Thursday, November 21, 2024

Anak Kesayangan Mamih

News Online Itil

 Cerita Sex Anak Kesayangan Mamih – Inilah kisah seks yang hot dan merupakan skandal sedarah. Hubungan seks antara anak dengan ibu kandungnya sendiri. Cerita yang disatu sisi sangat menggairkan, namun disisi lain sangat ironis. Namun semuanya berpulang pada persepsi anda masing-masing. Silahkan simak selengkapnya cerita persetubuhan dengan ibu kandung berikut ini!

“Chand.., bangun..! Udah makan belon..? Udah jam berapa ini..? Chand.. Chaand.. Chaaand..!” kedengaran suara Mamih mulai mendekati kamar saya dan langsung masuk ke kamar saya yang biasanyatidak pernah terkunci.

“Chaaaanndd..!” Mamih duduk di tepian tempat tidur dan langsung mengelus kepala saya, “Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih baru makan..!”

“Ah.. malas Mam, mau tiduran dulu. Entar aja satu jam lagi ya..!”

“Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong lantas tidur satu harian.”

Cerita Sex Anak Kesayangan Mamih
Cerita Sex Anak Kesayangan Mamih

Cerita Sex Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya Mamih bisa ikut tiduran. Sambil tiduran Mamih mencari-cari majalah yang mau dibacanya. Saya kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak hot, dapat dibilang hanya sekitar seks saja ceritanya.

Ya.., terlanjur sudah keambil oleh Mamih. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada perasaan yang lain setelah Mamih masuk ke dalam kamar saya, seakan-akan gairah seks saya mulai menjalar menyelimuti tubuh.

Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai selimut. AC di ruangan kamar saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya, kalau situasi dalam keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak. Posisi tidur saya waktu itu persis di samping Mamih dan bersenggolan dengan pahanya.

Saya perhatikan Mamih makin serius membaca novel dan maklum tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya,

“Bapa kemana Mam..?”

“Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran, biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang.”
“Awas Mam, nanti tidak ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah.”

“Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya.” jelasnya.

Sedikit posisi saya agak memeluk Mamih, maklum hal ini sering saya lakukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal lagi bagi saya dan Mamih. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel di samping kemaluannya, dimana Mamih saya posisinya agak miring menghadap saya.

Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi Mamih membaca telentang, dan agak miring menghadap saya. Dengan sedikit menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan paha Mamih, dan hal ini tidak pernah kami lakukan.

Sesuatu yang janggal saya rasakan, dimana kalau saya bermanja-manja selalu dalam keadaan memakai celana pendek, tapi dalam keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebelumnya.

Mungkin ada setan yang melanda diri saya, batang kemaluan saya pun mulai membesar, dan mungkin Mamih merasakan itu, tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas saya melihat ke paha Mamih, dasternya tersikap, dan tetap Mamih tidak menghiraukannya.

Dia masih menganggap saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas pertama.

Sekarang keadaan semakin tidak karuan, dan timbul dalam pikiran saya untuk melanjutkan lebih jauh lagi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya. Dan alangkah terkejutnya saya bahwa Mamih tidak mengenakan celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit kemaluannya.

Ternyata Mamih sangat rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan terbebaslah penis saya.

Dengan sedikit berpura-pura lagi, saya mengambil bantal yang ada di seberang Mamih, dan secara otomatis batang kemaluan saya menempel persis di samping vaginanya. Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali lagi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya.

“Serius kali Ma bacanya..!”

“Iya.., ini ceritanya lagi seru dan menarik.” katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai jauh bertindak.

Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir vaginanya, Mamih tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang berkecamuk dalam pikiran saya.

“Ah, bodoh amat..!” pikir saya waktu itu.

Dengan telaten saya terus menggesekkan, dan ternyata Mamih tahu kalau saya agak susah atau memang Mamih mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin Mamih pegal, kemudian Mamih meletakkan novel di bantal, dan otomatis dia semakin miring posisinya.

Itil V3

Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit lagi yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu.

Sepertinya Mamih maunya tidak disengaja, atau Mamih juga menikmatinya. Sekarang tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya dengan posisi saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah dadanya.

Saya sangsi kalau Mamih tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi tidak ada tanda-tanda Mamih melarang perbuatan saya. Sedikit demi sedikit saya menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir vaginanya.

Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin Mamih pasti menikmati, tapi anehnya Mamih masih tetap serius membaca novel. Tidak saya hiraukan Mamih lagi sedang apa. Kemudian dengan sabar saya menggesek-gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai menerobos bibir vaginanya.

Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan seperti terjadi begitu saja, mungkin Mamih malu melakukan secara blak-blakan. Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kemaluan saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm.

Tapi dengan dibantu cairan yang mulai keluar dari vagina Mamih menolong batang kemaluan saya masuk ke dalam dengan sedikit agak menggeser bantal yang saya peluk.

Setelah agak tersentak pantat saya, “Bless..!” masuk semua batang kemaluan saya dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi Mamih. Eh ternyata Mamih masih tetap membaca novel yang ada di tangannya.

Dengan sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring semakin membuat kami erat terhubung.

Tetapi saya belum berani memeluk Mamih, terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya. Terasa batang kemaluan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Semakin lama penis saya semakin mudah saya maju-mundurkan.

Badan Mamih tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap dengan posisi semula. Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju- mundurkan batang kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya lahir.

Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya. Tercium bau vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala penis saya, seperti mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan memasukkan dalam-dalam, badanku terasa seperti kesetrum listrik yang bertegangan tinggi.

“Coot.. crott.. croott..!” Saya peluk bantal kuat-kuat dan tetap membenamkan batang kemaluan saya di dalam vaginanya, dan saya melihat wajah Mamih agak berkerut menahan nikmatnya. Terasa batang kemaluan saya seakan-akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada yang menyiram dari dalam vaginanya.

Anehnya batang kemaluan saya tidak langsung lemas, tetapi tetap tegang. Dengan sedikit waktu untuk istirahat, saya mendiamkan batang kemaluan saya di dalam vagina Mamih selama 5 menit.

Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil dan saya cabut dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat keluar sedikit air mani saya dan meleleh di bibir vaginanya. Akhirnya Mamih bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar sambil berkata,

“Chand udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin makanmu..!”

“Bret..!” pintu kamar tertutup setelah itu. Saya juga bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai celana pendek dan langsung menuju meja makan.

Saya mendapati Mamih sudah duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara kami. Setelah kejadian pagi itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan saya dengan Mamih.

Seperti biasanya, ayah saya telah kembali malam hari, tepatnya pukul 11 malam dan langsung tidur. Memang hal ini sudah merupakan kebiasaannya, tidak pernah punya waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti inilah yang saya inginkan, dimana dapat berbincang- bincang dengan ayah atau semua keluarga. Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang orang nomor satu di lingkungan saya.

Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke dalam kamar saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar Mamih berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya matahari. Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun.

Saya pun keluar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak mengenakan apa-apa di baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata masih sepi. Saya lihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan bulan ini adalah hari lMamihr panjang untuk naik kelas, pada waktu itu saya mau naik ke kelas 3 SMU.

Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di kamar saya silau dengan sinar matahari. Gimana ya, Mamih belum kelihatan, berarti belum bangun.

Terus saya berusaha melangkah ke dapur, ternyata juga belum saya jumpai, berarti benar Mamih masih tidur di dalam kamarnya. Saya mengarah ke kamar utama, ke kamar ayah dan Mamih yang lumayan besar.

Saya langsung saja mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci. Pelan-pelan saya buka pintu. Benar, terlihat Mamih masih tertidur pulas, dan saya langsung masuk.

Saya menutup pintu kamar, takut nanti kelihatan pembantu, kan bisa berabe. Kemudian saya mendekati tempat tidur Mamih, sekilas saya melihat sekeliling kamar tertata rapi, Mamih memang terkenal suka bersih-bersih.

Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke tepian tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan Mamih yang sedang tidur nyenyak. Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya.

“Mami.. Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!”

“Ah.., entar aja Chandd.., Mami lagi ngantuk nih..!”

Mendengar jawabannya, saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan sedikit iseng saya mulai kenekatan saya. Pelan-pelan tetapi pasti, saya sikapkan daster Mamih dengan tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD lagi, terlihat bersih vagina Mamih.

Batang kemaluan saya berdiri tegak dan langsung menyembul dari dalam piyama. Lima menit saya memandangi kemaluan Mamih sambil mengelus-elus penis yang sudah mulai tinggi tegangannya. Kemudian saya mulai memeluk Mamih dengan posisi Mamih miring membelakangi saya.

Sewaktu saya memeluk tubuhnya, dengan sedikit tenaga saya menarik tubuh Mamih, dan ternyata Mamih tidak melawan dan mengikuti kemauan saya. Sekarang Mamih menghadap saya sama seperti kemarin, hanya kemarin Mamih dalam keadaan terbangun, membaca novel dan saya tidak memeluk tubuhnya, tetapi sekarang saya memeluk tubuhnya.

Posisi dasternya agak tersikap lebih ke atas. Saya mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah terbuka semuanya, nanti takut Mamih marah pikir saya. Dengan posisi memeluk tubuhnya yang susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka dasternya, apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar Mamih.

Sekarang nafsu saya sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan batang kemaluan saya ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih kering dan sedikit agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir kemaluannya.

Terlihat oleh saya vaginanya mulai mengembang dan mengeluarkan cairan, langsung saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong, terpleset.

Setelah dengan susah payah menggesek-gesek, terlihat bibir vaginanya mulai mengeluarkan cairan sebagai pelumas. Mulai terasa seakan-akan batang kemaluan saya mau ditelan habis oleh vaginanya, dimana bibir vagina Mamih mulai kembang kempis.

“Ah.. ahk..!” geli sekali rasanya. Ingin rasanya saya memasukkan cepat-cepat, tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak kesulitan saya memasukkan penis saya. Disaat saya mulai berusaha memasukkan lebih dalam lagi, Mamih juga rupanya menikmati.

Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan penis saya masuk lebih dalam lagi. Dengan sekali dorong, “Bless..!” masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya.

Saya diamkan agak lama dengan maksud mau melihat bagaimana reaksi Mamih. Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa tanggung bagi Mamih. Kemudian dengan sedikit gerakan, Mamih memaju-mundurkan pantatnya.

Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai bergoyang dengan sedikit kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk Mamih, dan Mamih masih tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-blakan melakukannya.

Tidak perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang batang kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi.

Dengan posisi saya di atas Mamih yang dengan sikap merenggangkan kakinya lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-kali Mamih mengikuti irama dengan mengangkat pantatnya.

Ada sekitar 20 menit saya melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan “Cret.. cret.. cret..!” saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan Mamih dimana saya juga pernah dikandungnya.

Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit. Karena takut Mamih merasa berat dengan badan saya, saya tetap memeluknya dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap menancap di dalam vaginanya.

Cerita Sex Kisah Indah yang Termaterai

Setelah 10 menit terasa penis saya masih tegang. Kembali dengan sikap yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari itu. Setelah selesai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun Mamih tidak ada lagi. Ketika saya cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya.

“Udah mandi belon Chaand…? Mandi gih..!” katany seakan-akan tidak ada yang terjadi. Memang Mamih sangat menikmatinya, begitulah kami melakukan hampir setiap hari dengan Mamih tetap menjaga sikap seakan tidak mau melakukan.

Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *