Goyangan lembut Jenni membuat payudaranya bergoyang-goyang secara anggun. Pemandangan yang sangat indah. Jenni merupakan salah satu wanita impianku. Tinggi, berdada montok, atletis, senang bercanda, dan baik hati.
Sekarang dia sedang menggesekkan kelaminnya dengan kelaminku. Ah.. kepengen masukin d.
Segera kubalikkan posisi sehingga aku sekarang di atas. Kakinya kubuka lebar-lebar. Terlihat vagina yang sangat indah. Bahkan lebih indah daripada punya Nova. Mulus, hampir tanpa bulu. Warnanya pink dan telah basah mengkilap.
Tititku langsung berkedut-kedut melihatnya.
Kuarahkan tititku ke vaginanya.
“Bud, jangan dimasukkin yah!”
“Kenapa Jen? Sudah tidak tahan nih”
“Jangan Bud… jangan sekarang.” suaranya lembut meluluhkan hati.
Entah kenapa aku berhenti memaksakan kepala tititku. Akhirnya aku hanya menggesek-gesekkan kepala tititku di muka vagina Jenni.
“Ah… iya Bud.. Begitu saja… gesek saja terus… Ahh… Ahhh”
Jenni mulai lebih relaks dan lebih melebarkan posisi kakinya.
Melihat itu, aku semakin cepat menggesekkan titit. Semakin cepat gesekan, semakin keras desahan Jenni.
“OOhhhh… AHhhhh..enak Bud… Teruss.. Terusss.. Lebih cepat lagi… Tee..teeeruussss…. AHHHHHH.”
Jenni mendapatkan orgasmenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar. Kasur menjadi basah sekali.
Aku melihat Jenni mengalami orgasme yang sangat seksi sampai aku terdiam terkesima.
Jenni cantik sekali…Aku benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan Jenni.
Nova yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil alih situasi.
Dipegangnya tititku dan dikocoknya perlahan.
Tititku yang masih belum puas dengan Jenni membuat otakku segera beralih ke Nova dan menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova.
Lagi pula tititku bisa coblos ke dalam Nova.
Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba Doggy style di sebelah Jenni yang masih terbaring lemas.
Ternyata Doggy style memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa dituliskan dengan kata-kata.. Hanya nikmat..
Walaupun Nova yang sedang aku sodok, tatapanku tidak lepas dari Jenni. Jenni membuka matanya dan menatapku dengan penuh kemesraan.
Senyumnya yang manis membuat hatiku bingung.
Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tititku sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku.
Ah bingung…..
Aku pun tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras menyodok Nova.
Sodokan kerasku yang terus bertubi-tubi dari belakang membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan orgasme lagi.
Aku memperlambat sodokanku agar Nova bisa menikmati orgasmenya.
Jenni bangun dan memberikan payudaranya ke mukaku.
“Hisap Bud! Biar lu tambah seru!”
Ah.. nikmatnya tetek Jenni.. Kenyal tetapi kencang.
Tentu saja akibat tetek Jenni yang nikmat, goyanganku ke Nova semakin bertambah cepat.
“Gila lu Bud, enak banget sih dientot dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun orgasme lagi.
Aku pun tidak tahan nikmatnya menghisap tetek Jenni sambil doggy ke Nova dan akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan spermaku.
“Bud enak banget disemprot elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat.. tapi ini rasanya di dalam.’
Posisi kami belum berubah.. aku masih menancapkan titit ke dalam vagina Nova sambil terus menyemprotkan sisa-sisa sperma
dan mulutku terus mengulum, menghisap dan menggigit-gigit payudara Jenni.
“Enak yah Bud, isap tetek gue dan ngentot-in Nova”
“Iya Jen! Cuma impian bisa threesome kayak gini tapi gue bisa ngerasain kejadian benernya.”
“Udah dong Bud, cabut titit lu. Pegel nih nungging melulu” timpal Nova.
Kucabut tititku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni. Kelihatannya aku benar-benar jatuh cinta.
Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaan bugil. Jenni di kananku, Nova di kiriku.
******
Tok tok tok.. Pintu kamar hotel diketuk.
Nova yang telah bangun lebih dulu membuka pintu dan Rika terlihat telah sampai dihantar oleh orangtuanya.
“Eh.. Rika” Nova panik “Bokap Nyokap lu mana?”
“Tenang Nova, mereka cuma menghantarku kok.. tadi langsung jalan lagi ke kota C.”
“Wah… lega.. gue pikir mereka mau masuk ke dalam.”
“Memangnya kenapa Nov? Eh… lu kok kaga pake BH?”
“Itu dia Rik.. takut ketahuan.. Gue kemaren berhasil nih”
“Berhasil apaan sih, lu?”
“Gue kasih perawan gue ke Budi!!”
“Haahh?? Yang bener lu? Jenni juga? Kita semua kan memang kepengen banget dientot Budi!!”
“Jenni belum.. masih perawan dia.. kayaknya takut.. tapi udah main juga sama si Budi, cuma belum dimasukin aja.”
“Gue jadi horny nih, Nov. Budi di mana? Mau gak yah dia?”
“Masih tidur tuh.. lu bangunin aja.. laki-laki kalo dikasih perawan mana ada yang nolak.”
“Hahahaha…bener juga lu!”
“Tuh lihat, Rika. Ada yang menonjol di selimut. Dia masih telanjang lho. Kita kemaren tidur begitu gayanya.”
“Jenni mana, Nov? Kok kaga ada?”
“Lagi di kamar mandi. Tuh lu urus si Budi aja. Pagi-pagi dah tegak gitu. Lu hisap aja dulu tititnya.”
Rika pun menghampiri ranjang dan segera menarik selimut sehingga tititku terbuka dengan leluasa.
Aku yang masih tidur tidak sadar apa yang sedang terjadi hanya mengetahui kalau tititku mengalami kenikmatan.
Perlahan-lahan kubuka mataku berpikir Nova atau Jenni sedang mengulum si junior.
“Hah? Rika? Ngapain lu?” tanyaku tanpa berusaha melepaskan diri. Lagi enak kok masa melarikan diri. Betul gak?
“mmlammggii hissmmmaaapp mttiimmtiitttmm mmlu” Jawab Rika dengan tidak melepaskan muatan di mulutnya.
“Hahahaha” Nova tertawa geli. “Lanjutin aja Rik, si Budi kaga nolak tuh.. cuma ngeliatin lu sambil merem melek gitu.”
Jenni yang mendengar tertawanya Nova, segera melongok keluar dan cukup kaget melihat Rika sedang mengulum tongkat kenikmatanku.
“Eh.. Rika… baru sampe langsung sarapan aja nih” tukas Jenni dengan nada yang menunjukkan kekagetan.
Jenni keluar dari kamar mandi sambil masih mengeringkan rambutnya.
Body Jenni memang luar biasa. Aku tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh langsing dengan payudara yang sempurna itu.
“Budi.. jangan ngeliatin gue aja dong.. Rika dah nafsu tuh… puasin gih… kayak lu puasin kita berdua kemarin. Iya gak Nov?”
“Iya Jen.. Ayo Bud.. Puasin Rika.. Perkosa dia.. hahahaha..”
“Kaga usah diperkosa.. orang gue mau secara sukarela kok” timpal Rika.
Mendengar jawaban Rika, aku segera beraksi.
Kucium bibirnya dan kami melewatkan beberapa menit melampiaskannya sambil bertukar air liur.
Rika badannya kecil sehingga dengan mudah kuangkat dari tepi ranjang dan meletakkannya di ranjang.
Kudekati Rika dan menciumnya lagi. Kali ini tanganku tidak tinggal diam. Payudara Rika aku pijat dan remas-remas halus.
Kaos ketatnya segera kubuka memperlihatkan tetek mungil yang kencang. Pentilnya telah keras menjulang ke atas.
Pentil yang bagus dan segera kulumat.
“Ohh.. enak banget Bud.. terus Bud….aahhh.. ahhh..” Rika meracau kenikmatan.
Hisapan dan kulumanku pun bertambah keras. Tititku sudah sangat kencang sekali.
Dengan sedikit agak kasar kulepaskan semua pakaian yang masih melekat di Rika.
Wow.. ternyata Rika mempunyai bulu jembut yang sangat lebat.
Lebat tapi terlihat sangat rapi dan terawat.
Kudekati vaginanya dan tercium wangi vagina yang merangsang.
Tapi Jenni punya lebih wangi.
Ah.. Jenni lagi.. ini ada gadis yang sukarela memberikan perawannya, kok masih mikirin perempuan lain.
Kulirik Jenni dan kulihat dia tersenyum penuh pengertian.
Kujilat vagina Rika sambil terus melihat Jenni. Jenni pun tersenyum terus dan memberikan anggukkannya seakan-akan mengerti kalau aku sedang bertanya bolehkan aku menjilat memek perempuan lain.
“Ohh…oohhh… enak banget Bud.. baru dijilat aja gue dah kayak gini..”
“Suruh Budi ngentotin elu, Rik… Pelan-pelan yah Bud.. Kemaren gue cukup sakit lho” Nova menghangatkan suasana.
“Iya Bud.. masukin dong buruan.”
“Yakin lu, Rik?” Aku bertanya kepada Rika tetapi tatapanku kembali ke Jenni. Jenni pun mengangguk kembali.
Aku pun segera membuka lebar selangkangan Rika. Vagina Rika terlihat sangat imut, karena memang Rika orangnya cukup kecil. Tinggi badannya hanya di bawah bahuku sedikit.
Perlahan-lahan aku dorong tititku ke dalam vagina Rika. Rika yang sudah sangat basah hanya bisa mendesah.
Kepala tititku sudah masuk sepenuhnya tetapi seperti ketemu tembok.
“Siap Rika? Ini dah di depan selaput dara nih. Tinggal gue sodok masuk”
Entah kenapa sekali lagi aku melirik ke Jenni dan Jenni pun tersenyum kembali. Senyum yang sangat manis.
“Iya Bud.. sodok aja.. perkosa gue.. bikin gue hamil.. gue mau anak dari lu.” Rika sudah lupa daratan.
Kupegang pinggul Rika dengan erat dan kudorong dengan penuh kekuatan. Blesss.. masuk sudah.
Rika menitikkan air mata menahan sakit.
“Lanjut Rik?”
“Iya Bud. Dah mulai terbiasa nih. Rasanya penuh banget vagina gue”
Proses menyetubuhi Rika pun segera berlangsung. Keluar.. masuk…keluar…masuk..pelan-pelan tetapi pasti vagina Rika semakin basah.
“Gila….Enak..banget….Tahu gini… dari kemaren… gue…ikutan…nginep….”Rika semakin larut dalam kenikmatan.
“Ohh…ooohh…enak… aahh.. terus.. Bud.. yang cepat.. Bud!”
Kuturuti kemauannya. Semakin cepat aku menggoyang Rika, payudaranya pun semakin liar tergoncang-goncang.
“Bareng yah Rika.. gue juga dah mau nyemprot..”
“Ayo Bud.. bikin gue hamil.. semprot yang banyak…AAARRRHHHH”
Kami berdua pun orgasme luar biasa. Vagina Rika memeras semua sperma yang ada di tititku.
Kucabut tititku dan terlihat tetesan darah perawan merembesi sprei.
Noda darah perawan Rika dan Nova terlihat bersebelahan. Wah aku harus membeli sprei ini dari hotel. Kenang-kenangan pikirku.
Jenni menghampiriku dan menciumku di bibir dengan ciuman yang sangat lembut.
Tiba-tiba ada perasaan bersalah di hatiku. Sepertinya Jenni tahu karena dia bilang,
“Tidak apa-apa Bud. Kita semua memang ingin menikmati titit lu.”
dan kemudian dia menciumku lagi. Ciuman yang penuh mesra.
Nova mengganggu ciuman kami dengan mengambil tititku dan menghisapnya. Jenni mengganguk kembali dan merebahkan tubuhku.
Nova terus menikmati permainannya di bawah. Jenni menduduki kepalaku dan memberikan vaginanya untuk kuhisap. Ah.. nikmatnya memek Jenni.
Kujilat dan kujilat terus sambil kami terus bertatapan mata. Aku benar-benar jatuh cinta.
Pagi itu aku digilir tiga perempuan cantik. Jenni tetap hanya meminta digesek-gesek saja. Nova dan Rika berhasil membuatku menyemprotkan
sperma di dalam mereka sebanyak dua kali. Kami baru selesai ketika kami sudah kelelahan dan kelaparan. Sudah waktunya makan siang.
***
Epilog:
Kami berempat berhasil masuk universitas di kota B dan sepakat untuk mengontrak rumah untuk tinggal bersama.
Orang tua kami tidak ada yang curiga. Mereka pun setuju mengontrak rumah lebih enak daripada kos-kosan.
Bisa masak dan cuci baju sendiri. Tidak takut ada barang yang hilang.
Empat tahun kuliah, sehari pasti minimal sekali aku menyetubuhi salah satu dari tiga wanita cantik tersebut.
Dengan Jenni, selalu hanya gesek-gesek. Dengan Rika dan Nova, tentunya celup-celup dong.
Tidak ada yang hamil karena kami menghitung kalendar dengan sangat disiplin.
Sesudah lulus pun kami masih sering berkumpul untuk “bermain”.
Nova bertemu dengan suaminya di tempat kerja.
Rika bertemu dengan suaminya di kuliah S2.
Jenni akhirnya menjadi isteriku. Perawannya baru diberikan pas malam pernikahan.
Kami berdua punya dua orang anak.
Jenni sering mengundang Nova dan Rika untuk bermalam di rumah kami.
Saking seringnya, aku berhasil menghamili Nova dan Rika.
Anak kedua Nova dan anak ketiga Rika mirip sekali denganku.
Untung suami mereka tidak pernah ada yang curiga. Alasannya karena sering bergaul denganku, jadi mirip deh anaknya.