Pesona Indah Kota Semarang – Aku adalah seorang “Computer Engineer” yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Semarang. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas.
Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku.
“Ada apa gerangan?”, dalam hati aku bertanya.
Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Tersanage Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
“Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.
“Mas.., dari Jakarta?” wanita tersebut kembali bertanya.
“Iya.., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.
“Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”.
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., Jefry namaku.., kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.
“Namaku Gita.., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Gita.
“Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang,” aku coba mengajak.
“Emang Mas Jefry mau berenang juga”, tanya Gita. Aku terkejut sambil menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku dalam hati. “Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil memanggil pelayan.
“Oke dech kalau begitu.., Gita sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.
Langsung aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, Byuurr Gita menjatuhkan badannya ke kolam”, aku pesan satu botol saja yach..”, jawab Gita manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Gita baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Gita. “Pantas Gita mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.
“Mas Jefry berapa lama di sini?”, tanya Gita sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
“Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Semarang, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
“Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Gita yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
“Boleh dech..”, jawab Gita singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Gita yang menggigit seluruh persendianku.
“Mas.., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Gita ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Gita itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Gita agar dapat aku setubuhi.
“Boleh.., datang saja”, jawabku sambil memegang pundak Gita yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Gita diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam.
Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
“Jangan Mas.., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Gita menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Gita, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Gita. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Gita yang begitu menggoda.
“Ting tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., wuuaahh kulihat Gita berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
“Mau mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Gita mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam hati aku bertanya-tanya.
“Silakan masuk.., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik tangan Gita yang mulus putih bersih.
“Blaakk!” pintu kamar kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Gita yang halus lurus terurai..,
Aku teruskan belaianku ke wajah Gita yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak.., “Ohh Mas..”, jawab Gita lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium.
Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Gita pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Gita dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Gita yang tipis menggoda.
Tak disangka.., Gita membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Gita sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri aku kepuasan..” terdengar suara Gita meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Gita yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah.
Apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Woowww.., indah sekali buah dada Gita yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
“oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass..” pinta Gita memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat.
Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Gita yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Gita dan menjilati buah dada kanan Gita sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Gita sampai ke pantat.
Gita mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. “Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Gita memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Gita yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Gita yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira.
Ohh.., honey.., please go on.., ouuhh.., sepertinya Gita kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Gita membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
“sstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Gita betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Gita yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
“uugghh.., oouuhh.., eehhmm..” Gita mendesah dan.., sseerr.., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Gita.
Kebangkitan birahi Gita makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Gita menggelinjang keenakan.
Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Gita yang menarik-narik rambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oohh.., honey masukin cepat kemaluannya”, pinta Gita tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Gita dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb.., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
“oouuhh.., nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan berhenti Maass..” Gita memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Gita yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Gita yang tiada hentinya.
“Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass.., Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep.., clep.., liang surga Gita mulai becek, Gita mengeluarkan kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Gita langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Gita meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang.
Gita membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Gita menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Gita kembali menjilati kemaluanku.., selangkanganku.
Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Gita yang telah dari tadi menganga minta dijilat.
Dalam keadaan posisi 69, Gita berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Gita mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
“oouuhh.., Maass.., masukin sayang.., aku sudah nggak tahan nich..”, Gita mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Gita yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Gita langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku.
Sleebb.., sleebb.., perlahan Gita menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Gita merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. “Aahh.., acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan kepuasan.., oouugghh..!”,
Gita mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Gita semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Gita yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Gita yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Gita.
“Mass.., aku mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”, pinta Gita lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
“uugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Gita berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu.
Cret.., cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Gita dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Gita dipijit dengan keras oleh liang senggama Gita yang kembang kempis.
“Terima kasih ya Mas.., sudah memberi kepuasan kepada Gita” ucapan Gita membisik di telingaku dan Gita langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya.
Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. “Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam hati
Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Gita wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Semarang”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Gita sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Gita.
Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Gita menyelam ke dalam liang senggama Gita. “Pantes.., memek Gita sempit seperti perawan”, pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota “Semarang” aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Gita dahulu.