Cerita Sex Ayudisha Gadis Alim Cantik – Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2014, Ayudisha seorang gadis yang alim dan manis berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling berkualitas di kota mereka untuk persiapan UMPTN 2014.
Sesampainya di sana Ayudisha dan temannya disambut seseorang di tangga. Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas.” Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan Ayudisha tahu dia bernama Devan, tentor kelas IPA yang juga mengajarnya di kelas.
Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat Ayudisha sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat Ayudisha, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Devan menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar.
Cerita Sex Ayudisha semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Ayudisha pun biasa diantarnya pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi mereka. Mereka juga seringbercanda.
Mas Devan pun sesekali menyentuh Ayudisha, dan walaupun Ayudisha seringkali menolak, tetap saja Ayudisha merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya. Sampai pada suatu hari dia mengajak Ayudisha nonton. Awalnya Ayudisha ragu, namun kemudian Ayudisha pun menerima ajakan itu.
Mereka pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Ayudisha tampak canti saat itu dengan busana biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu Ayudisha pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Devan tidak henti-hentinya melihat Ayudisha.
Ayudisha pura-pura serius nonton, tapi Ayudisha sebenarnya juga melihatnya. Kemudian mas Devan mulai berani memegang tangannya, Ayudisha pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Devan berkata, “Mas sayang kamu.” Serr.., rasanya Ayudisha tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya,
Apalagi ketika mas Devan mulai berani menyandarkan kepalanya di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Ayudisha yang masih tertutup rok panjang. Ayudisha semakin tidak kuasa menepisnya. Kemudian mas Devan pun memandang Ayudisha sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Ayudisha berusaha menolak.
Namun karena serangan bibir mas Devan yang bertubi2 dan serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Ayudisha menyambutnya. Ayudisha yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Devan menyusup kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya.
Lidah mereka saling bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas mereka ini. Baru sekali ini Ayudisha melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Ayudisha melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak malu saat kemudian ia membayangkan.
Bagaimana bila tiba2 orang2 mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Devan. Dimana martabatnya sebagai seorang gadis yang alim dan manis? Namun pikiran itu tidak bisa mengalahkan gejolak birahi Ayudisha, justru malah membuatnya semakin terangsang. Itulah sebabnya Ayudisha sangat menikmatinya.
Mas Ayudisha yang satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Ayudisha dan mulai mengelus-elus paha mulus Ayudisha yang kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu.
Pasti paha kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok yang Ayudisha pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha Ayudisha. Namun karena malu Ayudisha pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.” Mas Devan tidak memperhatikan kata-kata Ayudisha, dan tangannya terus memaksa masuk.
Sekarang celana dalam Ayudisha bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Devan akan mendapatkan kemaluan Ayudisha yang sudah basah ini. Mas Devan berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya Yang… ya..!” Ayudisha pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang mas Devan mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitoris Ayudisha.
Ayudisha merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Devan mulai memainkan tangannya di lubang Ayudisha bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya. Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Ayudisha rasakan. Tidak sadar Ayudisha pun mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu, “Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang…jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”
Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Devan pun memandangi Ayudisha dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan Ayudisha. Sambil berjalan turun, Ayudisha pun membetulkan rok dan busananya yang sudah diacak-acak oleh mas Devan tadi.
“Maafin kelakuan Mas yah tadi.” mas Devan pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Ayudisha takut.” jawab Ayudisha. Mas Devan langsung merangkul pinggul Ayudisha dan mencium pipinya, sungguh sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.
“Turun dulu Kak..!” kata Ayudisha saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas Devan pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersama Ayudisha.
Ayudisha pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibu dan bapak Ayudisha sering pergi ke rumah masnya yang paling tua, sehingga Ayudisha biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya.
Ayudisha langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.” “Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Ayudisha pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.
“Tunggu sebentar yah Kak.” kata Ayudisha, namun mas Devan langsung mengikuti Ayudisha ke dalam kamar dan menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau apa..?” tanya Ayudisha lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan Kak, Ayudisha takut..!” kata Ayudisha lagi tapi Mas Devan langsung memeluk Ayudisha dan menciumi Ayudisha dengan liarnya. Ayudisha yang juga sudah dari tadi terangsang menyambutnya dengan ciuman Ayudisha yang bernafsu.
“Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Devan pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Ayudisha yang wajahnya mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Devan yang menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Ayudisha melihat secara langsung. Selama ini Ayudisha hanya melihat sesekali saat ia membuka situs porno di internet.
Biarpun alim, namun Ayudisha suka membuka situs2 porno di internet. Ayudisha tidak kuasa menolak ketika mas Devan melepaskan seluruh baju Ayudisha, sehingga Ayudisha polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya, kecuali busana birunya yang memang sengaja tidak ditanggalkan oleh mas Devan. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih pake busana, sayang.” Bisik mas Devan lembut.
Di kamar Ayudisha sendiri, di atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang Ayudisha sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan keras yang mas Devan sodorkan ke mulut Ayudisha. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya Ayudisha mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu Ayudisha kecil.
Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulut Ayudisha di batang kemaluannya. Terlihatlah pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai busana di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan suaminya.
Dalam posisi Ayudisha tidur dan mas Devan mengangkang di atasnya sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Ayudisha pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api birahi sudah menguasainya 100 persen.
Mas Devan kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudara Ayudisha secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitoris Ayudisha dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Ayudisha pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.
Mas Devan pun menjilati tubuh Ayudisha, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Ayudisha pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Ayudisha mo pipiisshhh..!” Mas Devan seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitoris Ayudisha dimain-mainkan dengan lidahnya. Ayudisha hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhnya yang sensitif.
“Kakkk.., Kakkk.., Ayudisha pipiiishhh. Ahh.., aahh..!” Ayudisha pun mengeluarkan cairannya, namun mas Devan tidak berhenti menghisap vagina Ayudisha sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Ayudisha seakan tidak perduli lagi apa yang Ayudisha ucapkan. Mas Devan pun mencoba menusuk Ayudisha dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. mas Devan mau memuaskan Ayudisha dulu baru memikirkan nasib ‘adek’-nya.
Ayudisha pun segera melebarkan kakinya untuknya, pasrah memberikan diri Ayudisha untuknya. Mas Devan pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vagina Ayudisha, namun agak sulit karena memang Ayudisha masih perawan. Ayudisha pun merasa sakit, namun karena mas Devan juga meremas payudara Ayudisha dan menghisap bibir Ayudisha, rasa sakit itu sedikit terobati.
Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Ayudisha berhasil ditembusnya. Ayudisha pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!” Mas Devan pun membelai kepala Ayudisha yang terbungkus busana, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”
Mas Devan pun nampak keasyikkan menikmati jepitan Ayudisha, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Ayudisha yang semakin mengeras.
“Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!” Mas Devan pun menghisap bibir Ayudisha dengan lembut. Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Ayudisha mo pipiss lagiiihhh… Oohh Ayudisha sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairan Ayudisha.
Ayudisha pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan Ayudisha beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreinya.
Seketika itu juga Mas Devan mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluan Ayudisha dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah dan mulut Ayudisha, sampai membasahi busana Ayudisha. Ayudisha pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih. Kemudian mereka pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama.