Cerita Sex Idola Dimasa Lalu – Sebelumnya kuperkenalkan, namaku kokom komalasari, seorang istri dari Redaktur salah satu Koran ternama, Rojan Sudikno. Suamiku adalah seorang yang sangat sibuk. Hampir setiap hari waktunya dirumah hanya sebentar. Aku lebih sering menghabiskan waktuku bersama ibunya yang kebetulan tinggal bersama kami.
Usiaku kini 26 tahun, aku telah menikah selama 3 tahun dan belum memiliki seorang anak. Banyak orang mengatakan bodiku cukup seksi. Tinggiku 160 cm, dengan ukuran BH 34B. Orang selalu memuji pantatku yang bahenol dan pinggangku yang ramping.
Ini adalah kisah cintaku bersama teman lama sekaligus idolaku dimasa lalu. Namanya Bagas, saat SMA aku memiliki perasaan khusus kepadanya. Sejak lama suamiku tau tentang hal itu. Kami sering berdebat karenanya. Namun akhir – akhir ini, terutama setelah menikah, kami sudah tidak pernah berdebat untuk hal – hal semacam itu lagi.
Saat itu tiba – tiba aku dapat undangan reuni SMA. Aku mengajak suamiku untuk pergi kesana. Namun karena sekolah SMAku yang cukup jauh dari tempat kami tinggal, terpaksa aku pergi sendirian karena suamiku menolak untuk ikut. Suamiku beralasan masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
Tersange Aku pergi kesana bersama teman SMAku yang kebetulah juga tetangga rumah. Namanya Rita, aku bersamanya seharian, sampai akhirnya kami berpisah karena Rita harus mengunjungi ibunya.
Waktu itu sebetulnya aku ingin menemani Rita berkunjung ketempat ibunya, namun sepertinya aku gelisah memikirkan rumah. Maklum ibu sudah tua dan suamiku sering pulang larut.
Akhirnya aku pun pulang sendirian. Waktu itu aku tidak memperkirakan kepulanganku, kupikir Rita tidak ada agenda berkunjung kerumah ibunya. Aku pun pulang sendirian berjalan untuk ke halte bus. Ditengah jalan ada mobil yang menghampiriku.
Ketika kaca mobil dibuka aku terkejut, ternyata teman dekat yang kusebut sebagai idolaku, muncul dibalik kaca. Bagas begitu sapaan akrabnya menawariku untuk pulang ke tempat asalku. Awalnya aku agak canggung, tetapi setelah melihat Bagas bersama seorang perempuan, aku menjadi lega.
“ayo ikut aku saja” ujar Bagas. Aku pun tidak menolak ajakannya.
Di dalam mobil, kami ngobrol panjang lebar. Bagas juga memperkenalkan wanita itu yang ternyata adalah istrinya. Ternyata Bagas tinggal satu kota dengan ku. Di tengah perjalanan waktu itu sudah sangat larut. Kami pun memutuskan untuk mampir di sebuah rumah pemondokan. Disana kami hanya memesan satu kamar saja karena ternyata seluruh kamar telah terisi.
Malam semakin larut, saat itu pukul 02.10 aku belum bisa tidur. Aku merasa sangat gerah, lalu aku pergi ke kamar mandi untuk mencopot BHku agar lebih nyaman dan bisa tidur pulas. Setelah kucopot BH aku pun langsung kembali ke tempat tidur. Saat itu kulihat Bagas dan istrinya masih kelonan.
Beberapa saat kemudian tampaknya aku belum bisa tertidur. Aku yang saat itu hanya mengenakan hotpants dan kaos lengan pendek tanpa BH akhirnya memutuskan untuk sekedar melihat TV.
Bentuk penginapan terdiri dari kamar dan ruang TV. Saat itu aku tidur didepan dan Bagas bersama istrinya didalam. Aku menyingkirkan meja dan duduk dilantai karpet karena cukup gerah.
Saat itu aku menghidupkan TV. Pada saat pukul 03.30 WIB aku melihat Bagas tampaknya bangun untuk buang air kecil di toilet. Saat hendak kembali tidur tampaknya dia melihat aku yang sedang menonton TV sendirian. Dia pun menghampiriku.
“La.. kok belum tidur? Nggak bisa tidur ya?” tanya Bagas
“Hu-um gas, gerah dari tadi” jawabku agak canggung. Maklum saat itu selimut kubuang jauh dan tentu saja aku tidak memakai BH.
Bagas pun mendekat dan duduk disamping ku sambil berkata “tak temenin ya, aku juga kebetulan kebangun”.
“hu-um” jawabku.
Saat itu suasana sangat sepi sekali. Bagas sesekali mengajakku berbincang dan becanda. Bagas adalah orang yang humoris, aku pikir kami tidak akan kehabisan topik perbincangan. Saat itu tidak terasa sudah pukul 04.00 WIB.
Aku jadi teringat suamiku yang selalu berkata, kalau laki – laki itu pada saat jam pagi libidonya meningkat, “burungnya” bakal berdiri terus. Mungkin salah satunya dari dorongan nafsuku aku jadi berpikir seperti itu dan teringat perkataan suamiku aku jadi penasaran “benarkah semua pria sperti itu” pikirku dalam hati.
Dengan rasa penasaran aku sedikit melirik ke celana boxer Bagas. Kulihat tidak ada tanda – tanda dia sedang “berdiri”. Namun aku agak heran dengan benda yang mirip pipa di paha Bagas. Kupikir tak mungkin itu burung. Bentuknya seperti pipa dan menjuntai hingga setengah paha. Kupikir mungkin itu sesuatu yang dikantongi Bagas.
Sempat beberapa kali melirik, aku semakin penasaran dengan benda itu. Aku antara yakin dan tidak bahwa itu sebetulnya burung Bagas. Lalu muncul ide nakal untuk memastikan benda apa itu.
“Gas, kita ngobrol aja ya, Tvnya dimatiin” tanyaku.
“Iya matiin aja ngak apa–apa kok, ini juga udah pagi” jawab Bagas.
Aku pun bergerak menuju TV dan mematikanya. Kupikir Bagas juga melihat bokongku yang bahenol saat mematikan TV yang berada didepannya. Ketika berbalik, aku berpura – pura menjatuhkan gelas yang tadi kubawa.
Aku pun mengambilnya sambil menunduk dan memperlihatkan belahan dadaku kepadanya. Meskipun hanya sekilas, kupikir itu cukup bisa merangsang burungnya untuk bergerak. Saat aku kembali duduk, kulihat benda itu masih saja menjuntai seperti semula.
Meski semakin penasaran aku tidak bisa berbuat banyak untuk mengetahui benda apa itu. Aku ngobrol semakin seru dengan Bagas, dan kurasa efek dari jarangnya aku dibelai suamiku membuat libidoku saat itu malah tinggi. Nafsuku sedikit liar dan putingku pun mengacung indah dan tercetak di bajuku.
Kuhadapkan tubuhku kearah Bagas untuk melihat reaksinya. Aku dan Bagas semakin asik bercanda sampai kulihat saat itu pukul 04.45. Bagas beberapa kali melihat kearah dadaku meski hanya sekilas. Akupun beberapa kali memastikan benda itu dapat bergerak.
Setelah selang beberapa menit, akhirnya aku melihat benda itu bergerak sedikit demi sedikit. Benda itu tidak membesar hanya beberapa kali bergetar, aku malah tidak yakin dengan firasatku, lalu sampai akhirnya kami terdiam. Bagas menatapku, dan akupun menatapnya.
Entah setan apa yang terlintas dibenaknya, tiba – tiba dia meraba tangan kiriku. Lalu aku membalasnya dengan meraba paha kanannya yang berisi pipa itu. Saat kusentuh Bagas terlihat agak kaget.
Aku pun terkejut saat memegang ‘pipa’nya. ‘pipa’ itu kuelus dan sedikit kuremas. Saat kuremas aku semakin yakin kalau itu kemaluan Bagas. Hendak memastikannya pun, akhirnya aku bertanya.
“Ini apa gas, kok bentuknya aneh?” tanyaku dengan nada pelan.
“Itu, burungku la, kok gitu aja nggak tau, kan kamu sudah bersuami” jawab Bagas.
“Eh, maaf !” kataku pura – pura terkejut dan menjauhkan tanganku dari pahanya.
“Hehehe, nggak apa–apa kok la, terusin aja nggak usah aneh gitu” jawab si Bagas lirih sambil tersenyum manis kearahku.
Mendengar kata – kata itu sebenarnya aku ingin gengsi sedikit, tapi ternyata rasa penasaranku mengalahkan gengsi yang ada dalam diriku. Lalu kupegang kemaluan Bagas perlahan.
“Maaf gas, aku tadi nggak tau beneran” kataku
“Udahlah, terusin aja dulu pumpung masih subuh”
Sambil mengelus–elus dan meremas–remas burungnya aku terus melihat ke wajah Bagas. Diwajahnya terpancar bahwa Bagas merasa keenakan dengan remasanku, aku pun menikmati sensasi ini. “Punya Bagas panjang banget, kalau dimasukin rasanya gimana ya?” batinku. Penasaran aku pun langsung bertanya,
“Ini burungmu kok gede banget gas, berapa centi”
“25–an la” jawab Bagas.
Batin ku “wow, suamiku saja burungnya 15cm, yang ini hampir 2x lebih gede dan panjang”. Mendengar hal itu entah kenapa aku jadi tambah penasaran.
“Dikeluarin boleh?, aku pengen liat..” pintaku dengan nada manja.
“Disingkap aja celananya la”
Lalu akupun menyingkap celana Bagas hingga ke selangkangan, dan menakjubkan aku melihat burung Bagas yang besar, keras dan menjuntai sebegitu besar. Baru kali ini aku melihat kontol segagah itu.
Begitu burung itu menampakkan wujudnya aku pun langsung meremas–remas kembali. Dalam hatiku, aku ingin mengocok kontol ini, sepertinya lebih enak ngocokin kontol yang ukuran panjangnya luar biasa. Gayung bersambut.
Bagas sepertinya mengerti apa yang kurasakan, dia mempersilahkanku mengocok kontolnya. Lalu aku pun mengocoknya dengan perlahan dan sedikit demi sedikit semakin cepat. Kulihat Bagas beberapa kali menunjukan ekspresi keenakan.
Tidak tahan melihat Bagas, aku pun langsung mendekatkan kepalaku ke burungnya, tidak berapa lama aku langsung memasukan burung Bagas yang gagah itu ke bibir mungilku. Aku membasahinya dengan ludahku, kukulum–kulum burungnya dengan lembut.
Itu kali pertamanya aku mengulum kontol seseorang tanpa diminta, bahkan pada suamiku pun aku tidak seperti ini. Kini batang kemaluan Bagas sudah basah, berlumuran dengan air liurku. Tidak berhenti sampai disitu, aku juga menghisap buah zakar Bagas.
Saat kuhisap, dia terlihat sedikit bergerak–gerak. Tampaknya dia sedang keenakan. Mengetahui Bagas keenakan, aku pun semakin bersemangat, sambil kujilat–jilat buah zakarnya, tanganku pun mengocok lembut kontolnya yang panjang dan basah itu. Bagas semakin liar, dia sedikit menjambakku.
Saat itu sekitar pukul 05.00, aku pun teringat Istri Bagas yang sedang tidur dikamar sebelah. Aku seketika berhenti dan melepaskan permainanku itu. Bagas terlihat terkejut melihatku.
Bagas pun langsung bertanya, “ada apa la?”.
“Aku lupa, Istrimu sedang tidur, seharusnya kita tidak melakukan sejauh ini” kataku
Seketika Bagas menarik tanganku, dia mencium bibirku. Aku pun terdiam, dan kini giliran Bagas yang beraksi. Dia menciumi leherku dengan lembut. Bagas menjilat–jilatnya hingga ke bagian paling sensitifku yaitu telinga.
Bagas berbisik “sudahlah, Istriku itu kebo, kalau tidur pasti bangunnya siang, lagi pula kalau dia bergerak kita pasti dengar,” katanya menenangkanku.
Aku tidak sempat berpikir kala itu, Bagas langsung menggigit susuku dari luar. “Kamu nggak pake BH kan?” tanya Bagas.
Belum sempat menjawab pertanyaannya aku sudah diserbu oleh serangan sensual Bagas. Dia menurunkan kaosku dan menciumi buah dadaku. Aku tidak tahan lagi dengan aksinya. Bagas lalu menggendongku untuk duduk dipangkuannya. Saat aku duduk, aku merasakan batang kemaluanya menyentuh kemaluan dan pantatku.
Bagas melahap payudaraku, diemutnya kedua putingku secara bergantian. “owwhh, gas..” desahku keenakan. Saat Bagas sedang menyedot pentilku, kubawa kedua tangannya yang tadinya meremas buah dadaku ke bagian bokong untuk merasakan bokong semokku.
Bagas terlihat antusias meremasi bokongku yang besar dan kenyal. Dia meremas–remasnya sambil menjilati payudaraku. Kulihat Bagas semakin liar. Lalu tanpa basa basi kubuka bajuku untuk mempermudah aksi Bagas.
Kurasakan burung Bagas yang tergencet vaginaku bergerak–gerak. Sangat menggairahkan menindih benda besar, berurat, keras dan hangat ini. Lalu tanganku pun menghampiri kontolnya yang sempat tergencet.
Dan aku pun meremas–remas kontol besar itu. Meremas–remas kontolnya membuatku sangat berhasrat untuk merasakannya masuk kedalam liang vaginaku.
Beberapa menit kami melakukan itu, aku pun berganti posisi. Aku menyuruh Bagas membuka celananya. Bagas pun menurut, saat dia membukanya kemaluannya yang besar itu langsung mengacung dengan tegak kearahku. Aku baru sadar kalau dia tidak memakai celana dalam.
Dia terduduk di sofa, aku langsung melahap kemaluannya. Kukulum–kulum dan kukocok–kocok kemaluannya. Dia pun beberapa kali meremas–remas tetekku. Kami melakukan aksi itu agak lama, meski hanya mengulumnya aku cukup antusias.
Tapi lama–lama aku bosan juga. Aku menunggu Bagas memintaku untuk memasukkan burungnya ke vaginaku. Beberapa waktu menunggu membuatku tidak sabar. Vaginaku sudah basah dan Bagas belum juga memesan lubang ini.
“Mau dimasukin nggak?” tanyaku sambil mengulum.
“Dimasukin apa?” tanya Bagas, belagak bodo.
“Ya dimasuki kesini?” tanyaku sambil menunjuk ke arah vaginaku.
“Kemana la” jawabnya.
Ternyata Bagas ingin memancingku. Aku pun berhenti menguluminya, aku langsung mencopot celana dan celana dalamku didepannya. Aku memperlihatkan bokongku yang indah saat mencopotnya.
Setelah itu aku menaiki Bagas yang mengenakan kaos hitam tanpa celana. Lalu aku menduduki kemaluannya, kugesek–gesekkan vaginaku di kontolnya. Bagas berkali–kali tersenyum kearahku.
“Masukin yuk gas” tanyaku.
“Masukin gimana sayang?” jawabnya.
Kembali dia membuatku penasaran. Saat kugesek–gesekan, bukannya Bagas yang penasaran malah aku jadi terangsang hebat. Vaginaku semakin banjir, dan Bagas masih saja tersenyum kearahku sambil tanganya menjahili susuku.
“Gas, sudah to, ayo dimasukin!” pintaku sedikit memanja.
“Yang mesra dong sayang” katanya memintaku untuk berbuat nekat.
Aku sudah tidak tau lagi harus berbuat bagaimana, aku pun dengan vulgar memintanya untuk memasukan burungnya ke memekku.
“Bagas sayang, masukkin kontolmu yang gede dan panjang itu ke vaginaku yuk, aku pengen kentu sama kamu nih, ayuk ganteng…” pintaku dengan nada manja.
“Iya sayang, sayangku dibawah yuk”.
Lalu kami pun berganti posisi, kini aku terlentang disofa dan dia berdiri tepat didepanku sambil mengarahkan kontolnya yang panjang ke Vagina mungilku. Perlahan dia menggesek–gesekkan kontolnya ke vaginaku dan membuatku semakin melayang. Bagas beberapa kali mencoba memasukkan kontolnya ke vaginaku namun tidak berhasil. Vaginaku beberapa kali menolaknya.
“Kontolku nggak cukup ya sayang, sakit ya? Coba lagi yuk” kata Bagas
“Iya sayang, ayo cepetan masukin ya, udah nggak tahan nih” kataku sambil memegang tangan Bagas yang kekar.
Mendengar kataku itu Bagas langsung bersemangat, dia memaksa kontol besarnya itu masuk ke lubangku yang sempit.
“Aaawwhh….!!” teriakku tertahan.
Kontol itu telah masuk seperempat bagian ke vaginaku. Mataku pun terbelalak. Baru kali ini vaginaku dibobol kontol sebesar ini. sebelumnya kontol suamiku tidak sebegini besar. Setelah berhenti sejenak, Bagas memaju mundurkan pinggulnya perlahan.
Meski agak sakit, aku merasakan sensasi enak luar biasa di dinding vaginaku. Bagas terus mengulangi gerakanya dan menggali lebih dalam. Aku mulai terbiasa dengan kontolnya.
Kurasakan gesekan demi gesekan sangat nikmat sekali. Beberapa menit dengan aksinya, Bagas lalu mempercepat gerakkannya. Semakin cepat hingga tubuhku terguncang dan dinding vaginaku merasakan nikmatnya gesekan kontol yang luar biasa ini.
Bagas mempercepat gerakannya sambil meletakkan tubuhku diantara kedua tangannya. Aku merasa sangat nyaman bercumbu dengannya. Hingga selang beberapa menit aku merasakan ada rasa aneh dalam liang vaginaku.
Kontol Bagas kurasakan berkali–kali menyentuh bagian vaginaku yang paling sensitif, hingga akhirnya “aawahhh.. Bagas, sayang..” aku pun melenguh, dan tertahan ketika jarinya menyumbat bibirku.
Bagas megeluarkan kontolnya. Kulihat cairan orgasmeku keluar banyak. Luar biasa, rasanya enak sekali, klimaks disaat aku dalam pelukan seorang lelaki yang gagah.
Baru kali ini aku merasakan orgasme senikmat ini. Sambil menungguku pulih, Bagas mengeyot putingku untuk merangsang kembali gairahku. Selang beberapa menit, tubuhku pun pulih kembali.
“Bagas sayang.. lagi yuk, aku pengen ngerasain kontolmu lagi” pintaku memanja.
Tanpa berkata apapun Bagas menggendongku, aku kini berada dipangkuannya sambil berhadap–hadapan. Dengan setengah berdiri, aku arahkan vaginaku tepat diatas kontolnya. Bagas langsung merespon, dia memegang kemaluannya yang besar dan menyentuhkan ujungnya kevaginaku.
Meski lagi–lagi kesulitan, kami pun mencobanya. Kini aku yang memegang kontolnya yang besar itu, kuberi sedikit air liurku dan kukocok–kocok perlahan, lalu aku mengarahkannya ke vagina.
Bagas memegang pinggangku. Saat aku setengah berdiri dengan lututku dengan tiba–tiba dia memaksa badanku untuk turun dengan menarik pinggangku yang ramping. Dan bleessss… kontol itu dipaksa masuk ke vaginaku. Aku kembali terbelalak.
“awhh, sayang kok kasar sih” tanyaku. Bagas menjawab “ kalau nggak gitu nggak masuk–masuk sayang” Dalam posisi ini aku agak canggung, aku hampir tidak pernah pada posisi ini dengan suamiku. Kontol suamiku pendek jadi ketika kutindas saat dalam posisi ini kontolnya tidak bisa penetrasi dengan maksimal.
Berbeda dengan kontol Bagas yang panjang dan mampu menjangkau seluruh ruas vaginaku. Kontol Bagas terasa sesak, memenuhi ruang–ruang dalam vaginaku.
Bagas membuatku bergerak naik turun. Aku pun mulai menikmati permainan ini dengan perlahan. Kini tanpa disuruh Bagas, aku sudah menaik turunkan badanku. Melihatku dapat mandiri, Bagas melepaskan tangannya dari pinggangku. Dia kini meremas–remas susuku.
Pada posisi ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa saat kontol kekar ini berada dalam vaginaku. Aku kembali naik turun diatas kontolnya untuk merasakan betapa nikmatnya gesekan kontol besar Bagas di memekku. Aku semakin melayang.
Ditambah lagi saat aku naik turun Bagas melingkarkan tangannya di pinggangku dan menjilati susuku yang bergoyang–goyang naik turun. Bagas terlihat gemas dengan susuku, dia meremasinya dan mengenyot serta menyepong seluruh bagian payudaraku.
Sampai–sampai tidak ada satu pun bagian payudaraku yang masih kering. Hampir seluruh payudaraku basah oleh liurnya. Saking gemesnya, Bagas mengimbangi gerakan naik turunku dengan sodokan-sodokannya yang cukup cepat. Hingga aku melenguh dan badanku mengejang merasakan orgasme.
Kini aku orgasme dipelukannya sambil menindihnya. Kontolnya masih tertancap divaginaku. Terasa sebagian cairan orgasmeku meleleh keluar. Aku sudah orgasme kedua kali. Selang beberapa menit kemudian, aku yang masih berada diatas Bagas merasakan kembali Bagas menggesekkan kontolnya di vaginaku.
“Kamu nggak capek sayang?” tanyaku
Bagas diam saja, dia hanya tersenyum dan melakukan kegiatannya kembali. Dia semakin liar menggenjotku. Aku hanya diam dan menggigit bibirku berkali–kali. Kulihat Bagas sangat beringas, dia mencumbu vaginaku dengan cepat.
Merasakan aksinya itu aku pun semakin keenakan. Seolah ingin membalas jasa Bagas, aku menawarkan goyangan untuknya. Aku kembali tegakkan badanku dan memegang dada Bagas. Kontolnya masih tertancap divaginaku.
Kusuruh dia diam. Aku menggoyang–goyangkan pinggulku, melingkar. Bagas tampaknya semakin bergairah. Dia kini menciumi leherku dan meremas–remas pantatku.
Sampai beberapa saat seperti itu, kuganti goyanganku. Kini aku goyankan kekiri dan kekanan. Lalu maju mundur. Meski ingin memuaskan Bagas, aku malah merasa nikmat sendiri. Kontol Bagas bagiku sangat besar hingga menjejali vaginaku, saat aku bergerak dengan gerakan sekecil apapun akan membuatku merasakan nikmat.
Beberapa saat kemudian tanpa sadar aku kembali orgasme. Kini aku benar benar merasakan lelah. Saat itu sudah pukul 06.04, artinya sudah hampir sejam kontol Bagas mengenjot vaginaku.
Namun meski aku telah 3 kali orgasme, Bagas masih belum menunjukan tanda–tanda akan keluar. Mengingat hal itu malah membuatku bergairah. Kini kami masih beristirahat untuk kumpulkan tenaga.
“Sayang, kamu masih kuat?”tanya Bagas
“Aku capek banget” jawabku sambil menatap kearahnya.
“Aku belum keluar nih, tanggung, masak dikocok sendiri” kata Bagas.
Baru kali ini aku melihatnya memelas kepadaku. Batinku “ini yang kutunggu dari tadi”. Terlihat saat itu kontol Bagas masih tegak berdiri dan berlumuran cairan. Kontol itu terlihat semakin menggairahkan. Aku merasa sudah gila, tidak pernah aku menggandrungi kontol hingga seperti ini. aku merasa seperti maniak seks.
“Dikeluarin yuk sayang” kataku sambil menunggingkan bokongku. Bagas terdiam, aku pun menegurnya.
“Ayo, aku kamu muncrat” kataku. Lalu Bagas berdiri diantara kedua lututku. Kini dia berada dibelakangku yang sedang nungging. Kini kami melakukan doggystyle.
Bagas mengarahkan kontolnya ke vaginaku, selang beberapa waktu dia memasukkan kontolnya. Dan.. luar biasa posisi ini membuatku kembali on fire. Kontol Bagas merangsek lebih dalam. Penetrasinya luar biasa.
Kontol itu sungguh besar sekali sampai membuat vaginaku terasa overload. Dia terus–terusan menggenjotku. Dia menggesek–gesekan kemaluannya dengan kasar.
Sampai selang beberapa saat kami bercinta dan kami pun dikejutkan dengan munculnya Istri Bagas. Setengah sadar istrinya melihat kearah kami. Sejenak kami terdiam. Namun anehnya kami hanya terdiam, Bagas memegan erat tubuhku. Istrinya terlihat shock, dan terus menatap kami. Mita terlihat menahan tangis.
“Kamu keluar sebentar ya mita, beli sarapan sana, aku mau selesaiin dulu, tinggal dikit nih” kata Bagas.
Aku sedikit terkejut ketika Bagas berkata demikian. Mita pun keluar dan tidak terlihat tanda dia sedang marah, namun kulihat dia cukup sedih dan tertekan. Bagas kembali mengangkat bokongku, dia menggesekan kontolnya perlahan.
Dia meransangku kembali, dia menciumi punggungku dan menjilati punggungku hingga tengkuk, leher dan telinga. Dia membuatku merinding dan terangsang. Tidak sempat aku bertanya, dia sudah kembali menggenjotoku. Kembali kurasakan sensasi nikmatnya kontol Bagas. Aku hanya biasa melenguh, dan menjerit. Kini malah aku tidak takut lagi untuk merancau.
“Bagas, kontol kamu kok enak banggett…. ggee.. deee.. kerr.. ass, genjot terus sayanggg.. enak sayanggg.. bikin itilku enak sayangg..”
“Enak sayang.. trus apa lagi sayang” godanya lirih didekat telingaku sambil terus menggenjotku.
Meski kelelahan, aku tetap bernafsu untuk mengimbangi gerakan maju mundurnya. Kini Bagas diam, “ayo, kamu yang maju mundur” kata Bagas menyuruhku. Tampaknya dia tau aku sudah kembali bernafsu. Mendengar itu aku lansung memaju mundurkan pantatku. Bagas meremas–remas pantatku sambil menikmati gerakanku.
Tidak terlihat tanda–tanda Bagas akan muncrat. Itu membuatku semakin penasaran, aku mempercepat gerakanku. Bagas yang tadinya meremas bokongku kini tertarik dengan payudaraku yang terus bergoyang. Dia kini meremas payudaraku, dia meremasnya dengan gemas dan memerasnya dengan kasar. Aku sudah tidak terkontrol, Bagas pun semakin tidak terkontrol.
“Sayang… aa..kuuu suka kontol kaammm ..uuuu, genjot terus..” rancauku.. selang beberapa saat aku mengejang dan akhirnya aku pun untuk kesekian kalinya orgasme.
Bagas tidak peduli dengan orgasmeku. Dia tetap menggenjotku, sampai beberapa menit aku pun bertanya, “sayang udah belum,” tanyaku yang sudah lunglai.
Bagas kini memangku tubuhku yang lunglai. Dia yang kini kududuki dan menghadap punggungku menaik turunkan tubuhku yang lemas. Beberapa saat seperti itu dia pun berkata “dikeluarin didalem boleh nggak” pintanya padakau.
Aku langsung menjawab, “jangan..!!”, seketika Bagas berhenti. Lalu Bagas mencabut kontolnya dari vaginaku. “kamu berdiri” perintahku. Di pun manut. Bagas berdiri dihadapanku, kuemut–emut buah zakarnya dan kukocok–kocok batang kontolnya yang terlihat sangat kekar dan hendak menyemburkan cairan cintanya.
Selang beberapa saat aku jadi makin penasaran, aku merasa ingin sekali merasakan air mani Bagas. Jujur, baru kali ini aku merasa segila ini. Sebelumnya aku sangat jijik jika suamiku ingin memuntahkan spermanya kemulutku.
Namun kini, melihat kontol Bagas aku jadi ingin mencicipi air maninya. Kusepong kontolnya hingga mentok di rongga mulutku. Lalu kutarik bibirku dari kontolnya hingga ujungnya saja yang kuemut. Lalu sambil kuemut kontolnya kukocok–kocok dengan lembut namun agak cepat.
Kukocok sambil kulihat ekspresi wajahnya dan akhirnya crrrrooooootttt…. crrrooooooottt…. crrroooooottttt….. kulepaskan kulumanku, dan beberapa semburan masih terjadi crroot.. crrooott.. ccerttt .. ceerrtt…. semburan kali ini mengarah kewajahku. Bagas maninya sangat banyak. Yang ada didalam bibirku sebagian kutelan. Meski begitu banyak yang meleleh.
Aku tidak lantas jijik, malah kujilat pucuk kontol Bagas untuk mengambil sisa–sisa air maninya. Setelah beberapa saat kami selesai melakukannya aku pun bergegas mandi dan beres–beres. Selesai beres–beres aku menemui Bagas untuk berbincang.
Ketika itu Bagas ternyata sedang menenangkan Istrinya yang sedang menangis. Bagas berjalan kearahku, dia memberiku sejumlah uang untuk pulang kerumah. Aku menolaknya dan langsung bergegas pulang dan pamit kepada keduanya.
Kurasakan tatapan dingin istrinya saat aku pamit. Meski saat itu aku cuek, dalam hatiku aku merasa bersalah. Sepanjang perjalanan aku tidak dapat melupakan kejadian itu. Aku terus saja merasa bersalah kepada Istri Bagas.
Namun disela–sela perasaan menyesalku, aku justru merasa penasaran ingin mengulangi adegan itu bersama dengan Bagas. Kurasa gairahku kepada Bagas jauh lebih besar ketimbang ketika aku bercinta dengan suamiku.