Monday, November 18, 2024

Menanam Saham

News Online Itil

Cerita Sex Menanam Saham – Sore itu, aku terbangun. Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore. Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau “melihat” tetangga sebelahku.

Melalui ventilasi kulihat Mas Arif dan Mbak Nida sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Nida yang hanya memakai baju dalam.

“Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?” pikirku mulai tak sabaran.

Kulihat Mas Arif dan Mbak Nida berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Nida tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Nida.

Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Nida, menyuruh Mbak Nida memegang penis Mas Arif.

Cerita Sex Menanam Saham
Cerita Sex Menanam Saham

Tersange Mbak Nida kelihatannya menurut dan me-masukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Nida menolak.

“Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke” desahku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Nida. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.

Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Nidapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.

Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.

“Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.

Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida. Kulihat Mbak Nida memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Nida yang tertutup bulu jembut.

Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam pepek Mbak Nida, Mas Arif langsung memeluk Mbak Nida sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.

Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Nida.

“Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku” kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.

Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan “tumpangsari” pada Mbak Nida.

Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Nida tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di muka Mbak Nida, meski Mbak Nida berusaha tersenyum setelah “permainan” itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

***

Peristiwa “observasi awal” hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Nida dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Nida !

Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Nida. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
“Hai Bud, apa kabar ?” tanya Toni sambil menjabat tanganku.
“Baik“ jawabku sambil ter-senyum.
“Silahkan duduk”

Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,

“Ton, aku butuh bantuanmu”
“Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?”

“Aku butuh pekerjaan”
“Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?”
“Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain”

“Hm memangnya untuk siapa ?”
“Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya”
“Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa”

Itil V3

“Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali”
“Oke, baik kalau gitu”
“Tapi…nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin”
“Terserah kamu”

Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum’at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.

Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.

Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Nida itu.

Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.
“Mas…….saya ingin bicara se-bentar” kataku mulai membuka percakapan.

Mas Arifpun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
“Ada apa Bud ?”

“Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang” jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.

Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu

“Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!”
“Ya Mas” kataku dengan senyuman.

Dalam hatiku, aku berpikir “Habislah sudah kesempatanku !”

Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu

“Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja” Mas Arif tiba-tiba permisi.
“Eee….nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun nih” kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.
“Gangguin tidur kamu nggak ?”
“Ndak…ndak kok, masuk aja” kataku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
“Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?” Mas Arif bertanya.

“Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok”
“Syaratnya gimana ?”
“Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi”

“Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja” Mas Arif sepertinya keberatan.
“Enggak….nggak… koq, perusa-haannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu” kataku meya-kinkan Mas Arif.
“Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?”
“Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja” kataku me-nyarankan.

Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

***

Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.

Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
“Wa’alaikumussalam” terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.

Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Nida tampak cantik sekali.

“Bagaimana Mas, tadi ?” ta-nyaku
“Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”
“Alhamdulillah, tak do’ain supa-ya berhasil”
“Terima kasih”

Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi.
“Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum” Mas Arif berusaha mencegahku.
“Ayo Nida buatkan air minumnya dong” perintah Mas Arif me-nyuruh istrinya, Mbak Nida.

Aku menolak dengan halus,
“Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada urusan”
“Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya”

Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Nida tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi “adikku” akan bersarang dan me-nemukan pasangannya.

***

Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.

Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.

Lama baru terdengar jawaban,

“Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Nida dari dalam kamar itu.

Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

“Ada apa ya ?” tanyanya.
“Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.
“Oh, baiklah” kata Mbak Nida sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
“Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.

Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.

Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.

“Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Nida yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
“Film apa sih ?” tanya Mbak Nida kepadaku.
“Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.

Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.

Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Nida.

Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.

Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Nida menyukainya.

Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

“Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Nida mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.

Aku kaget,

“Wah….hebat….dia masturbasi” kataku dalam hati.

Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.

Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.

Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.

“Akkkhhhhhhh………” Mbak Nida terpekik pelan menandai orgasmenya.

Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun ejakulasi.

“Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.

Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.

Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.

Bersambung…

1 2
Itil Service

Related Posts

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *