Cerita Sex Gadis Suci Tak Ternoda – Saat itu hujan mulai turun kaca mobil tertutup oleh embun sedikit kabur penglihatanku menghadap jalan, pukul menunjukan 7.00 wib waktu sudah tidak bisa di tunda lagi, aku keluarkan mobilku dengan pelan pelan karena jalan ganggku tidak begitu lebar, apalagi jam 9.00 ada janji dengan klienku untuk meeting.
Rumahku dengan jalan raya tidak begitu jauh kira kira 3 km, melewati sebuah tikungan di komplek ada sebuah wartel disana ada orang yang melambaikan tangan sungguh aku tidak bisa melihat secara jelas karena kacaku masih tertutup embun, yang aku lihat wanita dengan menggunkan jilbab warna merah, sekilas Nampak wajah yang cantik, tinggi, mobilku kupelankan dan tanp aba aba lagi wanita membuka pintu mobil dan duduk disampingku.
“Ma’af Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om ku stop, sorry ya Om “. Dia berkata polos sambil mengibaskan jilbabnya yang basah kuyup kena air hujan.
Saat dia membetulkan jilbabnya di bagian depan,sekilas tanpa sengaja lehernya dan tengkuknya kelihatan, putih bersih .. dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis lurus ditengahnya.
Tersange ”Ngak apa apa kok, memang hujan hujan begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini”. Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan.
”Om kantornya dimana ? ” dia memecah kesunyian.
” Di daerah kuningan, memangnya kamu habis pulang kuliah nih? dimana ? ” aku bertanya sambil melirik wajahnya.
Wow rupanya seorang bidadari muda sedang duduk disebelahku, wajahnya sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat bersinar.Terhias oleh kerudung putih bersih, mengenakan jubah atau baju panjang terusan sampai mata kaki.
Dalam hati aku bertanya- tanya..wah..seperti apa nih tubuhnya kalo telanjang? Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan.
” Hati hati Om, banyak genangan dan licin! Kita bisa slip nih ” dia mengingatkan sambil menepuk pundakku. ” I I I ii ya ” jawabku sedikit tergagap.
” Kamu kuliah di dimana ? ” ku ulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba.
Perempuan memang makhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang gadis berjilbab. Maklum… aku tak biasa bergaul dengan wanita berjilbab,terlebih mahasiswa seperti gadis di sampingku sekarang ini.
Sebab menurut pengetahuanku, gadis berjilbab adalah gadis suci yang alim,bersih,dan tak ternoda. Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan , padahal dikantor aku terkenal tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur.
”Di .. ” dia menyebutkan sebuah Universitas di kota Yogya ini. didaerah Yogya Utara.
”O, kalau begitu kamu bisa ikut sampai deket kaliurang nih, nanti tinggal nyambung naik metromini
”Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku.
“Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih , jalan kaki juga ngak jauh kok ” E ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya ngak pernah lihat kamu selama ini “.
”Terang aja ngak pernah Om, orang aku baru pindah kok ” Dulu aku sekolah di Kudus sama Ibu,tapi karena keterima kuliah di Yogya,,aKhirnya kami pindahj ke Yogya” dia terdiam dan kelihatan wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum berkenalan.
”Oh .. pantas aja dong, e ee nama mu siapa ” aku bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tau dia tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Kudus sana.
”Nurul Om, Nurul Khomsiyah.”sesekali ia mengusap wajahnya yg masih basah kedinginan, sambil sesekali menarik baju panjangnya agar tak menempel dan mencetak bentuk tubuhnya.
“Wah itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu ” aku mulai melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha ha ha awas ada semut.
” Ah.. Om bisa aja ” dia menjawab sambil tersipu. Woooooouuuuu.
Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba memerah bak awan senja diufuk barat ” Awan diufuk barat merah apa kuning ya !!!!! sebodoh amatlah .
”Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Khom, buat kasih pengamen.
Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang dalam didalam box , aku melirik kekiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang disela sela jilbab panjangnya,tersingkap sehingga keliatan agak membuka kerah bajunya. BH ukuran sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju muslimahnya
” Yang ini Om oup ” tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka diurutan paling atas.
” Ma af, . iya yang itu.. yang lima ribuan ” aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena mobil didepan berhenti tiba tiba.
Tangan kanannya yang tadinya akan menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak. Kali ini dia berteriak kecil
” Ma af Om a aa aaku ngak sengaja ” tiba tiba dia menutup muka dengan kedua tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik cd ku.
Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang oleh tangan halus gadis berjilbab ini.
Jilbab lebar warna putih,sepadan dengan jubah muslimah warna biru tua kembang2,wow…cantik nian gadis ini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil.
Alah mak. Jan kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan.
” Oi .., pacaran jangan di jalan, no pergi ke Kaliurang” sisopir mengumpat sambil menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil goyang. Itu adalah awal perkenalanku dngan Khomsiyah, gadis Kudus mahasiswi semester 2 di Yogya ini.
Semenjak itu hampir tiap pagi Khomsiyah dengan setia menunggu didepan wartel untuk berangkat bareng dengan mobilku.Wajahnya yang teramat cantik dihias jilbab yang kadang berkibar,menanbah pesona dan kecantikannya.
Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing, rupanya dia pindah ke Yogya ikut pamannya karena orang tuanya bercerai dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya.
Di Jakarta dia hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan kepentingan anak terlebih dahulu sebelum buat si Khomsiyah.
Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau memang lagi ada. Tugasku sebagai salah satu manager dengan bisa kutinggalkan 1 atau 2 jam toh ada sekretaris yang ngurusin.
Aku juga tidak menegerti kenapa Khomsiyah jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum. Tetapi itu tidak terlalu seKhomg yang paling dia harapkan dari aku adalah perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara.
” Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Khom ngak nemui Om dan juga sama sekali ngak ngasih kabar ” dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan dipantai parangtritis, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan kepalanya.
Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara itu begitu kenyal,walah terhalang jilbab dan terbungkus jubah panjang muslimahnya, dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik.
” Memangnya ada apa ” aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa.
” Tadinya Khomsiyah sudah mau berhenti kuliah habisnya uang udah 2 bulan tidak dikirim,dan buat beli buku juga ngak punya “.
Dia merenung sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di bandara adisucipto.
” O .. itu masalahnya, lantas kenapa kamu ngak ngomong aja sama Om ”
” Ngak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi..” dia menjawab sambil tersenyum.
” Khom… gini aja deh, kamu kan udah tau kalau Om mau Bantu kamu, tapi kalau kamu ngak bilang,.. ya terang aja Om ngak tau ! iya yoh ? “” Makasih Om .. terus terang memang Khom mau minta tolong Om untuk yang satu ini.
Om ngak usah mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan kuliahku itu aja.” Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa gairah.
Aku begitu terenyuh melihat seorang Nurul Khomsiyah,gadis cantik berjilab yang hari haKhomya seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus menanggung beban demikian berat.
” Oup .” Khom berteriak kecil karena kaget ketika wajahnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya.
” Om nakal ya.. ” dia menepuk bahuku dengan mesra dan aKhirnya malah memeluk aku. Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kiKhomya kurebah kan dia dia atas kedua pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian cepatnya.
AKhirnya Khomsiyah meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak tanganku didekap erat didadanya.
Oooooooh lembutnya daging itu, payudara muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik ribuan vol kesekujur tubuhku. Aku yakin Khomsiyah merasakan sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya persis tepat di atas batang penisku.
Aku tahu itu karea Khomsiyah berusaha mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerahmalu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan dadanya.
” Khom udah tidur aja nih Om kipasin biar ngak gerah” aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku ” Ini si Khomsiyah yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu salah langkah akan bubar semuanya .
Sabar .sabar, gunung ngak usah dikejar emang dia ngak pernah lari kok”. Dia kembali tidur dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menelusup ke balik jilbab putihnya,menekan ke dua payudaranya.
Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki.
Walaupun itu hanya dari balik baju dan BH, tetapi buat Khjomsiyah,gadis berjilbabyg alim ini yang baru pertama merasakan, sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang.
Bersambung…