Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.
Cerita Sex Guru Ngaji – Namaku Zul, saya seorang mahasiswa teknik mesin. ini adalah pengalaman pertamaku dengan seorang wanita yang tak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku untuk menyentuh bahkan me……nya, hhhaaa…. yap dia adalah Habibah, seorang ibu hajjah sekaligus seorang ustadzah terpandang di kampungku.
Umurnya kira-kira sekitar 40 tahunan.tubuhnya tinggi sekitar 165 cm, kulitnya kuning langsat dan wajahnya biasa-biasa saja. Tapi memang cukup manis dan ayu bagi seorang wanita berumur 40 tahunan.
Dia sudah memiliki anak berusia 19 tahun dan 12 tahun. Cerita itu dimulai dua tahun lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 3 sma. Saat itu ketika aku diundang untuk rapat tentang acara kaeagamaan.
Aku tak tau knapa aku ditunjuk jadi seorang ketua dan aku mau mau aja. Singkat cerita aku jadi deh ketua n siap ngurus smua apapun yang harus aku lakukan sbagai ketua. Tiga hari kemudian aku disuruh datang ke rumah bu Habi ( panggilan akrabnya ) yang kira-kira terpisah 5-6 rumah dari rumah ortu ku.
Tersange Memang hubunganku dengan bu habib terbilang cukup dekat, ya wajarlah dia juga pernah jadi guru ngajiku sewaktu aku masih kecil. Malam itu tidak seperti biasanya, memang sih cuacu juga agak sedikit dingin dan kayaknya emang mau turun hujan.
Sesampainya aku dirumah bu Habi,ternyata hanya aku yang dating,soalnya anak2 yang lain emang disamping rumahnya yang jauh juga memang tidak diundang.
Ternyata aku mendapat tugas untuk merancang agenda keremajaan,wah aku kurang paham nih ama yang beginian,tapi mau gmna lagi…tugas harus dikerjakan. Mulai malam itu aku mulai sering ketemu dan mengobrol dengan bu Habi,membicarkan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilekukan.
Pada suatu hari aku diajaknya untuk mengikuti suatu undangan dari kecamatan dengan tema keagamaan. Kami hanya dating berdua,karena hari itu memang hanya aku saja yang ada waktu untuk mengantar bu Habi.
Setiba disana kami disambut oleh para ustad dan ustazah dari berbagai desa berbeda. Aku sempat canggung dan malu karena aku tidak terbiasa bergaul dengan para pemuka agam,tapi ya diusahain aja deh yamg penting kerjaanku sebagai ketua tercapai dengan baik.
Acara kami berlangsung cukup lama sekitar 4 jam lebih,dan aku banyak menghabiskan waktu itu disamping bu Habi sambil bercerita.
Kami semakin dekat dan untungnya Pak Ahmad suami bu Habi tidak terganggu dengan kedekatan kami yang sering mengikuti acara demi acara berdua. Bahkan dia tidak segan-segan memintaku untuk mengantar istrinya pergi ke dokter.
Pada hari sabtu itu ketika aku dan bu Habi seperti biasa mengahdiri undangan dari kecamatan untuk mengikuti rapat mengenai perlombaan yang akan dilaksanakan di kantor kecamatan.
Seusai kegiatan terdebut kami pun pulang,namun sialnya di tengah perjalanan kami dicegat hujan yang cukup deras. Kami pun mencari tempat untuk berteduh,kami biasanya berteduh atua beristirahat di masjid,tapi saat itu kami jauh dari mesjid.
Akhirnya kami berteduh di sebuah rumah yang kayaknya tidak dibereskan,mungkin kurang biaya atua apalah,tapi kami bersyukur karena kami bias berteduh.
Selang beberapa menit bu Habi berkata padaku kalau dia ingin buang air kecil. Akupun mengantarnya ke belakang rumah tersebut,mulanya aku tidak ada pikiran atau niat apapun,aku hanya m,enunngu saja dibalik dinding rumah tersebut.
Tidak lama kemudian bu Habi selesai dan beranjak,entah kenapa mungkin dia lupa sehingga dia membenarkan rok panjangnya didalam dimana disana ada aku yang tengah merokok.
Tenyata bu Habi memang tidak sadar sehingaa aku sempat melihat CD nya yang berwarna putih. Bu Habi pun malu dan hanya bias tersenyum,seraya berkata “ maaf zul ibu lupa kalo ada kamu”.
“gak apa-apa bu maff juga saya gak sengaja bu!” jawabku tanpa sadar. Lalu dia tersenyum manis sambil bertanya “kamu sempat lihat zul?”. “ iya bu,maaf” jawabku sambil malu, kemudian dia hanya tersenyum.
Tidak lama kemudian hujan pun reda dan kami pulang. Di perjalanan kami tetap mengobrol seakan-akan tidak ada kejadian apapun. Setiba di rumah aku langsung pulang dan masuk kamar sambil membayangkan kejadian tadi sore.
Aku sangat terpukau saat melihat vagina bu Habi yang sangat indah,warnanya memang agak kecoklatan dan ditumbuhi sedikit rambut yang pendek bekas dicukur.
Tidak lama aku menghayal, tiba-tiba “kriingg..kriingg” nada sms hape jadulku bersuara, dan ternyata ada pesan dari bu Habi yang berisi “ Zul, ibu malu sama kamu atas kejadian tadi, harap dimaklum dan kamu luapakan ya!”
Aku pun membalas “ iya bu,gak apa-apa,saya juga minta maaf”. Selama hamper serminngu ini kami tidak ketemu dam memang karena tidak ada agenda,hingga akhirnya pada hari jumat aku mendapat tugas untuk membuat sebuah undangan.
Akupun mengerjakan di kantor,tempatnya emang cukup terpencil dan delang 3 rumah dan 1 gudang dari rumah bu Habi. Aku cukup lama mengerjakannya bahkan ketika sudah waktunya jumatan aku belum selesai dan terpaksa tidak jumata karena tanggung.
Tiba-tiba terdengar suara batuk, dan ternyata dia adlah bu Habi yang tengah menjemur pakaian di depan kantor tempatku mengerjakan surat undangan.
Dia pun menyadari kalau aku juga ada disana dan tidak jumatan. Kemudian dia menghampiriku dan menanyakan kenapa aku tidak jumata.
Akupun menjawab dan deralasan seadanay, dan untunglah dia tidak sedikit pun mengeertak apalgi marah, malahan dia menemani dan membantukuku membacakan contoh undangan yang aku buat.
Bu Habi yang memang baru mencuci itu hanya mengenakan kaos oblong dan bawahannya sarung yang basah sebagian kena air cucian, namun dia tetap pake kerudung.
Ternyata dia bila pake baju yang tipis memang seksi juga..pikir ngeresku. Melihatku yang asik merokok, bu Habi memnadangku dan berkata “apa enaknya merokok zul?”.
“ ya enak sih bu, penghangat ketika dingin,teman ketika sendiri dan banyak lagi” jawabku asal. Dia hanya tersenyum dan berkata “ ibu coba satu, mupung bapak lagi jumata, soalnya ibu dari dulu penasaran banget ama rokok” katanya.
Aku tak bias menolak dan memberinya satu batang. Dia cukup mahir dan menikmatinya, dan akupun bertanya “ ibu kok kaya yang pernah merokok?”. “ dulu ibu memang pernah merokok” jawabnya.
Aku yang terus memandang belahan dadanya yang terlihat lekukan nya karena kaosnya yang tipis dan basah. Entah kenapa bias-bisanya aku berkat “bu baju ibu basah, buka bu soalnya gak baik buat kesehatan kalo pke baju basah!”.
Bu Habi terdiam dan menjawab “ benar juga ya, tapi ibu mau pulang dulu ganti baju!”. Ketika dia beranjak,entah kenapa aku memegang tangannya dan meraihnya sehingga dia terjatuh di atas pahaku yang hanya pake boxer saja.
Adia kaget dan berkata “kenapa zul, ada apa?”. Aku bingung dan tiba-tiba menjawab “bu, aku suka sama ibu, sebentar bu aku ingin memeluk ibu!”
“kenapa kamu zul?” jawabnya kaget
“bu sebentar aja bu sebentar!” jawabku tegas
Kemudian dia terdiam saja, dan akupun mulai memegang perutnya yang langsing tapi berisi.
Dia mulai bergerak dan memberontak, tapi aku terus menerus memohon dan sampai akhirnya berkata “bu aku pengen ibu jadi istri aku, aku suka sama ibu, aku cinta sama ibu!”
“tapi ibu kan udah bersuami, lagian kamu bisa kan menikah sama wanita lain yang masih muda!” sahutnya sambil masih mkemberontak.
“nggak bu aku ingin sama ibu” jawabku
“kamu ini apa-apaan, lepasin ibu zul ibu mohon, kalau kamu mau ngapa-ngapain ibu jangan gini caranya” mohonnya.
“bu kali ini aja bu!” mohonku juga.
“ya udah lepasin dulu zul!”
Kemudian aku melepaskan tapi tetap memegang erat tangannya.
“kenapa kamu ini, ibu ini guru kamu, dan ibu udah bersuami, bagaimana kalo ada orang yang lihat?” serunya
“tapi aku terangsang dan terus kepikiran saat kejadian di rumah kosong itu bu,aku mohon skali ini aja bu?” mohonku
Kemudian ibu Habi megeluarkan kunci di sakunya yang ternyata adalah kunci ruangan sebelah dan berkata “ini kunci ruangan sebelah, kamu buka ya!” suruhnya
Aku yang tengah diselimuti hasrat yang menggelora pun tanpa piker panjang langsung mengambil kunci dan menggusur paksa ibu Habi ke ruangan sebelah.
Aku buka ruangan tersebut dan memang disana ada sofa tempat penerimaan para tamu. Kemudian bu Habi berkata “ zul kamu bawa sandal ibu dan punya kamu masukan kesini!”
Mendengar perkataan seperti itu akupun mulai dapat menangkap sinyal bahwa bu Habi memang member I respon, dan akupun memenuhi perintahnya. Kemudian dia berkata lagi “zul pangku ibu!”
Akupun memangku dan memandang wajah ibu hajjah habibah seorang ustazah sekaligus guru ngajiku ini. Kemudian aku baringkan dia diatas sofa itu, diapun tersenyum
Bersambung…