mengiyakan, aku tahu itu adalah sebuah toko handphone di mall ini. Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset.

Cerita Sex Dokter dan Pasien
Cerita Sex Dokter dan Pasien

Tersange “Ada yang bisa saya bantu Bu Friska?” Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas.

“Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?”
“Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.”

10 menit kemudian, gadis muda berusia 22 tahun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 8 (menurutku).

“Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok”

Dia tersipu sambil berbisik, “Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Friska.”
Aku mengangguk.”Dan jangan panggil aku Pak, panggil aja Doni.” Dia mengangguk.

“Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Doni?” Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.

Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai “pasien” yang mempunyai keluhan seperti ini.

“Friska, jujur saja aku baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tahu kan, kalau selama ini aku hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aku ngga tau bisa berhasil atau tidak.

Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke istriku?” Friska mengangguk dan tersenyum.
“Aku tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tahu.

Dan aku harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?” Aku berpikir keras sebelum aku menyanggupinya. Friska tersenyum dan memberikan kartunamanya kepadaku.
“Aku tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.”

Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Friska. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.

“Kamu tinggal sendiri di sini?” tanyaku.
“Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang” Aku mengangguk dan mengikuti Friska yang melangkah ke kamarnya.

Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Friska membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang.

Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku.

Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut.

Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Friska memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri.

Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya.

“Doni.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli..” Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya.

“Ha? ehm.. iya.. maaf.” Friska mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata, “hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka kok.. Cuma agak geli aja..” kata-katanya membuatku semakin gugup.

“eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Ka, mungkin besok bisa diterusin..” jawabku.
Friska semakin ngakak, “Doni.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketahuan istri kamu ya?”

Friska merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik,

“Doni.., sudah lama aku menantikan hal ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Doni.. Bercintalah denganku Doni..” Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego.

Itil V3

“Aku pikir kamu salah orang Ka.. Kalau kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?” tanyaku tak percaya.

Friska tersenyum manis dan berkata, “Don, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga. Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..” Jelasnya panjang lebar.

Friska menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Friska menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu. Friska membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut.

Kurasakan bulu ?bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Friska tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak.

Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini. Friska mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku.

Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Friska melenguh,

“oouuhh.. Doni.., aku milikmu..” Aku hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas payudaranya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya.

Perlahan kubuka belahan vaginanya, terasa sekali vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari vaginanya.

Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Friska mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini.

“aauuhh..aahh.. oohh teruuss Viit, teruuss.. Aaahh..” Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan. Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang vaginanya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya,
“jangan..”

Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku,
“I’m still virgin.., aku ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini,” katanya sambil mengelus kemaluanku.

” Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aku harus memerawaninya?

“Ka, kamu masih perawan?” tanyaku tak percaya. Dia mengangguk.
“Aku ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?” Friska mengatakan hal ini dengan mantap.

Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. “Aku siap untuk menerimamu sayang..”

Setelah ia mengatakan ini, aku langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat. Dia menciumi wajahku dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan vaginanya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

Perlahan-lahan kutusukkan penisku ke vaginanya, Friska memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong penisku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess..

“hheegghh..aauuhh..” Friska menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi penisku, mengalir keluar ke pangkal pahaku. Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan vagina Friska di penisku. Friska mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang.

“mmhh..mmhh..aauuhh..oohh.. Donii.. teruuss.. auuhh..
Aduh.. Pelan dikit Doni.. ”

“Friska.. oohh.. enak banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Ka..”
“Ooouuhh.. aku ngga tahan Doni.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aku.. aku.. ngga tahan lagi.. aahh..Doni..”

“Jangan ditahan Ka.., keluarin aja.. ”
“Donii.. Auuhh.. aku sayang kamu Donii..”
seerr..seerr..serr.. terasa hangat di penisku saat Friska mengalami orgasme.

Aku tetap menggoyangkan pantatku maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan penisku dengan vagina Friska.

Creep..creep..creek..clopp.. creek..
Friska terkulai lamas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks,

“Ka, aku.. mau.. keluaarr..”
“iyaa.. Keluarin aja.. di daleem..” beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di dalam vaginanya

creett..creett.. cruutt.. creett.. Beberapa kali spermaku menyemprot di dalam vagina Friska.

Aku merebahkan diri di samping Friska, dan selintas kulihat spermaku bercampur darah perawan Friska mengalir keluar dari vagina Friska. Kulihat wajah Friska begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Friska membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata,

Cerita Sex Kawan Karib Kantor

“Doni, jangan tinggalkan aku yah.. Aku sayang banget sama kamu..” Aku hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan. Sampai aku menulis cerita ini hubunganku dengan Friska masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetahuinya.

Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Friska adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi. Untuk para netters yang ingin berbagi pengalaman dengan saya, silakan kirim imel.

Begitu juga bagi para netters yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan alternatif, juga dapat menghubungi saya via imel atau telepon langsung. Terima kasih.

Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *