Cerita Sex Hubungan Gelap – Kisah ini bisa dibilang merupakan pengalaman pribadiku. Sebuah hubungan “gelap” dengan seorang gadis bernama Aruna. Dibilang hubungan “gelap” karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal baik dengan ayah Aruna yang juga merupakan rekan bisnisku.
Tapi aku sebelumnya belum pernah ketemu Aruna karena dia sekolah di luar kota. Keluarga Aruna merupakan keturunan Tionghoa yang cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan Aruna berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Mei dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya,
Mei adalah adik ipar Aruna. Wajah Aruna terlihat mirip presenter Yuanita Kristiana tapi sedikit lebih kurus dan pendek, sedang Mei berwajah manis biasa dan badan sedikit lebih berisi dibanding Aruna. Kami sempat ngobrol lama pada acara itu dan selanjutnya tdk pernah ketemu lagi selama kira2 sebulan.
Tersange Pada suatu siang saat aku sedang hunting foto, Mei menelponku supaya aku mampir ke kantornya karena ada sesuatu yg hendak dibicarakan mengenai program office-nya, dan aku pun langsung meluncur kesana menemuinya. Sesampainya di kantor Mei kami langsung membicarakan pekerjaan kami di ruangan dia. Selang beberapa saat datang Aruna sambil membawa bungkusan.
“Eh… Ada mas Anto.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita lunch sekalian yuk..” kata Aruna.
“Ah, aku sudah makan kok barusan…” jawabku basa-basi.
“Gak apa2, mas… Temenin ci Aruna tuh, kebetulan aku ada janji sama client nih…” sahut Mei.
“Oke deh kalo begitu…” jawabku.
“Kita makan di atas aja yuk, mas… Sambil liat ruang senam yg baru…” ajal Aruna.
“Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya.
“Nggak kok, mas… Tu ci Aruna pengen punya ruang senam pribadi aja…” sahut Mei.
“Oooo, gitu…” jawabku sambil manggut-manggut.
“Udah sana ke atas temenin ci Aruna, kelaparan tuh…!” kata Mei.
“Ha…ha…ha… Ayuk, mas…! See U Mei…!” sahut Aruna sambil keluar ruangan diikuti aku.
Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan berukuran kira-kira 8X6m. Lantainya karpet abu-abu dan temboknya dilapisi bahan peredam suara warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja & laptop di pojok, sofa panjang dgn satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping meja kerja dengan seperangkat home-theatre di atasnya.
Sebuah kaca yg besar terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi dindingnya. Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit-langit terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling ruangan.
“Silahkan duduk, mas… Aku stel musik dulu” kata Aruna sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup.
“Suka lagu-lagu gini mas?” kata Aruna sambil membuka bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.
“Suka… Apalagi dengerin sambil cari inspirasi..” jawabku sambil meletakkan tas kameraku.
“Wah, suka fotografi ya…?” tanya Aruna.
“Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yg pake sih ga nolak… Hehehe…” jawabku sambil makan.
“Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Aruna sambil ikut makan.
Kami pun makan sambil ngobrol kesana-kemari, bercanda dan kadang main tebak-tebakan. Setelah selesai makan Aruna segera membersihkan sisa-sisa dan bungkus makanan kami.
Mendadak dia bertanya kepadaku “Mas, aku kasih job foto mau?”
“Emmm… Gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara-acara resmi atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku.
“Foto aku…! Aku ingin difoto sendiri, privat…!” kata imel.
“Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu…?” tanyaku.
“Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho… Berapa harganya mas…?” balas Aruna.
Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku bingung.
“Gampang soal itu deh… Kayak sama siapa aja, lagian buat eksperimen aku juga…” jawabku sekenanya.
“Bener nih…? Kalo iya, kita mulai aja…!” kata Aruna.
“Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku.
“Disini aja, kira-kira bagus gak suasananya? Kalo diluar berarti harus cari lokasi dulu deh…” kata Aruna.
Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk foto session. Dinding, lampu ruang yg bisa diatur, suasana, semua oke sih.
“Oke, bisa kok disini kalo mau…” kataku.
“Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..” kata Aruna sambil keluar ruangan.
Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya, lalu mengambil sample setting pencahayaan disitu (mirip profesionalkan? Hahaha..!)
Tak beberapa lama Aruna masuk kembali, kali ini dia tampak lebih cantik dengan dandanannya. Dia memakai celana jeans pendek sekali dan t-shirt besar warna putih. Pahanya yang mulus semakin kelihatan jelas dan rambutnya yang bergelombang sebahu dibiarkan terurai.
Pundaknya yg putih nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yg lebar itu. Tidak nampak adanya tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayang kemana-mana.
“Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Aruna membuyarkan pikiranku.
“Eh… Mmm… Bagus kok…” jawabku gugup.
“Keliatan sexy gak, mas…?”
“Sexy kok, kamu juga keliatan cakep…” jawabku polos.
“Ihh… Mas Anto jangan ngeledek, ah…”
“Bener kok, Run.. Look so beautiful & sexy…!” jawabku.
“Kita mulai aja ya…” ajak Aruna sambil pasang gaya.
“Kita ambil sample dulu ya…” jawabku sambil mulai jepret dia beberapa kali.
Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto kami. Aruna nampak luwes dalam bergaya.
Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja. Akhirnya aku pun berkomentar juga “Yang lebih menantang dong, Run…”
“Oke…” jawab Aruna.
Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu melempar sesuatu ke lantai. Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Aruna sekarang tdk pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya.
“Ready…?” tanyaku.
“Oke…” jawab Aruna.
Aruna mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai melorotkan t-shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yg membuat laki-laki bergetar.
Tak berapa lama Aruna membuka retsleting celananya sehingga CD-nya yg berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yang semakin menantang.
“T-shirtnya buka aja, Run…” kataku tanpa sadar.
“Malu, ah mas…!” jawab Aruna.
“Gak apa-apa… Kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku.
“Malu sama mas Anto, tau…!” kata Aruna.
“Gak apa-apa kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin berani.
“Oke lah…” jawab Aruna sambil membuka t-shirtnya sambil membelakangiku.
“Ok, pose gitu ya… Muka noleh ke kamera dong…” kataku.
Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu.
“Hadap samping, Run…” kataku.
Aruna pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi dadanya dan wajah ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya menghadap kamera. Aruna pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat ku semakin penasaran nih, batinku. “Jangan ditutupi dong, Run…” kataku.
Aruna tidak menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak pinggang. Payudaranya yang tidak terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya dengan puting menantang langsung kelihatan. Aku sempat terpana melihat pemandangan itu, betul-betul topless.
“Udah, jangan melongo gitu mas…! Katanya suruh kelihatan..” kata Aruna sambil tersenyum.
“Ehh… i… i… iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret. Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih… batinku.
Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Aruna mengenakan t-shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil duduk di lantai karpet.
“Kurang jelas mas, kecil-kecil banget…” kata Aruna.
“Liat pake laptop aja, ntar aku sambungin…” jawabku.
Aruna berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung ke kamera dan aku transfer foto-foto tadi. Kami melihat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya. Sampai pada foto topless Aruna terdiam sambil mengamati satu persatu, aku pura-pura cuek aja.
“Mas, foto lagi yuk…” mendadak Aruna berkata padaku.
“Oke…” jawabku.
“Tapi….” kata Aruna sambil menatapku, ada keraguan di mata dan nada bicaranya.
“Kenapa, Run…?” tanyaku.
“Aku mau difoto naked, telanjang…! Tapi yang kelihatan art-nya gitu… Kira2 gimana, mas…?” jawab Aruna.
Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk jadi satu.
“Eeee… bisa kok… Lagian kamu punya tubuh yang bagus, pasti ntar keliatan indah hasilnya…” jawabku sekenanya.
“Ah… Mulai tuh gombalnya…” kata Aruna tersipu.
“Suer… Bener kok… Kamu cakep, punya body bagus, mulus… Kurang apalagi coba…?” kataku sambil berharap mudah-mudahan dia jadi difoto.
“Oke lah… Ayuk, kita mulai…” kata Aruna sambil berdiri. Yess..!! Aku bersorak dalam hati.
Aruna mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya sambil membelakangiku. Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang sambil mengarahkan gayanya.
Aruna menurut saja dengan arahanku dari mulai menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada dan bagian bawahnya. Aruna nampak enjoy dengan posenya yang semakin berani. Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tidak kuhiraukan karena asyik memotret.
“Open semua aja, Run… Nanggung…” kataku nekat. Aruna kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya. Wow…! Perfect…!
Body Aruna proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus. Payudaranya tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang, jembutnya kelihatan tipis dan rapi. Aku masih tertegun melihat pemandangan itu ketika Aruna berkata
“Tuh, kan… Malah melongo… terusin gak nih…???”
“i… i… iya… Terusin… Habisnya kamu perfect, Run…” jawabku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya. Kali ini Aruna benar-benar pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga.
Aku pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian-bagian vitalnya dari dekat dan berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil terus mengambil gambar Aruna.
Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat duduk di lantai sambil melihat hasil foto kami. Kali ini Aruna tidak langsung mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t-shirtnya.
Aku disampingnya dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana tidak? Ada mahluk manis dan sempurna telanjang bulat disebelahku! Satu persatu dia mengamati fotonya di laptop dengan serius, seakan sedang menilai bentuk tubuhnya sendiri.
“Sempurna, Run…” kataku tanpa sengaja terlepas.
“Ah, mas bisa aja… Biasa aja kaleee…” kata Aruna sambil mencubit pahaku.
“Yakin, Run… Ga bohong kok…” jawabku.
“Iihhhhh, genit ah…!!” kata Aruna merajuk sambil memukuli pahaku.
“Kamu tuh yg jadi genit kalo gini… Cewek genit kan sukanya gitu…” jawabku.
“Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho…” Kata Aruna sambil memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di dadanya.
Aku tertawa sambil memegang tangan yg memukuliku. Tanpa sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t-shirtnya terlepas, aku langsung terdiam melihat payudaranya. Melihatku terdiam Aruna langsung sadar dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku.
Bersambung…